"Terkadang perilaku seseorang yang ingin melindungi sesuatu, malah dianggap sedang mencari sensasi dan dianggap sok baik serta ingin mencari perhatian saja."
****
Nisa menatap tajam Aurel. Saat Aurel melangkahkan kakinya ke dalam kelas Lathifa, bel masuk berbunyi. Membuat seluruh siswa duduk dibangkunya masing-masing. Menyimpan telepon genggam mereka serta charger dan airphone. Lalu mengambil buku dan membuka halaman saat perjumpaan terakhir.
"Berdiri..!" Seru ketua kelas. Rahmad namanya.
"Bersiap. Sebelum kita memulai pelajaran, marilah berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Berdoa dimulai," Titahnya.
Semua menutup mata dan berdoa dalam hati. Tidak ada yang bersuara. Mereka diam dan membaca doanya dengan penghayatan yang kuat.
"Berdoa selesai," Rahmad menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Menatap seluruh temannya agar memastikan semua dalam keadaan siap. "Kepada ibu guru kita, beri hormat!"
"Selamat pagi Bu Vayaaaa!!" Seru mereka kompak.
Vayaa tersenyum dan membalas sapaan mereka. Mendudukkan tubuhnya di bangku guru dan mengkode semuanya agar duduk kembali. Tersenyum tipis lalu meyatukan kedua tangannya.
"Tau kenapa pagi ini saya yang masuk?" Tanya Vayaa dengan nada misterius.
"Tidak, bu"
"Pagi ini saya masuk untuk menggantikan Bu Ratih. Dikarenakan minggu depan kalian sudah mulai ujian kenaikan kelas, setiap kelas wajib membersihkan kelasnya untuk mempersiapkan kelas yang bersih dan pantas untuk di tempati."
Rahmad mengangkat tangannya. Meminta izin kepada Vayaa agar ia bisa mengutarkan pertanyaan yang mengganjal di hatinya.
Vayaa mengangguk.
"Kenapa sekarang Buk? Bukannya ibuk bilang masih seminggu lagi?"
"Pertanyaan bagus. Kenapa saya bilang hari ini walaupun masih banyak waktu? Dikarenakan hari kamis kalian itu sudah puasa. Saya paling tidak suka jika nanti kalian disuruh beresin kelas ada yang beralasan, 'buk puasa.. Haus bukk.. Agama lain mah enak buk ga puasa,'
"Saya paling tidak suka hal itu. Jadi hari ini saya menyuruh kalian beresin kelas agar tidak ada alasan untuk tidak bekerja. Lagipula besok kalian itu sudah libur. Kalian ingin menyambut puasa jadi diliburkan dari hari rabu hingga sabtu. Sekian dari saya. Ketua kelas catat jika ada yang tidak bekerja. Jangan membuat keributan. Selamat pagi."
Vayaa berdiri dan meninggalkam ruangan itu. Membuat semua siswa bersorak kegirangan.
"Lathifa, Nisa, Fatimah nyapu. Bella sama Dian ngepel. Ratna, Fauzi, Haris, sama Dinda lap jendela. Saya, Farel sama Aldo ngangkat bangku. Chris sama Sandy bersihin sawang. Nanti sapunya ambil di gudang. Sisanya, beresij bangku dan meja saat yang nyapu dan ngepel udah selesai. Terus lemari sama laci semua si periksa. Kerja sama yang diutamakan. Jangan banyak yang berantem karena suruh-suruhan. Mulai." Titah Rahmad tanpa bantahan.
Semua membereskan buku dan alat tulis masing-masing. Lalu memulai tugas yang sudah di bagi oleh Rahmad. Tanpa bantahan maupun sebuah ke-protesan, mereka melakukannya dengan tertib. Sampai tiba pukul 09.30 mereka selesai. Kelas sudah rapi dan mereka bisa duduk di dalam kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lathifa [END]
Teen Fiction[Spiritual-Romance] [TERBIT] [COMPLETED] [Disarankan untuk membaca Assalamu'alaikum!! Wahai Imamku! terlebih dahulu, karena ini sequel dari cerita itu] Arsyad membersihkan darah segar yang mengalir di bibirnya dengan ibu jarinya. Tangannya bergerak...