After Ending

354 32 4
                                    

Nanami mendesah pelan. dipangkuannya sebuah kepala kecil berambut merah terlelap. Kelelahan. Mengusap lembut penuh sayang. Nanami terkekeh menatap wajah polos putranya yang tertidur. Kelelahan saking lamanya menunggu.
Iya. Mereka berdua sedang menunggu kepala keluarga yang menjanjikan makan malam bersama hingga bocah kecilnya ngotot tidak mau makan sebelum ayahnya pulang. Dan orang itu terlambat pulang. Meninggalkan bocah itu tidur tanpa makan malam.
Nanami kesal. Nanami marah. Suami merahnya itu... kenapa selalu menyebalkan sekali sih?
Dulu sih Nanami tidak peduli jika Seijuuro sering tidak menepati janji padanya. Nanami faham. Tapi sekarang kondisinya berbeda. Ya ampun anak mereka yang jadi korban sekarang. Mana bisa Nanami tidak peduli jika anak manis lucu yang sekarang tidur dipangkuannya menjadi korban karena kesibukan tidak terkira suaminya?!

Baik. Nanami mengajukan perang sekarang. Untuk pertama kalinya selama menikah Nanami memilih egois. Biar saja. Biar setidaknya Seijuuro lebih berhati-hati dalam menjanjikan sesuatu pada anak mereka yang polos.

Pintu rumah terbuka tepat jam setengah dua belas malam. Nanami bergeming. Tidak menyambut kedatangan sang suami seperti biasa. Memilih terus asik mengelus kepala anaknya. Sebenarnya sejak kelahiran putra pertama mereka Nanami ingin sekali marah. Ya ampun siapa yang tidak marah coba melihat anaknya sama sekaki tidak mewarisi sedikitpun karakteristik yang Nanami miliki. Memangnya siapa yang mengandung bayi itu selama sembilan bulan?!
Siapa yang melahirkannya?!

Nanami jadi mendiamkan Seijuuro sehaharian karena alasan konyol tersebut.

Putra pertamanya yang diberi nama Akashi Seiji itu percis sekali sang ayah. Rambut merah. Mata merah. Wajahnya mirip sekali seperti Seijuuro kecil dalam foto. Tidak mewarisi sedikit pun ciri fisik dari sang ibunda tercinta. Nanami sedih untuk alasan yang tidak menentu.

"Tadaima" ucapan itu dikatakan dengan lambat bersamaan dengan sofa yang terasa berat dan kehadiran sosok lain yang mendudukinya.

Nanami tidak menoleh, nemun mulutnya masih menggumamkan kata "Okaeri" dengan pelan. Kedua tangannya asik membelai sang putra. Sungguhan mencuekkan sang suami.

"Nami--"

"Seiji kun, bangun nak... ayo kita makan... tou san sudah pulang"

Seijuuro diam. Faham sekali jika sang istri marah. Mungkin ini pertama kalinya Nanami bersikap dingin padanya. Namun Seijuuro tau pasti dia tidak berhak marah. Jelas ini kesalahannya. Bocah yang tertidur di pangkuan istrinya menggeliat lucu. Mengerjapkan mata sambil mengucek matanya. Tingkahnya menggemaskan. Setelah sadar sepenuhnya, bocah yang memiliki ciri fisik mirip sekali dengannya itu tersenyum lebar. Langsung bergerak dan memeluknya erat. Sembari berkata antusias dan penuh semangat. Membuat Seijuuro merasa bersalah.

"Tou san pulang!!!" Seijuuro terkekeh. Memeluk dan mengangkat sang putra. Mengusap kepalanya penuh sayang.

"Tadaima Seiji..."

"Hm. Okaeri tou san.."

Nanami tidak menanggapi. Wanita itu bergerak menuju meja makan. Menghangatkan kembali makanan yang sudah dingin. Tidak mengatakan apapun pada sang suami sebagai bentuk protes nya. Membiarkan Seiji terus berada dalam pangkuan sang ayah. Ah. Nanami selalu kesal karena anaknya terlalu menempel pada sang ayah. Beruntung Seiji bukan anak manja. Tentu. Didikan keras keluarga Akashi masih menempel erat, meski berbeda dengan saat Seijuuro masih muda. Tuan besar Akashi pun--Akashi Masaomi--terlihat sangat menyayangi cucu pertamanya. Seiji dikelilingi kasih sayang yang tiada habisnya meski sang ayah terlalu sibuk.

"Seiji, apa kaa san sedang marah?"

Nanami mendecih pelan. Kenapa Seijuuro harus melibatkan Seiji untuk hal seperti ini?! Benar-benar. Akashi Seijuuro selalu memiliki sesuatu yang membuatnya menghela napas berat.

The Days With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang