Yukata

285 29 0
                                    

Kapan Nanami bisa melihat wajah suaminya merona? Jawabannya mudah sekali. Saat Nanami mengenakan yukata. Yukata?
Ya. Yukata yang itu. Yukata yang sering dipakai saat akan pergi ke festival. Lalu apa korelasi antara yukata dan Seijuuro yang merona?
Entah. Nanami sendiri bingung apa korelasinya. Yang jelas Seijuuro akan merona saat melihat Nanami mengenakan yukata. Sampai memalingkan muka bahkan.

Malam memang cerah meski salju menutupi. Ah. Ini sudah memasuki bulan Desember. 20 Desember lebih tepatnya. Tahu ada apa di tanggal 20 Desember? Hm. Ulang tahun Seijuuro. Maka, sebagai istri yang baik lagi pengertian, Nanami mempersiapkan segala sesuatunya. Dia mempersiapkan makan malam seorang diri. Semua pelayan di liburkan begitu saja. Hanya ada Nanami seorang diri di dalam rumah. Menunggu kepulangan suami merahnya. Percayalah. Seijuuro pasti tidak akan mengingat hal sepele seperti hari ulang tahunnya ditengah kesibukan membuka cabang baru perusahaan di negara lain. Beruntung Seijuuro tidak harus turun tangan secara langsung ke negara bersangkutan. Entah apa yang harus Nanami lakukan jika itu terjadi disaat ulang tahun Seijuuro. Maka, dengan segala usaha yang ia lakukan seorang diri, hidangan makan malam buatan sendiri--tentu sup tofu salah satu menunya--Nanami bergerak cepat kembali ke kamar. Tinggal setengah jam sebelum kepulangan Seijuuro. Dan dia harus segera bersiap. Yukata sudah disiapkan, rambutnya sudah ditata sedemikian rupa--Nanami selama seminggu ini belajar menata tambut dari salah satu pelayan senior yang sudah melayani Seijuuro semenjak remaja--semua selesai. Wanita itu sudah terlihat luar biasa anggun. Wajahnya dihiasi make up tipis, untuk ini Seijuuro selalu bilang lebih menyukai Nanami tanpa riasan.

Pintu rumah terbuka pelan. Sosok berambut merah masuk dengan tenang. Wajahnya menunjukkan lelah luar biasa. Kaki dilangkahkan cepat, namun berhenti saat berada di ruang tengah. Kakinya berhenti. Tidak bisa digerakkan. Tas kerjanya jatuh begitu saja. Matanya menatap tanpa kedip sebelum akhirnya kepala digerakkan ke samping. Menghindari dari menatap sosok yang berdiri tenang menyambut kedatangannya.

Akashi Seijuuro, dihari pertama usia 27 tahun, mendapati sang istri berdiri tenang dengan senyum sehangat mentari pagi. Berbalutkan yukata menawan. Menambah kesan anggun serta menawan yang tidak dibantah. Sialnya, Seijuuro juga jadi tidak berkutik.

"Okaeri Sei" lembut. Suaranya teramat lembut. Sebelah tangan sontak digerakkan buat menutupi sebagian wajah. Jangan tanya seperti apa wajah Seijuuro saat itu. Sudah pasti merah padam.

Langkah pelan seolah menggema, tapi Seijuuro tetap bertahan untuk tidak menatap wajah istrinya yang luar biasa menawan saat mengenakan yukata. Sepasang tangan kecil terulur, menarik lembut tangan yang menutupi sebagian wajahnya, wanita itu berjinjit agar bisa membingkai wajah sang suami.

"Otanjobi omedeto danna sama"

Akashi Seijuuro, 27 tahun, kehilangan napas untuk beberapa saat tatkala merasakan kecupan singkat di kening lalu di pipi sebelum akhirnya di sudut bibirnya. Untuk pertama kalinya, Seijuuro merasa mati rasa.

"Sei... mukamu manis sekali. .." sebuah tawaan ringan lepas. Akashi Nanami, untuk pertama kalinya bisa menyaksikan seorang Seijuuro yang seperti kehilangan jiwa. Wajah merah padam bahkan hingga telinga. Sudah seperti warna rambut dan matanya.

"Nami, kau mengundangku?"
Oho... Seijuuro sudah sepenuhnya sadar, meski rona pink di wajahnya masih terlihat samar. Menyadari bahaya, Nanami bergerak cepat, menyeret mundur kedua kakinya, tapi sayang, nasib sedang tidak berpihak padanya. Kedua kakinya saling menginjak, sontak membuatnya terdorong ke belakang.

Baik. Silahkan gambarkan drama dimana si tokoh utama pria menahan tokoh perempuan yang nyaris jatuh terjerembab. Sudah? Nah. Kira-kira seperti itulah posisi kedua orang tersebut.

Wajah Nanami merah padam. Jarak wajahnya dan wajah Seijuuro amat teramat dekat hingga dia bisa merasakan hembusan napas Seijuuro diwajahnya. Bergerak pun percuma, karena jika dia bergerak, sudah habis harga dirinya akibat jatuh dihadapan Seijuuro--sayangnya Nanami tidak menyadari jika Seijuuro tidak akan pernah membiarkannya jatuh dihadapannya--

Akashi Seijuuro gantian menyeringai. Wajah tanpa cela itu menyeringai licik. Sengaja semakin memangkas jarak antara wajahnya dan sang istri, dia sengaja menghembuskan napas berat hingga menerpa wajah sang istri. Lihatlah sekarang. Bak senjata makan tuan, kali ini justru tubuh Nanami yang sekeras patung.

"Se... Sei... gohan wa... makan malamnya... aku sudah menyiapkannya... aku... Sei... ku mohon lepaskan aku... kita makan malam dulu ok? Ah, tofu! Aku membuatkanmu sup tofu!" Mata terpejam erat, tangan tidak bisa digerakkan buat menutupi wajah. Nanami malu luar biasa.

Seijuuro tertawa lepas. Memeluk erat sang istri penuh sayang. Mengecup lembut puncak kepalanya. Dia sungguh luar biasa senang.

"Hm... ayo makan, aku ingin makan sup tofu buatanmu, ah, Nami, setelah makan aku tetap meminta hadiahku"

Dan Nanami tidak bisa berkutik.

.

.

.

Akashi Seijuuro,  27 tahun, merayakan hari ulang tahun hanya dengan makan malam sederhana dan menghabiskan malam dengan sang istri.

Akashi Nanami, 27 tahun, untuk kesekian kalinya dia menyadari jika balik menjahili Seijuuro justru membahayakan keselamatan jantungnya.

The Days With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang