a Tree

28 9 2
                                    


Seusai makan siang bersama dengan Arsinoe, dan gadis bermata biru yang baru ku tahu jika bernama Rhea
dan juga bersama wanita Arogan yang Mempunyai skill memasak yang sangat lezat.

Arsinoe langsung mengajak ku untuk menuju ke lantai empat dari rumah ini,
Dan akupun hanya mengikuti nya.

Dan untungnya gadis bermata biru yang bernama Rhea itu tidak ikut bersama kami, entah mengapa.
namun gadis itu bilang, dia ada sedikit pekerjaan yang harus diselesaikan, dan berjanji akan segera menyusul kami.
namun ku harap dia tidak usah mengikuti kami.
karena jika gadis itu bersama kami aku selalu merasa ter asingi, bukan berarti aku cemburu aku hanya merasa sedikit canggung saat berada di rumah orang yang baru ku kenal, dan membuatku sedikit kikuk, ditambah lagi ibunya yang arogan itu membuatku benar-benar tidak nyaman jika berada berdekatan dengan ibunya itu.
~~~

Setelah melewati beberapa lantai yang ada di rumah besar ini, akhirnya aku dan Arsinoe berada di lantai empat.
Jika Di lantai pertama, kedua dan ketiga selalu terdapat jendela besar, yang membuat mata langsung menuju ke arah luar dan disuguhi pemandangan yang begitu indah.

namun saat sudah berada di lantai ke empat ini, jendela kaca nya jauh lebih banyak dan besar, mungkin bisa dikatakan lantai ke empat ini berdinding kaca.
Sehingga membuat pencahayaan di lantai ke empat ini begitu terang.

Dan dilantai keempat ini, tidak ada ruang penghubung ataupun
pintu-pintu.
Tidak ada apapun di lantai ini,
hiasan dinding, meja, kursi atau bahkan pernak pernik lainpun tidak ada di lantai ini.
Dan kurasa mungkin, lantai keempat ini ditujukan untuk Aula.

Namun anehnya, ditengah-tengah aula yang kosong melompong ini, hanya terdapat satu pohon berukuran kecil, yang berada di dalam pot yang tidak terlalu besar.

Pohon berukuran kecil bahkan terkesan unik ini sungguh cantik dan indah dipandang mata,
bahakan mataku pun tak berkedip sedikitpun memandang pohon yang begitu cantik ini.
bahkan ku rasa dari semua pohon yang pernah ku lihat, pohon ini adalah pohon tercantik.
Dikarenkan tidak pernah aku melihat
Batang pohon yang kecil namun begitu kokoh, Dan daunya yang teratur beserta warna daunnya yang hijau segar, membuat siapapun yang memandang pohon itu akan merasakan kedamaian.

Apakah ini miniatur pohon,
namun pohon ini terlihat seperti asli, tapi mengapa bisa berbentuk seunik ini dan begitu cantik, batinku.

"Mengapa hanya ada pohon disini? Tempat apa ini?, pohon apa ini?,"Tanyaku padanya, seraya berniat untuk menyentuh pohon itu.

Namun tidak ku sangka Arsinoe langsung mencekal tanganku dan menggelengkan kepalanya.

"Kau tidak boleh menyentuhnya, kau hanya boleh melihatnya, jika kau tidak ingin melihat pohon ini mati?" Ucap Arsinoe padaku, yang membuatku merasa tak enak hati, sekaligus bingung.

"Heehh, mengapa seperti itu?" Tanyaku sedikit canggung dan mengurungkan niatku untuk menyentuh pohon itu.

"Tidak ada yang tahu, bahkan semua orang yang ada disini tidak ada yang tahu, kecuali paman, dan sepertinya paman tidak berniat untuk memberitahu siapapun". Ucap Arsinoe,
"Namun yang aku tahu, saat aku kecil, jika sedang berlibur aku dan Rhea selalu menghabiskan liburan kami disini.
Dan pernah saat liburan musim panas, dan waktu itu aku dan Rhea masih sangat kecil,
Dan saat kami sedang bermain kami berlari melewati ruangan paman yang sedikit terbuka, dan tidak sengaja mendengar paman yang berteriak dan terdengar sangat marah.
Mendengar itu kamipun mengintip melalui celah pintu, dan terlihat paman yang sedang meratapi pohon ini.
Saat itu aku sangat bingung sekaligus terkejut saat melihat paman meratapi pohon ini seakan terlihat benar-benar frustasi, dan ku lihat saat itu pohon ini mengering dan daunnya yang berjatuhan dengan warna yang mulai menguning.
disaat itu aku dan Rhea sangat khawatir pada keadaan paman yang terlihat sangat frustasi, dan bodohnya saat melihat paman seperti itu Rhea langsung menghampiri paman,
dan saat paman melihat kehadiran kami.
diluardugaan paman langsung memarahi kami, dan menuduh kami telah menyentuh pohonnya. dan dengan kemarahan yang mengebu-ngebu paman memperingati kami untuk menjauhi pohon ini, dan semenjak kejadian itu tidak ada yang berani mendekati apalagi menyentuh pohon ini. Dan paman pun merombak lantai keempat dan menjadikan lantai ini khusus untuk pohon ini". Jelasnya padaku, yang sedikit membuatku takut mendengar ceritanya itu, dan membuatku berpikir sepertinya pohon ini sangat spesial bagi paman Arsinoe.

"Lalu mengapa kau mengajak ku, untuk melihat pohon ini, bagaimana jika pamanmu tahu?,dan bagaimana jika pohon ini tiba-tiba kembali mati?, apa kau sengaja agar aku dimarahi pamanmy?," tanyaku dengan nada yang sedikit menuduhnya, dan membuatnya mengerynyitkan keningnya.

" pikiranmu sangat kotor, aku mengajakmu kesini untuk menebus kesalahan dan juga janjiku padamu, dan kurasa sepertinya paman sedang tidak berada di rumah.
dan sepertinya ku lihat, kau sedang dalam keadaan yang tidak bagus, apa kau punya masalah?, jika iya dekatkanlah hidungmu ke arah pohon itu, dan hiruplah oksigen yang dikeluarkan pohon itu, karena disaat aku merasa stress aku akan pergi diam-diam menuju lantai ini dan dengan menghirup udara yang ada di sekitar pohon ini aku merasa stress ku sedikit menghilang." Ujarnya, yang membuatku berkelik tak percaya.

"Benarkah?" Ucapku, dan bodohnya aku selalu menuruti perkataannya, Akupun langsung mendekat ke arah pojon itu dan mencoba menghirup oksigen yang dikeluarkan pohon itu,
namun belum sempat aku mendekatkan hidungku untuk menghirup udara yanga ada di pohon itu, aku langsung terkejut oleh suara yang tiba-tiba dan juga membentak.

"Heii!!!, apa kau gila!, menjauhlah dari pohon itu" bentak Rhea padaku, yang membuatku langsung menjauhi pohon itu.
"Arsinoe, mengapa kau berani sekali mengajak orang asing ke lantai ini, apa kau tidak ingat dengan pesan paman, tidak ada yang boleh mennginjak lantai empat", ucapnya yang sedikit lembut pada Arsinoe.
"Heii buruk rupa, lebih baik kau pergi dari sini", lanjutnya padaku dengan nada pelan namun benar-benar menusuk dadaku.

"Rhea!!," bentak Arsinoe pada gadis bermata biru itu, yang membuatku langsung berlari pergi meninggalkan mereka.

Tidak kusangka gadis itu bisa berbicara sangat tajam seperti itu.
Terdengar Arsinoe yang memanggilku namun tidak kuidahkan, aku benar-benar sakit hati.

apa tidak ada sedikitpun orang yang melihat wajahku tanpa menghinanya, aku tau dan cukup sadar jika wajahku ini buruk, pikiranku yang berkecamuk membuat mataku tak mampu lagi membendung air mata yang menetes dengan sendirinya.

Dari belakang terdengar derap langkah kaki Arsinoe yang begitu cepat mengikutiku,
Dan saat aku ingin membuka pagar besi, yang ku agung-agungkan tadi saat pertama menginjakkan kakiku ke tempat ini, ternyata Arsinoe sudah berada tepat di belakangku dan menahan tanganku.
yang membuatku langsung menghempaskan tangannya.

"Jangan menggangguku!," bentaku padanya, dan langsung mengehempaskan tangannya dengan kasar yang menahan tanganku, kemudian berlari pergi meninggalkannya.

--------

TO BE CONTINUED

Im I DementedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang