+ 9

1.7K 298 18
                                    

Kerja tanpa ada pengawasan Bobby bagaikan di neraka. Itu yang June pikirkan. Selama tiga hari banyak yang mencaci makinya, tidak! Mereka tidak berani mencaci maki nya secara langsung, mereka hanya bisa membual dibelakang.

Tapi mengapa rasanya malah lebih menyakitkan?

Setiap hari June harus memasang senyum indah untuk membalas senyum palsu mereka, sebuah tangisan untuk caci maki mereka.

"Jun, mbak minta tolong buat format ini yaa? Nanti siang mbak ambil." perintah Jisoo lembut, mungkin hari sensinya sudah selesai.

"Iya mbak June kerjain sebaik mungkin."

"Eum, semangat!" Jisoo melangkah pergi.

"Sepertinya Jisoo memperlakukan kamu dengan baik." ucap Bobby memecah keheningan.

"Iya mas." June tersenyum canggung.

Ya. Masa sensi mereka berhenti karena Mas Bobby udah kembali dari dinas luar kota. Lucu kan?

"Ya udah kamu lanjut kerja, nanti makan siang bareng yaa." ajak Bobby.

"Oke, Mas."

******************************

Bobby pov

Aku berjalan meninggalkan ruanganku dan June. Aku merasa ada yang tidak beres dengan tetanggaku itu. June yang biasanya ceria mendadak jadi pendiam. apa yang terjadi selama aku nggak ada disini? Adalah pertanyaan yang terus berputar dibenak ku.

Saat ini aku ada di kafetaria kantor. Menunggu June menghampiriku. Kulirik Handphone ku sesekali, memastikan balasannya.

Juneeya

Sudah selesai?
Kalau sudah, mas tunggu di kafetaria

Iya, Mas
Sebentar lagi aku nyusul
Mau kasih laporan dulu

Setengah jam sejak June meberikan balasan tapi dia belum muncul juga, bahkan kopi ku sudah dingin. Aku pun berdiri, mencari June. Entah hatiku sedikit risau.

Ruangan Jisoo adalah tujuan utamaku, ternyata kosong, ini memang waktu istirahat, tak aneh jika kantor kosong.

Hingga jam istirahat selesai pun aku masih tak menemukan June.

"Kemana kau sebenarnya, Jun." Gumam ku, pandangan ku lurus ke pintu masuk, berharap June muncul dengan senyuman indahnya.

Tapi nihil.

Aku pun berjalan ke ruangan Jisoo.

"Oh, Bob, ada apa?" tanya Jisoo saat aku menghampirinya.

"Kau lihat June?" kulihat dia mendesis pelan.

"Kau datang kesini hanya untuk menanyakan bocah itu?" Jisoo memandangku sengit.

"Siapa yang kau panggil bocah? Dia juga karyawan sama sepertimu." ucap ku.

"Karyawan apaan maksudmu, yang di jam kerja malah pergi ke taman dan bermain dengan bocah lainnya." sinis Jisoo.

"Apa masalahmu Soo-ya? Kenapa kau tak menyukai June."

"Aku? Jelas aku tak suka dengan bocah itu, apa-apaan dia merebutmu dariku." ucap Jisoo.

"Apa yang dia rebut Soo." kata ku heran.

"Kamu! Dia rebut semua atensi kamu dari ku, perhatian mu, aku tau dia kan alasanmu memutuskan ku." sengit Jisoo.

"Dia gak ada hubungannya dengan hubungan kita, kita putus karena aku ngerasa kita udah gak cocok, Soo. Gak ada pihak ketiga!" aku mulai tersulut emosi

"Aku gak percaya ucapan kamu, kamu itu brengsek Bob, dulu kamu bilang cinta padaku, dan ku yakin kamu bakal bilang cinta sama bocah itu kan? Kamu cinta kan sama dia?" pekik Jisoo sambil menyunggingkan senyum miring.

"Iya aku cinta sama June, tapi aku gak akan jadi Brengsek kayak yang kamu bilang."

"Eum.. Mbak ini kucingnya aku kembaliin." ucap sebuah suara yang buat aku mematung. Itu suara June.

Membalikan badanku, melihat June berlalu menjauh dariku.

"Sial!" pekik ku.

"Gimana? Terbongkar kan wajah busuk mu?" ucap Jisoo membuatku muak.

"Diam kau!!" sentak ku.

******************************

Tadaa... Konfliknya nambah huhu...

Buronan Mertua, Kim BobbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang