Seijuuro bergerak. Matanya terbuka dan langsung mendapati tempat disampingnya kosong. Ah. Istri mungilnya pasti sudah selesai bersiap. Mengerjap, menyesuaikan cahaya yang masuk pada retina mata, Seijuuro mulai bangkit dari posisinya. Tersenyum tulus saat mendapati segelas air putih dan segelas teh hangat yang sudah tersedia di sampingnya. Menunjukkan jika istrinya sedang dibawah. Ikut menyiapkan sarapan bersama pelayan. Melangkahkan kaki, Seijuuro memasuki kamar mandi. Bersiap membersihkan diri.
Seperti yang sudah ia duga. Istri mungilnya memang menyiapkan sarapan. Nanami tersenyum hangat saat mendapati figur sang suami berjalan mendekat. Tanpa kata memberikan kecupan sayang di dahi sebelum menduduki kursi di meja makan. Ah iya. Berhubung hari ini sekolah libur, jadi Seijuuro baru menyadari alasan dibalik pakaian kasual yang dikenakan sang istri.
"Nami?" Suara mengudara. Meski sudah cukup lama Seijuuro memanggilnya dengan nama depan, sejak mereka menjalin hubungan, tapi tetap saja, cara Seijuuro memanggil namanya selalu membuat Nanami merasa begitu beruntung.
"Ya, Sei?" Balik bertanya. Mereka sudah selesai sarapan omong-omong, karena di kediaman Akashi, bicara saat makan bukan merupakan sesuatu yang biasa. Tidak sopan. Jadilah semua pembicaraan dilakukan setelah makan selesai.
"Temani aku ke kantor" kata-kata itu diucapkan dengan nada yang biasa. Lebih terkesan seperti sebuah pernyataan dibandingkan ajakan. Intinya Seijuuro tidak menerima penolakan. Sama seperti saat si laki-laki berambut merah itu melamarnya tiba-tiba.
"Eh? Sei, kau tidak apa-apa?" Heran. Tentu saja. Yang barusan bicara itu Seijuuro loh. Suaminya yang gila kerja. Lalu tadi itu apa-apan? Seijuuro masih sehat kan?
Napas dihela pelan. Seijuuro bangkit dari duduknya, memutar kursi yang di duduki sang istri hingga keduanya berhadapan. Dua pasang mata saling bertatapan. Yang satu menunjukkan keheranan, yang satu tetap tenang. Seijuuro mungkin tidak sadar jika ucapannya barusan sungguh jauh diluar kebiasaannya. Seijuuro menundukkan wajah, membuat wajah keduanya sejajar. Karena jujur saja, kadang Seijuuro merasa tak tega saat harus membiarkan istri mungilnya terus mendongak akibat perbedaan tinggi badan. Omong-omong, di meja makan itu mereka berdua tidak akan terinterupsi oleh kehadiran pelayan yang berkeliaran. Memberi tuang privasi sebanyak-banyaknya bagi pasangan itu merupakan aturan tidak tertulis yang harus dipatuhi para pelayan. Jadi dimanapun sepasang suami istri itu tengah berdua, para pelayan tidak akan mendekat ke tempat tersebut juga akan langsung memberi kode agar pelayan lain segera menyingkir dari tempat tersebut. Sudah dibilang bukan jika Akashi Seijuuro sangat menghargai privasinya?
"Hm. Aku tidak apa-apa. Aku sedang butuh sekertaris yang sangat pribadi, jadi tidak ada penolakan"
Nanami menghela napas panjang. Jika sudah begini dia bisa apa? Bisa sih dia menolak, tapi argumennya akan kalah jika dihadapkan dengan argumen Seijuuro yang selalu benar. Percayalah. Satu-satunya orang yang bisa menundukkan Nanami dengan segala argumen kritis serta penuh logikanya hanya seorang Seijuuro. Beruntung Nanami akhirnya menikah dengan laki-laki seperti Seijuuro, entah bagaimana nasib suaminya jika dia menikah dengan laki-laki selain Seijuuro.
"Bagaimana dengan Momoi san?" Oho. Rupanya Nanami masih belum menyerah. Menanyakan sekertaris sekaligus asisten pribadi sang suami, Nanami memang lawan yang tidak mudah menyerah.
Seijuuro memasang ekspresi tidak terbaca. Kedua tangannya bergerak membingkai wajah sang istri, menariknya hingga nyaris tidak menyisakan jarak antara wajah keduanya. Jangan tanyakan seperti apa wajah Nanami saat ini. Merah padam. Tentu saja. Sungguh. Hey! Demi apapun ini di ruang makan dan Seijuuro sangat dekat.... tidak bisa menoleh atau berpaling. Tentu saja. Buat apa Seijuuro membingkai wajahnya jika dia masih bisa mengelak? Seijuuro benar-benar jenius tanpa bantahan.
"Aku tidak mungkin meminta Momoi memijat pundakku saat lelah kan? Atau ku pindahkan saja kantor ke rumah ini?"
Nice! Sekarang Nanami benar-benar tidak bisa berkutik.
Mengangguk perlahan. Nanami tidak bisa menolak. Aaah... dia tidak terlalu suka mengunjungi Seijuuro di kantornya. Salahkan pengalaman pertama kedatangannya di sana yang tidak mengenakkan hingga membuat Nanami enggan datang lagi. Apalagi jika sudah datang dengan Seijuuro, dia malas diperlakukan sehormat itu oleh orang lain. Tapi kali ini dia benar-benar tidak bisa menolak. Lagipula... memang sepertinya dia harus menemani Seijuuro. Suaminya itu bahkan baru tidur setengah dua dini hari.
"Kita buat kesepakatan?" Wanita itu tersenyum tipis, tapi percayalah, dia selalu lihai dalam segala macam diplomasi. Meski dia kalah telak dari Seijuuro tapi dia masih punya kesempatan kan? Ah... Nanami memang cerdik. Dan Seijuuro tidak bisa menolak kata itu. Istrinya memang cerdik meski terkadang juga bisa cukup licik. Jawaban di dapat berupa anggukan samar. Nanami tersenyum puas. Ini kesempatannya buat memaksa Seijuuro memperhatikan kesehatan yang diabaikan beberapa hari lalu.
"Sebelum ke kantor kita ke tempat Midorima san dulu, juga aku akan memaksamu pulang jika sudah masuk waktu pulang, bagaimana danna sama?"
Uh oh. Bagaimana caranya Seijuuro menolak jika sudah begini? Ah. Memang. Nanami tau betul bagaimana caranya membuat sosok seperti Seijuuro tidak berkutik. Ah, meski nyatanya lebih banyak dia yang dibuat tidak berkutik oleh Seijuuro sih. Sesekali membuat suaminya kalah tanpa sadar, menyenangkan bukan? Nanami tersenyum cerah sekali. Menikah dengan Seijuuro ternyata.... sama sekali tidak buruk.
Seijuuro tau dia kalah tanpa sadar, tapi tetap saja dia gemas buat tidak memeluk erat istri mungilnya. Ah. Dia memang menikahi wanita yang tepat. Sangat tepat bahkan. Tau bagaimana caranya membuatnya menurut tanpa melakukan apapun. Sederhana saja. Lakukan diplomasi dan Seijuuro bisa dengan mudah terperangkap. Sesekali sih.
.
.
.
Akashi Seijuuro, 26 tahun, sudah menikah. Disebut oleh teman satu organisasi Nanami sebagai sosok yang berhasil 'menjinakkan' sebuah gunung beton.
Akashi Nanami, 26 tahun, sudah menikah. Satu-satunya orang yang bisa membuat Seijuuro kalah dalam diplomasi meski hanya sesekali. Kata Aomine, Nanami bisa menjinakkan 'raja singa'
KAMU SEDANG MEMBACA
The Days With You
FanfictionAkashi Seijuuro menikah. Menurutmu perempuan seperti apa yang menjadi istrinya? Isinya cerita pendek yang kebanyakan gak nyampe 1k word. Bagi yang pernah baca tulisan percayalah tulisan disini jauuuh beda dari tulisan biasanya saya. Buku ini saya...