"Kebahagiaanku itu adalah pada saat kamu menemaniku di setiap waktuku dan siap menyahutiku kala aku sedang menggodamu. Dan tertawa bersama adalah tujuan utamaku saat aku berada di rumah bersamamu.."
*****
Setelah Arsyad mengobati kaki Lathifa, ia mendapat panggilan dari kantor agar menggantikan Candra yang sedang cuti. Hal itu tentu saja ia tola secara halus. Bagaimana ia bisa meninggalkan Lathifa dalam keadaan begini? Dalam keadaan kaki yang penuh dengan luka.
"Kenapa gak pergi?" Tanya Lathifa. Ia menjadi tidak enak pada Arsyad.
"Gak papa.. Abang tadi udah minta tolong Irsyad yang pegang perusahaan inti untuk sementara waktu.." Jawab Arsyad sambil menyadarkan kepalanya di paha Lathifa.
Lathifa mengelus kepala Arsyad dengan lembut. "Terus Kak Adiba gimana? Kasihan dong kalau ditinggal.. Kan baru aja mereka nikah.." Lathifa kembali bertanya pada Arsyad. Matanya tak lepas dari mata Arsyad.
Arsyad menutup matanya. Berpikir sejenak apa yang dijawab Irsyad saat ia meminta tolong tadi. "Kata Irsyad, ya gapapa.. Adiba juga seneng-seneng aja dibawa ke kantor. Gampang itu mah,"
"Ohh gitu. Terus Abang tadi ngapain di depan? Tadi Lathifa denger Mas ngomong gitu.. tapi gak kelihatan sama siapa.." Lathifa menatap Arsyad dengan mata curiga dan menyelidik.
Arsyad terkekeh dan memeluk pinggang Lathifa erat. "Tadi Abang lagi ngomong sama anak kecil.. Jangan berpikiran yang aneh-aneh Yang.."
Lathifa tertawa. Ia berusaha menjauhkan tangan Arsyad daru pinggangnya. Bukan karena tidak suka, tetapi karena Arsyad menggelitiki pinggangnya. Ia merasa geli.
"Nonton tv mau gak?" Tawar Arsyad sambil menghentikan aksinya.
"Emang udah ada listrik?" Tanya Lathifa sambil memasang wajah bingung.
"Kalau gak ada listrik, rumahnya belum bisa di tempatin sayang.." Arsyad terkekeh dan memegangi perutnya. Ia rasa Lathifa cukup tidak sadar saat bertanya hal ini.
"Oh iya yaa.. Lathifa lupa.. Abang sih," Lathifa memukul dada Arsyad pelan.
Suara tawa keduanya memecah keheningan di ruang tamu rumah ini. Mereka saling bercanda dan tertawa satu sama lain.
"Yaudah ayok nonton.." Ajak Arsyad sambil bangkit dari posisinya. Ia menatap Lathifa dengan pandangan memaksa.
"Mau nonton apa?" Tanya Lathifa kepo. Baru kali ini ia melihat Arsyad begitu antusianya ingin menonton acara di tv.
Arsyad memikirkan sesuatu. Kemudian wajahnya sedikit memerah dan ia memanglingkan wajahnya dari pandangan Lathifa.
"Hayoo.. Film apa? Kok sampai merah gitu mukanya.." Tebak Lathifa. Ia kembali terkekeh dan mengeluarkan pendapat curiganya.
Arsyad menatap Lathifa. "Jangan ketawa tapi misalnya udah tau.."
Lathifa mengangguk mengerti. Ia masih setia menatap Arsyad yang belum menjawab pertanyaannya. Kalau menurut Lathifa, kali ini Arsyad sedang malu dan ragu ingin menjawbnya.
"Ngomong ihhh..." Lathifa kepalang gemas saat menunggu jawaban Arsyad yang tak kunjung datang.
"Upin Ipin Jeng-Jeng-jeng.." Arsyad langsung tidur kembali di paha Lathifa. Ia menyembunyikan wajahnya di perut Lathifa. Tangannya memeluk erat pinggang Lathifa.
Lathifa terdiam sesaat. Kemudian ia langsung tertawa keras. Tak pernah ia sangka kalau film kesukaan Arsyad itu upin dan ipin.
"Kan ketawa..." Arsyad mendumel di perut Lathifa. Wajahnya memerah karena malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lathifa [END]
Teen Fiction[Spiritual-Romance] [TERBIT] [COMPLETED] [Disarankan untuk membaca Assalamu'alaikum!! Wahai Imamku! terlebih dahulu, karena ini sequel dari cerita itu] Arsyad membersihkan darah segar yang mengalir di bibirnya dengan ibu jarinya. Tangannya bergerak...