BL #2

826 5 0
                                    

Selamat membaca...........
_____________________________________



Prilly Latuconsina. Gadis itu berjalan cepat menuruni anak tangga satu persatu. Dengan tas punggung di sampirkan di bahu kirinya. Dan beberapa buku di tangannya. Berjalan menuju meja makan. Disana sudah ada Bunda yang sedang duduk. Melihat Prilly yang berjalan ke arahnya.
Prilly menggered kursinya yang bersebelahan dengan Bunda. Menaruh buku yang dia bawa di meja sebelahnya dan tas di kursi sebelahnya. Begitu Prilly sudah duduk, Bunda langsung mengambilkan satu sendok nasi goreng. Ketika ingin menyendokkan lagi Prilly menghentikannya.

" Bunda.. kali ini jangan bawa bekal dulu ya, illy bosen " ucap Prilly lembut. Lalu memasukkan sesendok nasi ke mulutnya.

Bunda tersenyum ramah. " Iya sayang , tapi jangan jajan sembarangan ya "

" Illy udah gede Bunda.. illy tahu mana yang boleh dimakan mana yang nggak "

" Maaf, maksud bunda.."

" Bunda jangan minta maaf dong. Bunda gak salah kok " potong Prilly cepat.

" Iya sayang.. yasudah habiskan makannya ya nanti terlambat "

Prilly mengangguk. Menghabiskan  nasi gorengnya tak tersisa. Hal itu tentu membuat Bunda senang.
Kemudian Prilly pamit pada Bunda. Lalu Bunda mengantarkannya sampai depan pintu. Setelah Prilly masuk ke mobilnya kemudian mobil itu melaju keluar barulah Bunda masuk kedalam.


*******

" Nggak bawa bekal lagi Prill ?"

" Enggak.. mulai hari ini gue nggak bakalan bawa bekel lagi. Bosen , lagian gue bukan anak Tk lagi. Kalo ke sekolah harus banget bawa bekel "

Naya terkikik mendengar jawaban Prilly. Sedangkan Prilly memutar bolamatanya malas.
Keduanya kini sedang berada dikantin sekolah. Biasanya setiba di kantin. Prilly langsung membuka bekel yang ditentengnya saat ke kantin. Hal itu Prilly lakukan semenjak Bunda menjadi ibu barunya. Tapi kali ini Prilly tidak mau lagi melakukannya. Malu rasanya. Sudah SMA masa masih bawa bekel. Emangnya anak TK.

" Hay Prill , Nay " sapa Raka. Dan sebelahnya ada Evan.

Tanpa menunggu persetujuan Prilly dan Naya. Kedua lelaki itu langsung duduk saja di di depan Prilly dan Naya. Tentunya mereka tidak marah. Karna dua lelaki itu selalu melakukan hal sama.

" Eum... Kalian nggak sama Devan " tanya Naya.

Wajah Evan langsung tertunduk sedih. Selalu itu yang Naya tanyakan. Saat tak ada Devan bersama mereka.
Prilly meringis melihat Evan. Tentu Prilly tahu tentang perasaan Evan pada Naya. Kalo Evan ternyata menyukai Naya. Tapi dia tidak tahu sejak kapan Evan menyukainya. Prilly menepuk bahu Evan. Evan pun menatap Prilly. Prilly tersenyum padanya. Seolah menguatkan perasaanya. Dan Evan pun kembali biasa saja.

" Nggak tahu deh Nay. Dia mah jarang bareng kita lagi. Pas ada maunya aja nyamperin kita. Iya gak Van " ucap Raka. Evan mengangguk mengiyakan.

Naya tersenyum getir.

" Kalian nggak pesen ?" Tanya Prilly. Melihat belum ada makanan di hadapan Raka dan Evan.

" Udah.. belum nyampe sini aja " sahut Evan.

Naya terlihat murung. Sedari tadi hanya mengaduk baksonya tak berniat memakannya.
Prilly menghela nafas gusar. Kasihan melihat sahabatnya satu ini. Entah kapan seorang Devan akan melihat Naya. Melihat gadis yang begitu menyukainya. Prilly merasa takut jika suatu saat nanti Naya merasakan sakit hati. Prilly takut jika nanti Naya mengetahui kebenaran bahwa sebenarnya Devan itu mencintai Prilly. Hingga sekarang.
Prilly merasa ragu untuk mengatakan kebenarannya atau tidak. Saat Prilly ingin mengatakannya. Evan mencegahnya. Karna Evan tidak ingin Naya terluka. Dan saat itu barulah Prilly tahu tentang perasaan Evan pada Naya. Tapi sayangnya Naya tidak pernah menoleh Evan sedikit pun. Tetapi Evan tidak pernah mempermasalahkannya.

Brother LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang