Dancing

243 23 0
                                    

Nanami mendesah berat. Sesekali sebelah tangannya memijat pelan pergelangan kaki yang lelah. Belum satu bulan sebenarnya sejak mereka menikah, dan Nanami benar-benar belajar banyak mengenai keluarga Akashi. Tentu saja dia juga wajib mengikuti pelajaran etiket yang sesuai dengan keluarga Akashi. Nanami lelah. Tentu saja. Pelajaran etiket yang ia terima... sungguh menguras tenaga. Dan baru saja dia menyelesaikan pelajaran dansanya--guru Nanami tentu saja perempuan--. Demi apapun, selama hidupnya Nanami tidak pernah berdansa ataupun menari. Nanami tidak suka. Dibandingkan dengan berdansa... Nanami lebih suka membaca buku. Dibandingkan menari... Nanami jauh lebih suka merapihkan rumah. Dan dansa merupakan salah satu pelajaran wajib bagi keluarga Akashi. Tentu saja. Seorang Akashi memang dituntut buat menguasai banyak hal. Dansa dan musik salah satunya. Seijuuro pandai sekali memainkan biola dan violin,  justru Nanami payah sekali dalam bermusik meski Nanami suka sekali mendengarkan musik.

Semilir angin menerpa wajahnya. Saat ini Nanami tengah berada di halaman belakang rumah. Menikmati angin sore yang berhembus lembut juga menyingkirkan lelah yang mendera. Jujur saja sebelum menikah dengan Seijuuro, Nanami memang sudah diberitahukan mengenai pelajaran etiket seorang anggota keluarga Akashi serta segala sesuatu yang harus ia tau, meski sebenarnya Seijuuro tidak pernah meminta Nanami khusus mempelajari semua hal itu. Cukup etiket yang baik. Tapi tentu saja, Nanami jelas tidak mau mencoreng nama baik Akashi. Maka sebelum menikah dengan Seijuuro, Nanami memutuskan untuk mempelajari etiket yang diterapkan keluarga Akashi--dalam hal ini Seijuuro sendiri yang menjadi tutor--dan masalahnya justru yang satu ini. Dansa. Nanami payah sekali dalam urusan dansa. Sudah tidak terhiyung berapa kali Nanami tersandung kakinya sendiri saat mempraktekkan gerakan dansa. Dan entah berapa kali Nanami tanpa sengaja menginjak kaki pelayan yang ia minta membantunya berlatih. Nihil. Hasilnya sangat nihil. Nanami jelas sangat payah.

"Apa yang kau lakukan disini, Nami?" Seijuuro tiba lebih cepat dari biasanya. Nanami tersenyum tipis.

"Okaeri Sei.... kau pulang lebih cepat hari ini" sapanya tenang. Ya. Nanami sudah memanggil nama Seijuuro dengan nama depannya, meski butuh seminggu agar terbiasa. Dan sekarang memanggil nama laki-laki itu dengan nama depannya, nama yang sama seperti biasa almarhum sang ibu ucapkan. Sei.

"Tadaima Nami. Tte sedang apa kau disini?" Memilih mengambil tempat duduk di smaping sosok itu. Seijuuro menerima saat Nanami mengangusrkan segelas teh padanya.

"Mencari udara segar" Wanita itu berkata tenang.

Seijuuro mendesah pelan. Menatap kaki sang istri yang dibiatkan tanpa alas kaki. Tanpa bertanya lebih jauh pun Seijuuro tau apa alasan istrinya melepaskan alas kaki. Dia kelelahan mempelajari dansa.

"Nami, setelah makan malam kita bertemu lagi disini"

Nanami mengerjap heran. Ada apa? Biasanya mereka menghabiskan waktu di ruang televisi atau di perpustakaan rumah... kenapa...?

"Sei... jangan bilang kau mau mengajariku berdansa...?" Ragu. Nanami entah bagaimana mendapatkan pemikiran itu. Entah... rasanya dia mulai bisa menebak sedikit jalan fikiran laki-laki yang sudah menjadi suaminya itu.

"Hm. Dan aku tidak menerima penolakan" tandasnya tegas. Nanami menelan ludah susah payah. Kenapa rasanya dia semakin tidak bisa memberontak setelah menikahi Seijuuro?

"Tapi Sei... aku--"

"Apa kau pernah melihatku gagal mengajarimu, Nami?" Potongnya cepat sekaligus mengusaikan pembicaraan itu.

Nanami bungkam. Tentu saja. Dia lebih tau hal itu. Akashi Seijuuro selalu berhasil menjadi seorang guru yang tidak pernah gagal. Bahkan Seijuuro mengajarinya etiket dengan ketat dan hasilnya luar biasa. Nanami mampu mempelajari keseluruhan etiket dasar hanya dalam waktu satu minggu.

.

.

.

Sesuai yang dijanjikan. Sepasang suami istri itu kembali duduk di halaman belakang rumah. Seijuuro menarik Nanami perlahan hingga keduanya berada di rerumputan jalaman belakang rumah.

"Jangan takut menginjak kakiku Nami, kau mempercayaiku kan? Jika kau mempercayaiku cukup ikuti aku"

Lalu semuanya dimulai. Gerakan Nanami yang terkesan kaku dan penuh keraguan perlahan mulai menghilang diikuti gerakan yang sesuai dengan Seijuuro. Seijuuro benar. Dia memang tidak pernah gagal mengajarkan apapun. Dan Nanami tau jika dengan Seijuuro segala sesuatunya terasa lebih sederhana.

Mereka berdansa dibawah siraman cahaya rembulan. Angin malam yang bergemerisik menjadi melodi bagi keduanya. Tak ada yang bicara. Bahkan tanpa bicarapun, baik Nanami maupun Seijuuro tau satu hal yang pasti. Semuanya akan lebih mudah jika mereka melakukannya bersama.

.

.

.

Akashi Nanami, 26 tahun, sudah menikah, tahu pasti jika hanya Seijuuro yang mampu mengajarinya secepat itu. Dan tau jika semakin lama, Nanami semakin jatuh pada sosok itu.

The Days With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang