______
InSide Life
Chapter : Higanbana
_____
Happy Reading
_______
"Osamu-san---" (Name) kecil menghentikan langkah tepat sebelum lorong panjang menelan habis tubuhnya, menarik lembut jubah kelam milik rekan sejawatan di hadapan diri bersamaan dengan mata memandang dalam sepasang Brunette kelam terkait.Praktis menghentikan langkah, Dazai Osamu menarik kedua sudut bibirnya hingga melukiskan senyum cerah di wajahnya yang kontras berkesan kelam. Bergumam panjang Osamu lekas menjawab panggilan kecil si gadis mungil. "apa?"
"boleh aku bertanya sesuatu hal, tapi kau bisa menolaknya jika kau mau" genggaman pada jubah hitam di lepas saat (Name) membuang pandang pada sepasang kaki sendiri.
"---kalau begitu tergantung jenis pertanyaan apa yang kau tanyakan" kembali tersenyum Osamu membalik tubuhnya guna berhadapan langsung dengan lawan bicara.
"mana yang lebih baik? Jahat atau baik---" nada bicara (Name) masih datar layaknya biasanya walau kali ini berkesan menggantung bagi Dazai Osamu.
Terkekeh pelan bersamaan dengan mata yang menerawang di balik gelapnya gang kelam Yokohama di hadapan diri, Dazai Osamu kembali melanjutkan langkah bersamaan dengan bibir yang bergerak perlahan. "menurutku (Name), baik jahat maupun baik tak ada bedanya di dunia yang tercela ini" Dazai Osamu tersenyum di balik balutan panjang poninya yang menjuntai hampir menutupi wajahnya.
|| InSide Life ||
(Name) terdiam menatap punggung Dazai Osamu yang kini tampak ringkih, membungkuk dan memeluk erat sosok lelaki di pertengahan usia ke dua puluh yang kini mulai meregang nyawa hanya karena alasan yang menurut (Name) tidak logis. Membiarkan dirinya sendiri terbunuh hanya karena beberapa anak kecil bukankah itu berlebihan? Katakanlah bahwa dirinya tak memiliki perasaan. Tapi bukan berarti (Name) memandang separuh mata dorongan emosi yang di alami rekan kerja Osamu itu, (Name) tak pernah merasakan apa yang lelaki itu rasakan; walau terkesan tidak masuk akal tapi (Name) kecil kali ini urung membuka pendapat.
(Name) tak bisa mendengar apa yang kedua lelaki itu bicarakan saat sabit maut dewa kematian mulai melakukan pekerjaannya, tapi nuansa haru menyesakaan yang mengelilingi---di tambah dengan siraman cahaya jingga senja---sedikit membuatnya tak nyaman. Ia tak familier dengan semua ini. Dengan sosok Dazai Osamu yang tampak ringkih atau suasana pilu menyesakkan, walaupun mencoba mengesampingkan logika tapi kalau ia sendiri tak pernah merasakan semua ini maka (Name) kecil tak tahu harus bertindak apa. Mencoba mendekat, (Name) ingin mengamati semuanya sejelas yang kedua matanya bisa.
"Baiklah---akan kulakukan." Suara Dazai Osamu terdengar parau, sedikit berbisik dan lirih. Seperti gesekan antara peluru dan aspal, tak seperti diri Osamu layaknya biasa.
Perlahan lelaki itu bangkit, selepas adegan dramatis di mana tangan Oda Sakunosuke terjatuh dan menarik paksa perban yang menutupi separuh wajah Osamu yang secara ajaib baik-baik saja. Kalau wajahmu baik-baik saja kenapa di perban? Masokis? (Name) tak ingin merusak suasana jadi ia tak mengatakan isi pikirannya. Dazai Osamu berbalik lekas mengambil kembali mantel kelam miliknya, tersenyum kecut menatap (Name) sebelum kembali berjalan mendekati tubuh Oda Sakunosuke guna meletakan mantel hitam itu sebagai penutup tubuh yang kini ikut mendingin di bawa aliran waktu.
Saat itu (Name) tertegun, bukan karena adegan berbau romantis semi dramatis di mana seorang Dazai Osamu yang di kenal kelewat kejam mau repot-repot memberi penghormatan terakhir. Tapi karena senyuman pahit yang ia lempar pada gadis belia yang kini hanya mematung di balik gelap bayang area sekitar, sedikit menyesakkan dan rumit.
KAMU SEDANG MEMBACA
InSide Life || Bungou Stray Dogs ||
Fiksi PenggemarDazai Osamu pernah berkata padanya, mengenai kalimat terakhir rekan sejawatnya yang di sampaikan pada (Name) mungil kala itu. Sesuatu yang membuat si gadis tergugah dan mulai melangkah pada jalan baru, keluar sangkar kecil bernama port mafia dan men...