ABSEN

31 5 0
                                    

Pembunuh yang begitu mengerikan.
Kereta yang menabrak ku.
Semuanya seakan benar-benar nyata,
Dan aku yakin benar kejadian itu bukanlah sebuah mimpi,
aku sangat yakin betul jika kejadian pembunuhan tadi sangatlah nyata.

bahkan jika benar kejadian itu hanya sebuah mimpi,
Mengapa aku tidak mengingat sedikitpun, jika aku tertidur di kursi stasiun.
Dan aku sangat yakin jika aku tidak tertidur tadi.
Namun mengapa, kejadian tadi seolah hanya sebuah mimpi.

Pikiranku yang berkecamuk membuatku mengehembuskan napas dengan frustasi.
Dan memilih untuk diam, dan melihat ke arah jendela kereta, yang kunaiki bersama Arsinoe.

Begitupun Arsinoe, dia sepertinya larut dalam pikiran nya sendiri.
~~~

Sesampainya di kota, akupun langsung turun dari kereta, dan diikuti Arsinoe yang berada di belakangku.

"Hei Zihan, sepertinya kau benar-benar tidak sehat hari ini, apa kau lupa jalan menuju sekolah?", ucap arsinoe yang berada di belakang jalanku.

"Tidak, aku tidak lupa". Jawabku,

"Lalu mengapa kau berjalan ke arah yang salah",

"Kau tidak perlu tau".

"Kau ini!" Ucapnya yang sedikit membentakku, dan menahan lenganku.
"Apa kau berpikir akan membolos sekolah". Lanjutnya lagi.

"Iya" jawabku singkat

"Benarkah?, kalau begitu aku ikut, aku juga sedikit malas bersekolah hari ini". Ujarnya, yang membuatku sedikit berdecih.

Sepertinya hari ini, harapanku agar tidak ada yang merusak mood ku, semuanya musnah.
Karena kejadian aneh di stasiun tadi,
seketika aku benar-benar merasa kacau.

Dan membuatku merasa harus menenangkan diri sejenak.
Dan untungnya pemuda yang
akhir-akhir ini selalu mengangguku ingin menemaniku membolos, yang membuatku sedikit merasa lega. dikarenakan jika aku sendiri mungkin aku akan tersesat sendiri, bagaimanapun juga aku belum begitu mengenal
seluk-beluk kota ini.

~~~
Sekarang aku dan Arsinoe berada di sebuah Cafe dekat taman kota,
Cafe yang didominasi warna coklat kayu ini, menambahkan kesan hangat di dalamnya,

"Untuk apa kita kesini", ucapku padanya, yang sedang membawa dua cangkir coffee dan langsung duduk di sampingku, seraya menaruh coffee itu di atas meja dengan penuh
Kehati-hatian.

"Apa kau lupa kita sedang membolos, sudahlah ikuti saja aku, aku belum sarapan karena kau, jadi kau harus menemaniku sarapan dulu disini." Ucapnya seraya menyeruput secangkir kopi yang di bawanya tadi.
"Dan iya aku baru ingat, bagaimana, buku biru yang kuberikan semalam padamu, kau pasti sangat terkejut kan, melihat buku itu sudah tidak ada lagi bersamamu" lanjutnya lagi, sambil meletakan kopi itu kembali ke atas meja.

Mendengar ucapannya tadi membuatku seketika berdecih dan hanya menatapnya datar, seraya langsung mengambil buku biru yang berada di dalam ransel ku,
"Hei pembohong, ini aku kembalikan buku yang kau bilang penuh dengan misteri ini," tunjuku padanya yang membuat mata hijau mudanya seketika membulat,
"Kau harus membayar kebohonganmu itu". Lanjutku lagi seakan mengancamnya.

"Bagaimana bisa", ucapnya, sambil langsung mengambil buku biru yang berada di gengamanku dan membolak-balikan buku biru itu.
"Tapi aku benar tidak berbohong, aku ingat sekali saat itu, aku membawanya tidur dan saat aku terbangun buku itu hilang entah kemana". Ucapnya yang terlihat kebingungan.

Im I DementedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang