The Night

909 69 0
                                    

Akashi Seijuuro menghela napas panjang. Kedua bola mata sewarna rambutnya masih menatap laptop juga tumpukan berkas di hadapannya. Seolah tidak ada habisnya. Padahal hari ini dia bisa pulang ke rumah, tapi justru pekerjaannya masih belum selesai. Ok jangan salahkan pekerjaannya sepenuhnya. Lagipula dia sendiri yang memilih tetap mengikuti kompetisi shogi meski tau jika pekerjaan di perusahaan tidak bisa ditinggalkan. Ya. Seorang Akashi Seijuuro tidak akan semudah itu mengeluh, benar?

Pintu diketuk pelan sebelum akhirnya terbuka dan menunjukkan seorang wanita yang berjalan tenang dengan sebuah nampan di tangan. Pintu kembali tertutup tanpa suara. Gerakan wanita itu anggun. Setiap langkah kakinya tidak menimbulkan suara gaduh. Aroma teh yang menenangkan membuat sosok berambut merah itu menoleh. Tersenyum tipis pada wanita yang meletakkan segelas teh disampingnya.

"Arigatou" ucap si laki-laki tulus. Raut lelahnya perlahan hilang. Berganti dengan senyum lembut yang menawan.

"Doitashimashite, ada yang bisa ku bantu, Sei?" Suaranya teramat lembut. Tak ada gurat kekecewaan yang terlihat di wajahnya meski sungguh setelah seminggu lamanya ini kali pertama sang suami pulang.

Tangan terangkat. Digenggam erat sebelum akhirnya diarahkan tepat pada wajah. Gerakan sederhana yang sukses membuat wajah si wanita merah padam tatkala sosok berambut merah itu mengecup lembut tangannya. Mengangkat wajah, si laki-laki terkekeh tatkala mendapati wajah wanitanya merah padam. Ah. Padahal mereka sudah menikah sejak tiga bulan lalu, tapi wanita itu masih saja tidak terbiasa dengan skin ship yang ia lakukan.

"Nani mo, aku hanya ingin melihatmu lebih lama" suara itu dikatakan dengan lembut dengan ekspresi wajah tenang luar biasa, tapi efeknya justru semakin membuat si wanita merah padam. Malu luar biasa.

"Kalau begitu aku akan menemanimu. Tidak keberatan?" Meski dengan wajah yang memerah, tapi suara yang dikeluarkannya justru terdengar normal. Tenang. Mengalun lembut. Tak perlu waktu lama hingga si laki-laki mengangguk tanpa ragu, membiarkan sang istri mengambil tempat duduk tak jauh darinya. Membiarkan saja sang istri mengambil buku serta membaca dengan tenang. Tak apa. Meski hanya sebatas itu, toh semuanya cukup. Selama mereka berdua bisa bersama.

Hening lagi. Seijuuro kembali menekuri pekerjaannya. Jarum jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Nyaris setengah satu dini hari bahkan. Tapi dasar Akashi Seijuuro yang selalu tegas bahkan pada dirinya sendiri, dia tetap mengerjakan pekerjaannya. Tak peduli dengan mata berbingkai kacamata anti radiasi yang mulai perih. Bergerak perlahan, wanita itu berjalan mendekati sang suami. Kedua tangan ia tumpukan di pundak sang laki-laki. Memijatnya perlahan. Membuat sang laki-laki menoleh detik itu juga.

"Sei, tidak lelah? Apa pekerjaannya harus selesai malam ini juga?" Bertanya lembut. Tak ada nada paksaan dalam suara itu. Kedua tangannya masih bergerak. Memijat pundak sang suami yang terasa sangat kaku. Dia cukup khawatir akan keadaan sang sumi. Hey tentu saja! Istri mana yang tidak mengkhawatirkan keadaan suaminya yang sejak seminggu lalu tidak pernah beristirahat dengan benar?!

"Kau sudah mengantuk, Nami? Tidurlah duluan, aku akan segera menyusul" wanita itu menghela nafas pelan. Kedua tangannya masih bergerak teratur. Bukan itu jawaban yang dia inginkan. Sungguh.

"Sei, kau sama sekali tidak menjawab pertanyaanku" katanya tenang. Seijuuro terkekeh pelan. Sebelah tangannya bergerak. Berhenti tepat diatas tangan yang masih memijat bahunya.

"Hai, hai, Akashi ojou sama. Aku berhenti sekarang, kita istirahat sekarang"

Mengangguk. Wanita itu tersenyum senang. Menikah dengan sosok yang punya kepribadian tidak jauh beda denganmu mungkin akan lebih mudah bukan? Setidaknya Seijuuro selalu bersyukur mendapatkan istri seperti wanita itu. Dia dewasa. Tidak banyak menuntut. Tidak mudah emosi. Mampu berfikir rasional. Tidak mudah cemburu. Meski... sungguh wanita itu... keras kepala. Tak apa. Toh menikah memang bertujuan untuk menerima sifat apa adanya kan?

Kedua sosok itu bangkit. Tangan saling bergandengan. Langkah kaki selaras. Tenang tanpa menimbulkan kegaduhan. Malam ini, setelah satu minggu tidak pulang demi mengikuti kompetisi shogi tingkat nasional, Akashi Seijuuro akhirnya bisa beristirahat dengan tenang. Juga... mendapatkan amunisi dari sang istri buat kembali berkutat dengan pekerjaan yang tiada habisnya.

.

.

.

Ryuuzaki Nanami, ah, sekarang namanya Akashi Nanami, 26 tahun, tinggi 155 cm, seorang guru juga istri Akashi Seijuuro.

Mungkin kalian bertanya kenapa istri seorang Akashi Seijuuro berprofesi sebagai guru saat bahkan suaminya bisa membeli sebuah sekolah jika dia mau? Sederhana saja. Karena Akashi Nanami mencintai pekerjaannya dan selama pekerjaannya tidak mengganggu waktunya melakukan kewajiban seorang istri dari Akashi Seijuuro, sang suami tidak mempermasalahkannya. (Meski terjadi perdebatan sengit sebelum mereka menikah)

The Days With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang