2. Pacaran setelah menikah

3.2K 418 58
                                    

Adik dari Seokjin,  Kim Taehyung,  hanya tertawa mendengar curhatan sang kakak di telpon. 

"Ya asik dong,  bisa ena ena karena sudah menikah"

Si satu ini memang. Kalau ada di depan matanya,  maka si kecil itu akan di cubit pinggangnya.

"Lebih baik dia ceraikan aku saja." kata Seokjin gamang. 

"Hei,  kakak ipar itu mau berusaha.  Biarkan saja. Kasihan juga dia masih berduka.  Hormati keputusannya."

"Yang jomblo mana paham."

Lalu seokjin bisa mendengar gerutuan dari seberang. Panjang. Namun yang bisa Seokjin lakukan hanya tertawa. 

"Sudah sana,  segera temui kakak ipar.  Bicarakan mau bilang apa.  Hei,  jangan lupa pesan ayah,  perusahaan itu jatuh padamu kalau kamu sudah punya keturunan."

Seokjin berdecak.  "Aku tidak peduli itu. Aku hanya mau hati Joohyun saja."

"Picisan." gerutu Taehyung lagi.  "Sana segera temui dia, sekalian pantau keadaannya. "

Dari awal, Seokjin memang sudah berada di depan gedung tempat Joohyun tinggal, hanya saja dia masih menunggu di mobil dan menelpon sang adik agar diberi sedikit pencerahan, dan kata-kata di atas tersebut adalah percakapan mereka. Setelah mematikan sambungan telpon, Seokjin keluar dari mobilnya. Berjalan menuju depan gedung rumah Joohyun. Dia belum pernah kemari sebelumnya. Pertemuan mereka hanya di kantor, di rumah sakit, dan di restoran dekat kantor. Hanya itu. Seokjin kemudian menekan bel gedung, dengan nomor rumah Joohyun agar dapat memasuki gedung.

"Siapa?" Tanya perempuan dari intercom. Dari suaranya saja, maka Seokjin tahu bahwa itu Joohyun.

"Aku."

dan tiba-tiba suara pintu gedung terbuka. Seokjin segera memasuki gedung tersebut. Melihat interior gedung, membuat Seokjin sedikit menghela napas. Senang karena istrinya bukan tinggal di gedung biasa. Gedung ini dijaga dengan banyak cctv, dan pengamanan yang ketat. Pilihan yang bagus. 

Seokjin kini sekali lagi menekan tombol bel, tetapi kali ini benar-benar di depan rumah Joohyun. Menunggu 1 detik, dua, tiga, empat, dan di kelima detik pintu itu terbuka. "Masuklah."

Rambut berantakan, dengan piyama krem sederhana. Seokjin berdeham terlebih dahulu sebelum memasuki rumah Joohyun. "Permisi"

Ia melepas sepatunya, dan mulai berjalan dengan kaos kaki putihnya di dalam rumah Joohyun. Sederhana, bau pewangi ruangan? entah ini bau familiar. Bau yang menciri khaskan Joohyun? Entahlah. 

Saat Seokjin menginjakkan kaki ke ruang tengah rumah Joohyun, mata Seokjin berkedip. Selimut terlipat rapi di ruang tengah, tiga toples berjajar di meja ruang tengah, dan televisi yang memutar siaran SBS channel animal farm. 

"Kenapa berdiri saja, silahkan duduk." Kata Joohyun.

Seokjin tentu dengan segera mengambil tempat. Dia memperhatikan Joohyun yang sedang mengambilkan air minum di dalam gelas. Kemudian meletakkannya di hadapan Seokjin.

"Maaf hanya air putih, belum sempat berbelanja." jawabnya singkat sebelum akhirnya duduk di sebelah Seokjin.

Seokjin biasanya hanya melihat Joohyun dengan setelan kantor ataupun wajah dengan make up, sehingga dia terkesima saat melihat Joohyun dengan piyama dan wajahnya yang tanpa make up. Ah, tidak, dia akan selalu terkesima setiap melihat wajah Joohyun. Saat di altar, saat bertemu dengannya di manapun, jantung Seokjin akan selalu berdebar kencang saat melihatnya.

Their Story ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang