"Sifat manusia memang gitu, sok tau dan sok paling benar."
*****
Lathifa turun dari mobil setelah menyalim tangan Arsyad. Mulai hari ini ia akan berjuang tanpa Arsyad di sekolah. Dan ia meminta kepada Allah supaya sahabatnya cepat untuk datang ke sekolah hari ini. Entah kenapa setelah Arsyad, Irsyad, dan Adiba menghilang, dirinya merasa kesepian. Padahal sebelumnya ia merasa baik-baik saja walau keadaannya ia sedang sendirian.
"Lihat.. Teman kita ini sekarang udah jadi penzina. Mainnya sama om-om.. Gak malu banget ya?" Celetuk Aurel bersamaan dengan kaki Lathifa yang mendarat di koridor sekolah.
Lathifa mengatur nafasnya. Mencoba untuk tetap tenang. "Permisi.." Ucapnya dan melewati tubuh Aurel.
"Urusan lo belum selesai lho.." Aurel menahan lengan Lathifa.
"Urusan apa? Saya tidak punya urusan dengan kamu." Elak Lathifa. Ia berusaha sebisa mungkin untuk pergi dari situasi ini. Situasi yang paling ia benci. Kerumunan dengan permasalahan yang tidak penting.
"Memang bukan saya. Tapi terhadap sekolah," Balas Aurel dengan nada sinis. Tangannya terangkat menampakkan seorang lelaki memakai jas hitam dan dirinya yang sedang digendong ala brydal style oleh lelaki itu.
"Lihat ni.. Gue punya bukti kalau dia main sama om-om.." Teriak Aurel. Ia menatap teman-temannya dengan foto yang sengaja diangkat setinggi mungkin agar yang lain bisa lihat.
Dalam hati Lathifa tertawa. 'Kak Arsyad dibilang Om-om.. Maunya Aku ngerekam dulu tadi..."
"Sekarang lo gak bisa ngelak Lathifa.. Selama ini lo nutupin semuanya dengan sifat, pakaian, dan jilbab besar lo itu. Tapi sekarang itu semua gak guna, karena bukti sudah ditangan gue.."
Lathifa menatap Aurel tenang. "Silahkan jika kamu menganggap saya begitu. Tidak masalah. Terkadang manusia sering percaya pada apa yang dilihatnya bukan dengan apa yang di dengarnya. Jadi mau saya ngelak seperti apa pun tetap tak bisa."
Lathifa berjalan dan membalikkan badannya kembali. "Oh iya.. Itu bukan om-om. Itu seumuran sama kita kok. Hanya berbeda satu atau dua tahun saja.. Assalamu'alaikum.."
Lathifa meninggalkan kerumunan dengan tenang. Sedangkan Aurel menatap Lathifa geram. Rasa ingin menghancurkan wanita itu terus bersarang di kepalanya
Di kelas, Lathifa mendengar desas-desus tentangnya. Yang biasa kita sebut dengan gosip. Kealiman dirinya mulai di ragukan. Banyak yang berkata bahwa dirinya hanya berpura-pura memakai dan menyerupai wanita sholehah padahal di luar ia bermain dengan om-om. Dan jujur, itu membuat hati Lathifa sedikit sakit.
Tak ingin mendengar lebih jauh, Lathifa memakai airphone dan mendengarkan lantunan ayat suci al-quran. Sambil menunggu sahabatnya datang, ia melatih hafalannya kembali.
"Hoii.. Ngafal mulu, ngopi ngapa ngopi.." Seru Nisa kuat di telinga Lathifa. Membuat si empunya telinga kaget.
"Astagfirullah! Nisa ishh.. Jadi buyar kan," Protes Lathifa.
Lathifa melepas airphone di telinganya dan menatap Nisa yang duduk di sebelahnya. "Tumben lama?" Tanyanya basa-basi.
"Tadi mang ujang kesiangan bangun.. Karena gue baik yaudah gue tungguin sampe bangun.." Jawab Nisa. Lathifa yang mendengar hanya memutar bola matanya jengah. Nisa setiap memberi jawaban selalu berputar. Kalau sudah tau bangunnya siang ngapain nunggu bangun lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Lathifa [END]
Teen Fiction[Spiritual-Romance] [TERBIT] [COMPLETED] [Disarankan untuk membaca Assalamu'alaikum!! Wahai Imamku! terlebih dahulu, karena ini sequel dari cerita itu] Arsyad membersihkan darah segar yang mengalir di bibirnya dengan ibu jarinya. Tangannya bergerak...