BL #14

87 1 0
                                    


Di meja makan hanya ada Ali dan Prilly. Seperti biasanya, Ayah dan Bunda harus pergi ke luar kota.
Kedua orangtuanya itu tidak sempat berpamitan pada anak anaknya. Namun mereka sudah menitip pesan pada pembantu rumah.

" Perasaan sering banget di tinggal " Prilly menggerutu.

" Masih ada gue ini " sahut Ali.

" Pergi bareng gue 'kan ?" Lanjut Ali.

" Enggak dulu deh Li, gue bawa mobil sendiri aja. Gak nyaman naik motor "

" Yaudah, kalo gitu gue naik mobil bareng lo " ucap Ali. Menyuapkan roti kedalam mulutnya.

" Maksa banget kayaknya "

" Kenapa ? Nggak mau yaudah "

Prilly memutar bola matanya jengah. Ali mulai menyebalkan.

" Iya iya bareng. Tapi lo nyetir "

Ali mengacungkan jempolnya.

* * *

Setibanya di parkiran kampus Ali dan Prilly berpisah karna kelas mereka berbeda. Namun saat perjalanan menuju kelas, Prilly di cegat oleh Devan.
Prilly mengernyit bingung melihat Devan berkeliaran di kampusnya. Padahal setahunya dia tidak kuliah disini.

" Prill, gue mau bicara sebentar " Devan ingin menarik tangan Prilly. Tapi gerakan Prilly lebih cepat darinya. Berpura pura mengibaskan kedua tangannya ke wajah. Seperti kepanasan.

" Kelas gue mulai bentar lagi, sorry " Prilly berjalan cepat menghindari Devan. Namun Devan bersikeras mengejar Prilly.

Semua mata menatap ke arah Prilly yang di ikuti Devan dari belakang. Dan itu membuat Prilly risih. Prilly paling tidak suka jika menjadi pusat perhatian.

Prilly melangkah ke halaman belakang kampus. Beruntung situasi disana tidak terlalu ramai.

Prilly menatap Devan tidak suka. Apa maunya sebenarnya. Belum menyerah juga dia mengejar Prilly.

" Pulang kuliah gue jemput, lo pulang jam berapa ?" Katanya.

Prilly mendesah kecewa. Pikirnya penting. Ternyata cuma mau menanyakan jam pulang kuliah. Sangat membuang buang waktu dengan sia sia.

Devan mencengkram tangan Prilly saat Prilly ingin pergi. Prilly berusaha melepasnya namun cengkraman itu semakin kuat. Membuat tangan Prilly terasa perih.
Devan menyadari raut wajah Prilly yang kesakitan. Dia langsung melepaskan cengkramannya pada tangan Prilly.

Tangannya memerah. Ada bekas jemarinya disana.
Prilly semakin benci pada Devan. Sekarang dia mulai kasar.

" Prill, sebentar !" Devan lagi lagi menghentikan langkah Prilly. Namun kali ini tidak memegang tangannya. Melainkan menghalangi jalan Prilly.

" Mau lo apasih Dev ? Harus berapa kali gue ngomong. Kalo gue itu sama sekali nggak suka sama lo. Jadi pliiiiis jangan ganggu gue "

" Terserah. Terserah Prill, lo suka atau enggak sama gue terserah. Tapi yang pasti lo bakal jadi milik gue. Lo akan nikah sama gue " pekikan Devan membuat langkah Prilly terhenti.

Jarak mereka cukup jauh. Devan berjalan mendekati Prilly.

" Secepatnya lo harus nikah sama gue, karna kalo enggak. Perusahaan bokap lo bakalan hancur !!" Bisiknya tepat di telinga Prilly.

Prilly membelalakan matanya. Menatap Devan dengan tatapan sulit di artikan. Apa maksud perkataannya tadi. Kenapa dia membicarakan pernikahan.

Prilly tersadar akan sesuatu. Perjodohan. Perjodohan itu. Jangan jangan Prilly di jodohkan dengan Devan. (Iya Prilly kamu dijodohin sama Devan. Kan sudah di ceritain).

Brother LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang