BL #6

117 2 0
                                    


Prilly mendekati Naya yang sedang duduk di kantin paling pojok. Kemudian Prilly duduk di hadapan Naya. Perasaannya berkecamuk ketika melihat kermarahan tercetak jelas di wajah Naya. Tapi bagaimana pun itu bukan sepenuhnya salah Prilly.

" Nay, lo marah sama gue ya ?" Ucap Prilly hati hati saat sudah duduk di hadapan Naya.

Naya hanya diam.

" Nay. Gue nggak ada perasaan apapum sama Dev, percaya sama gue" Prilly menatap Naya lekat lekat. Namun yang di tatap melihat ke arah lain. Tanpa minat menatap Prilly.

Naya tetap diam.

" Iya. Dia emang pernah nembak gue, tapi gue tolak. Karna, gue nggak suka. Gue, nggak ada perasaan apa pun sama dia. Nay "

Naya masih diam.

" Naya... " Nada suaranya melemah.

Belum sempat Prilly melanjutkan ucapannya. Naya berdiri dari duduknya. Meninggalkan Prilly disana. Prilly mengusap wajahnya kasar. Dia tidak mengejar Naya. Membiarkan Naya berfikir. Membiarkan Naya sendiri. Karna dia butuh waktu untuk memikirkan semuanya. Tapi Prilly tidak akan berhenti untuk meyakinkan Naya.

Naya berjalan dengan perasaan marah, kesal bercampur di hatinya. Sakit rasannya ketika mendengar pengakuan Devan bahwa dia menyukai Prilly. Naya pikir Devan menaruh hati padanya tetapi dia salah menduga. Devan mendekatinya hanya untuk lebih dekat dengan Prilly.

" Aduh !!"

Evan tak sengaja menyenggol Naya. Dia sedang buru buru, karna sekarang sudah waktunya istirahat. Saking terburu buru Evan sampe tidak melihat jalannya dengan benar dan menyenggol Naya tidak sengaja.

" Nay sorry. Nggak sengaja beneran " Evan cemas melihat Naya. Lebih tepatnya ekspresi Naya yang sulit Evan mengerti.

" Nggak papa, gue juga yang salah " jawab Naya. Kemudian berjalan kembali.

Evan menjadi bingung melihat sikap Naya. Evan pun mengejar Naya. Melupakan niat awalnya untuk ke kantin. Padahal perutnya sudah dangdutan minta di isi.

Evan mengekori Naya tanpa berniat menegurnya. Dia ingin tahu apa yang terjadi padanya tanpa mau menanyakannya pada Naya.

Naya berhenti di taman belakang sekolah. Disana cukup sepi. Hanya ada beberapa orang yang berada disana. Naya duduk di bangku panjang. Sedangkan Evan berdiri di balik pohon tak jauh dari tempat Naya.

Evan tercengang ketika mendengar isak tangis Naya. Dia bisa mendengar jelas kalau Naya sedang menangis sekarang. Apa yang membuatnya menangis. Dan siapa yang sudah menyakitinya sehingga membuat Naya menangis. Naya belum pernah seperti ini yang Evan tahu. Naya selalu ceria setiap harinya. Bahkan Naya termasuk cewek yang tidak pernah punya masalah. Itu pun setahu Evan.

" Kenapa harus gue.. kenapa sih harus gue yang sakit. Seharusnya gue tahu kalo dari awal lo tuh ngdeketin gue karna ada alesannya. Gue pikir lo suka sama gue. Tapi ternyata... ( Jeda sejenak )
Kok lo tega sih sama gue Prill. Hiks hiks harusnya lo cerita sama gue soal ini.. bukan nyembunyiin. Kalo kaya gini siapa coba yang salah. Gue nggak tahu.... "

Hatinya teriris mendengar suara Naya yang begitu pilu. Terasa sesak memenuhi hatinya. Evan mengerti maksud dari perkataan Naya. Sekarang semuanya sudah terbongkar. Naya sudah tau semuanya.
Evan mengepalkan tangannya kuat. Dia bergegas pergi darisana. Mondar mandir di koridor mencari sosok yang sudah membuat pujaan hatinya terluka. Matanya menajam. Rahangnya mengeras. Evan melihat Devan berjalan ke arahnya.

.Buggkh.

" Anj*ng lo Dev " teriak Evan. Begitu Dev sudah di depannya. Satu pukulan keras pun di layangkan ke wajah Devan. Sehingga membuat Devan tersungkur.

Brother LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang