Time...

351 32 3
                                    

Bel tanda pelajaran berakhir berdering. Akashi Nanami segera mengakhiri kelasnya sembari membereskan buku-buku pelajaran. Dia bekerja sebagai guru SD sehingga jam pulangnya tidak sesore guru-guru yang mengajar di SMP dan SMA. Murid-murid mengucapkan salam sebelum pulang sebelum akhirnya saling berlarian keluar dari dalam kelas. Meninggalkan sang guru yang masih membereskan beberapa barangnya.

Wanita yang berstatus sebagai istri dari seorang Akashi Seijuuro itu tersenyum puas setelah melihat kelas yang selesai juga barang-barangnya yang sudah rapih. Kaki melangkah, pintu ia buka perlahan dan kembali ditutup. Berbalik, namun matanya mengerjap tak percaya. Lihatlah. Di lorong kelasnya sosok itu berdiri dengan teramat menawan. Masih mengenakan pakaian kerja, berdiri di koridor sembari menyandarkan kepala. Tersenyum tipis melihat kehadirannya. Semburat merah menghiasi wajah sang wanita. Tidak menyangka akan kedatangan sang suami yang tiba-tiba. Tanpa pemberitahuan.

"Otsukaresama Akashi sensei" ucapan itu dikatakan dengan tujuan menggoda sang istri. Karena bagi Seijuuro mendapati rona merah samar di wajah istrinya, apalagi saat wajah sang istri merah padam karena malu sungguh membuatnya gemas sendiri. Selalu memberikan hiburan tersendiri baginya.

"Sei, bagaimana bisa kau ada di sini?" Tanya sang wanita masih dengan raut tak percaya. Rona kemerahan di wajahnya sudah hilang.

"Tentu saja menjemput istriku,  apa ada yang salah?" Sejak menikah Seijuuro mempunyai hobi baru. Mengisengi dan menjahili sang istri.

Nanami menghela napas pendek. Menatap sang suami dengan tatapan menahan diri. Kesal karena sang suami terus menerus menjahilinya. Sungguh, sebelum menikah Akashi Seijuuro yang dia kenal adalah sosok yang begitu serius dan tegas. Tidak terlihat sama sekali jika dia senang menjahili dan menggoda seseorang. Dan apa yang ia dapati setelah menikah? Ah. Akashi Seijuuro memang masih tegas dan selalu perfeksionis juga masih gila kerja, tapi entah kenapa kadar kejahilannya meningkat pesat. Jangan lupakan sesering apa Seijuuro menggodanya.

"Sei, berhenti menggodaku" tukasnya datar, namun justru mengundang tawa dari sang suami. Sukses membuat Nanami menahan kesal.

"Hai, hai... aku menjemputmu, tou san ingin makan siang bersama"

"Eh?"

Seijuuro terkekeh melihat raut kaget istrinya. Tanpa sadar sebelah tangannya terangkat dan mengapit gemas hidung mungilnya menggunakan jari. Membuat sang istri mengaduh tertahan. Baik. Ingatkan Seijuuro jika istrinya berbeda dengan perempuan kebanyakan. Dia tidak akan merajuk hanya karena hal sepele seperti itu sehingga ekspresi yang ditunjukkannya saat Seijuuro mengapit gemas hidung mungilnya dengan jari hanya ekspresi seperti biasa.

"Jadi, ayo pulang. Aku sudah membereskan semua barang-barangmu" tangan digenggam lembut. Langkah ditarik mengikuti. Kedua sosok itu berjalan menuju parkiran sekolah. Seijuuro tidak membawa serta supirnya. Ah. Seijuuro merupakan sosok yang menyukai privasi sehingga jika hanya berpergian berdua saja dengan sang istri dia jarang sekali membawa serta supir. Dia lebih menyukai kebersamaan mereka. Meski hanya dalam perjalanan pulang.

"Sei..." Nanami ragu. Seijuuro tau itu. Bagaimana sang istri memamanggil namanya, dia sudah hafal luar biasa.

"Tidak apa, Nami. Jangan khawatir, tou san hanya ingin makan siang bersama kita, lagipula sejak beberapa bulan lalu beliau sangat memanjakanmu bukan? Aku bahkan heran diantara kita siapa anak kandung tou san sebenarnya? Dia terlihat sangat menyayangimu"

"Bukan itu..." ragu. Suara wanita itu pelan. Dia bahkan tidak berani menatap wajah sang suami saat itu. Lebih memilih melemparkan pandangan matanya keluar jendela mobil.

Seijuuro yang menyadari kemana arah pembicaraan sang istri terkekeh samar. Sebelah tangannya menggenggam tangan sang istri. Tanpa sadar membuat Nanami perlahan menoleh. Menatap tepat di kedua matanya.

"Ah, memang kemungkinan besar tou san masih akan menagih cucu dari kita, benar? Tenang saja aku sudah punya jawaban yang tepat" si laki-laki berambut merah menyeringai. Sementara di sampingnya Nanami kembali membuang muka. Menatap keluar jendela mobil dengan wajah yang luar biasa merah.

Sudah dikatakan bukan jika setelah menikah seorang Akashi Seijuuro selalu menggodanya tanpa ampun? Ah. Mungkin Nanami perlu mencari solusi akan hal ini.

.

.

.

Akashi Nanami, 26 tahun, berkepribadian tenang, tinggi 155 cm, memiliki rambut hitam sepinggang, bukan perempuan pemalu. Tapi setelah menikah dengan Akashi Seijuuro dia selalu menahan malu. Wajahnya jadi gampang merona karena malu.

Akashi Seijuuro,  26 tahun, nyaris sempurna tanpa cela, tinggi 179 cm (tentu saja terjadi peningkatan tinggi setelah SMA), sejak menikah dengan Nanami memiliki hobi baru. Menjahili dan menggoda istrinya. Baginya wajah tersipu sang istri adalah hiburan yang tak ternilai harganya.

The Days With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang