BL #8

111 1 0
                                    

   " Saraf lo Dev. Lo nggak mikirin, gimana perasaan si Naya waktu lo ngomong gitu "

" Mau gimana lagi , udah kejadian juga " Dev meneguk segelas wine nya satu tengguk.

" Seharusnya lo bisa tahan emosi lo. Kalo kaya gini kesempatan lo dapetin Prilly itu mustahil "

Dev tersenyum miring." Nggak ada yang namanya mustahil. Gimana pun caranya. Prilly pasti jadi milik gue " ucapnya percaya diri.

" Serah lo dah "

Dev menyeringai. Siapa pun pasti akan takut melihat kondisi dia sekarang. Matanya merah menyala. Sarat akan kebencian. Karna rencana yang telah dia susun rapih, kini sudah terbongkar.
Dev tengah berada di salah satu club malam di jakarta. Setiap malamnya dia habiskan disana. Dengan berbotol botol alkohol yang menemaninya. Hidupnya kini berubah 180 derajat. Dulu Dev memang sudah terkenal suka mempermainkan wanita. Tapi dulu dia tidak separah sekarang. Bahkan meskipun suka mempermainkan wanita tapi Dev selalu berfikir dua kali saat ingin meminum minuman alkohol. Berbeda dengan sekarang. Tak satu hari pun ia lewatkan untuk meminum minuman haram itu. Ada sesuatu hal yang membuatnya menjadi seperti ini.


*******

" Bunda... Ayah... Ish pada kemana sih orang " Prilly berdecak kesal.

Sejak pagi dia belum melihat orangtuanya di rumah. Bunda yang biasanya menyiapkan sarapan pagi pun tidak ada. Prilly sampai harus membuat sarapan sendiri. Entah kemana orang orang di rumah. Prilly tidak tahu. Tapi Ali tahu.

" Bunda nyusul Ayah keluar kota " sahut Ali. Dia sedang duduk santai di sofa ruang tengah sambil menonton tv.

Prilly dan Ali baru tiba di rumah. Mereka tidak pergi ke sekolah bersama. Prilly menaiki mobilnya sedangkan Ali dengan motornya. Tapi Prilly sedikit terlambat pulang sehingga Ali lah yang tiba lebih dulu di rumah.

" Kapan pergi. Kok gue nggak di kasih tau " Prilly menghentikan langkahnya di anak tangga pertama. Menanti Ali menjawab pertanyaannya.

" Tadi malem. Lo udah tidur, Bunda nggak tega banguin elo jadi  Bunda titip pesen sama gue " jawab Ali datar.

" Lo nganter Bunda ?"

" Iyalah.. mana mungkin Bunda pergi sendiri " Ali tetap pokus memandang layar tv. Dia tidak melirik Prilly selintas pun.

Prilly berdecak. Ali masih saja berbicara datar padanya. Sejak kejadian di sekolah dua hari lalu. Saat Dev membongkar semuanya. Ali berubah menjadi orang yang menyebalkan bagi Prilly. Bicara seadanya. Dengan nada datar pula. Prilly tidak tau apa penyebabnya.

Prilly menghentakkaan kakinya kesal. Berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Tanpa dia tahu ternyata Ali memperhatikan. Tidak tahu sampai kapan Ali bisa menahan perasaannya. Berusaha cuek pada Prilly. Dalam lubuk hati yang paling dalam Ali tidak sanggup melakukan itu. Dia terpaksa melakukannya. Karna tidak mau jatuh lebih dalam lagi.
Ali menyadari perasaannya untuk Prilly lebih dari perasaan seorang kakak untuk adiknya. Lebih dari perasaan seorang sahabat. Dia sadar dia tidak boleh memiliki rasa itu. Keadaan melarangnya. Karna status mereka adalah kakak beradik.

****

" Gue nggak bisa kalo nginep, Prill "

" Semalem aja Nay. Masa lo tega ngebiarin gue dirumah cuma berdua sama Ali. Kalo gue di apa apain gimana " Prilly bergidik sendiri memikirkannya.

" Iya udah iya iya. Gue coba maksa nyokap dulu. Tapi gue nggak janji ya Prill "

" Elah lo mah.. janji ah. pokoknya kalo sejam lagi lo nggak kesini dan nggak nginep. Gue, nggak mau lagi temenan sama lo "

Brother LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang