+ 20

1.7K 249 10
                                    

Bobby mengenggam erat tangan June dan satu tangan lain yang fokus menyetir. Hari ini mereka akan ke rumah orang tua Bobby.

Tak berhenti Bobby mengecup punggung tangan June, berusaha mengurangi kegugupan yang mendera pacarnya itu.

"Rileks sayang."

"Gak bisa, Mas. Gimana kalo kelurga kamu gak suka sama aku, gak nerima aku, trus.."

"Shtt.. jangan ngawur." ucap Bobby, "Mas bakal jagain kamu. Kita dapetin restu sama-sama."

Mobil mereka pun tiba di pelataran rumah besar keluarga Kim.

"Tuan besar sudah menunggu, Tuan muda." ucap satpam yang akan memarkirkan mobilnya.

"Ayo." ajak Bobby.

.
.
.
.
.

Sambutan yang diterima tidaklah sehangat yang Bobby janjikan pada June. Keadaan mencekam lebih terasa menyelimuti rumah besar ini.

"Kamu pulang? hanya untuk meminta restu?" Tanya Tn. Kim. "Tidakkah kamu masih bagian keluarga ini?"

"Ayah," Ny. Kim menenangkan suaminya.

"Saat kamu melangkah pergi dari sini bahkan kamu tak minta restu." Tn. Kim menatap anak Bungsunya, "Sekarang, apa yang membuatmu berpikir harus mendapatkan restu dari kami?"

Pertanyaan Tn. Kim sungguh sangat menyudutkan Bobby, June mencengkram pergelangan tangan Bobby yang tak pernah melepaskan tautannya sedikitpun. Urat-urat menonjol menandakan seberapa emosi Mas Bobbynya itu.

"Bobby pikir Bobby masih anak Ayah dan Ibu, Bobby menghormati kalian sebagai Orang tua Bobby, Bobby bermaksud meminta restu pada Ayah dan Ibu, dan mungkin jika sudi untuk menjadi wali Bobby. Bobby mau menikahi June, Yah, Bu." ucap Bobby sedewasa mungkin.

Ayahnya adalah tipe yang keras, sama sepertinya. Tapi jika dia mempertahankan kekerasannya itu, rencana nya akan alot.

"Tentu, Ibu sama Ayah bakal jadi wali kamu." Ny. Kim berucap sambil memeluk putra bungsunya erat.

"Kembali dan bantu kakakmu diperusahaan, Ayah akan merestui kalian." mutlak Tn. Kim.

"Tapi ayah, aku sudah jadi-"

"Turuti Bobby-ah, ayah mu tak akan selunak lebih dari ini." potong Ny. Kim menepuk punggung Bobby.

"Baik, Yah."

"Jadi, siapa dia?" tanya Tn. Kim yang membuat June menegakkan duduknya.

"Nama saya, Koo Junhoe, Tuan, Nyonya." ucap June sambil memyampaikan salam.

"Kau mau jadi pembantu?" perkataan Tn. Kim membuat June terbengong.

"Ayah.." rengek Bobby, Ayahnya itu, benar-benar sarkas.

"Lalu, apa ada Calon mertua yang dipanggil tuan dan nyonya?"

"Ahha, panggil kami Ibu dan Ayah, Juneya." ucap Ny. Kim setelah mengerti maksud suaminya.

"Baik, Ayah, Ibu, maafkan aku."

"Kenapa minta maaf? Siapa Orang tua mu? Biar Ayah mudah melamarkanmu untuk anak nakal itu." tanya Tn. Kim.

"Saya anak Papa Koo dan Mama Koo." ucap June polos.

"Maksudku nama mereka."

"Koo Seunghyun dan Koo Mina. Maaf." ucap June setelah merutuki kebodohannya.

"Sudah, jangan sungkan.. ikutlah dengan ayah, kita makan malam." ajak Tn. Kim.

"Kau tau, Ayah senang anak nakal itu kembali, dan ternyata bawa calon haha..." ujar Tn. Kim pada June seraya berjalan ke meja makan, di belakangnya ada istrinya dan Bobby.

"Maa.. calon istri ku dimonopoli Ayah."

June tak akan tahu sampai hari ini, bahwa Mas Bobbynya yang dewasa ternyata bisa juga merengek manja pada ibunya. Belum lagi Ayah Kim yang ternyata hanya terlalu rindu pada anak-anaknya, June akui gengsi Ayah Kim itu sangat tinggi. Dan Ibu Kim yang sangat baik padanya.

_______________________________________

Konfliknya aneh kan?


story ini diusahain End sebelum akhir Desember

makasih,

Buronan Mertua, Kim BobbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang