BL #7

116 2 0
                                    

 
Prilly melangkah malas masuk ke rumah. Dia sengaja pulang duluan sendiri tanpa Ali. Karna Ali sedang  ada les. Sebenarnya Prilly juga, tapi dia terlalu malas untuk mengikuti les hari ini.

" Sayang, kamu pulang sendiri ?" Bunda berjalan dari arah dapur menghampiri Prilly yang ingin menaiki tangga.

Prilly pun menghentikan langkahnya di anak tangga pertama.

" Ali lagi les Nda.. aku juga sih sebenernya. Tapi lagi males, jadi pulanh duluan deh " jawab Prilly lesu.

Bunda mengelus rambut panjang Prilly dengan kasih sayang. Bunda dapat melihat mimik wajah Prilly yang tampah murung tak bersemangat. Pasti putrinya itu sedang ada masalah. Bunda ingin menanyakannya. Tapi mungkin nanti Prilly akan ceritakan sendiri jika masalahnya sangat serius.

" Bun, aku ke kamar dulu ya. Mau istirahat "

Bunda mengangguk mengijinkan. Membiarkan Prilly berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

.toktoktokk

Suara ketukan pintu terdengar oleh Bunda. Saat memastikan Prilly masuk ke kamarnya. Tiba tiba ada yang mengetuk pintu.
Bunda melangkahkan kakinya berjalan ke arah pintu utama.

Saat pintu terbuka. Terlihatlah Naya yang tersenyum lebar ketika melihat Bunda yang membukakan pintu. Dahi Bunda mengernyit. Prilly dan Naya itu satu kelas. Dan hari ini ada les. Dan dua gadis ini tidak mengikuti les. Karna Naya sekarang disini. Bukan di sekolah.

" Naya, ya.. temen nya Prilly ?" Tanya Bunda.

" Iya tante.. Prilly nya ada tante "

" Ada, baru aja dateng Prilly nya. Ayo masuk Naya " Bunda mempersilahkan Naya masuk.

Naya pun masuk kemudian duduk di sofa ruang tamu. Bunda permisi  memanggil Prilly setelah mengambilkan minuman untuk Naya.

Bunda mengetuk pintu kamar Prilly." Prilly, sayang. Ada Naya tuh di bawah " ucap Bunda di depan pintu kamar Prilly.

Prilly mendengar suara Bunda. Acara tidur siang pun akhirnya tertunda karna teriakan Bunda yang membuat Prilly terbangun. Baru saja ia terlelap.

" Iya Bunda. Kenapa ?" Tanya Prilly setelah sudah berhadapan dengan Bunda. Sepertinya tadi Prilly tidak mendengar jelas ucapan Bunda.

" Ada Naya di bawah, nyariin kamu "

Prilly tercengang. Wajah yang tadinya sendu berubah cerah seketika. Tanpa basa basi lagi Prilly meninggalkan Bunda yang masih berdiri di depan kamarnya. Dia setengah berlari menuruni tangga.
Perasaannya sedikit lega sekarang. Tak di sangka kalau Naya akan secepat ini memaafkannya.

Jantungnya berdegup kencang saat tatapan mereka bertemu. Prilly tersenyum kikuk ke arah Naya begitupun sebaliknya. Prilly mendaratkan pantatnya di sofa yang berhadapan dengan Naya. Keduanya terlihat salah tingkah. Setelah kejadian tak terduga di sekolah tadi tentunya.

Keduanya masih saling diam. Terlalu gugup untuk memulai percakapan. Baik Naya maupun Prilly. Rasanya seperti sedang bertemu seseorang yang di sukai diam diam. Gugup dan malu.

" Prill "

" Nay "

Keduanya berkata bersamaan.

" Lo duluan Prill " akhirnya Naya mengijinkan Prilly untuk berbicara duluan.

Prilly tampak menarik napas panjangnya lalu menghembuskannya pelan.

Prilly berdehem. " Gue.. minta maaf Nay. Harusnya gue ngomong sama lo dari awal. Tapi gue udah takut duluan, dan nggak berani ngomong sama lo. Gue berani sumpah Nay, gue nggak ada perasaan apapun sama Dev. Gue.... "

Brother LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang