Lathifa 40

33.1K 2K 37
                                    

"Terkadang hal sekecil apapun yang dilakukan seorang istri, mampu membuat seorang suami semakin mencintainya"

*****

Berjam-jam sudah waktu yang dihabiskan Arsyad untuk menonton Upin Ipin jeng-jeng-jeng. Tapi Arsyad masih belum selesai juga. Dan entah sudah berapa kalinya Lathifa sudah mengajak Arsyad berbicara, tapi ia tidak mendapat respon apa-apa.

Lathifa gemas? iya. Geram? iya. Kesal? sudah pasti. Bahkan ia ingin rasanya merusakkan tv itu dari hadapan Arsyad. Ia hanya seperti patung yang melengkapi ruangan ini. Hanya sebagai pelengkap. Dan hanya diminati oleh sang pemilik disaat-saat yang di tentukan oleh pemiliknya.

"Abang ihhhhh!!!" Rutuknya. Kali ini ia mengambil remot tv dari tangan Arsyad. Ia sudah gemas karena Aryad hanya memainkan remot itu.

Arsyad menoleh dengan mata membulat sempurna. Ia kaget. Selain karena suara Lathifa yang terdengar cempreng, rampasan tangannya oleh remot tv sangat cepat.

"Kenapa??" Tanya Arsyad sambil menaikkan alisnya.

Lathifa menarik kedua tangan Arsyad dan meletakkannya di pipinya. "Daripada mainin remot, mending mainin pipi Lathifa." Kesalnya.

Arsyad mencubit pipi Lathifa gemas. Tidak terlalu kuat. Tetapi tetap terasa sedikit sakit. "Masa sama remot cemburu?" Godanya. Alisnya dinaik turunkan. Tak lupa dengan senyumnya yang menggoda.

"Abisnya abang daritadi mainin remot sama liatin tv mulu.. Lathifanya di cuekin. Padahal kan tadi Lathifa ngajak nonton karena modus mau lengket-lengket sama abang.." Rutuknya. Bibirnya di kerucutkan. Membuat pipinya semakin menggembung dan memenuhi tangan Arsyad.

"Duhhh.. Jadi tadi lagi mau modus? Mau lengket-lengket sama Abang gitu??" Arsyad mencubiti pipi Lathifa sambil bertanya.

Lathifa mengangguk cepat. Wajahnya ditundukkan karena malu. Ia memiliki mulut yang sangat suka menceploskan rahasianya.

"Yaudah sini lengket-lengket sama abang.. Makanya jangan modus. Abang suka gak paham.." Arsyad menarik tangan Lathifa sehingga dekat dengannya.

"Lathifa ngantuk.." Gumam Lathifa yang terdengar oleh telinga Arsyad.

"Duduk sini.. Sandaran, biar tidurnya gampang. Tanpa harus jauh-jauh. Kan aman, lengket, dan masuk ke zona nyaman.. Sini,"

Arsyad menepuk karpet yang berada di bawahnya. Lebih tepatnya di tengah-tengah pahanya. Atau sering kita dengar di pangkuan Arsyad.

"Masa di situ.." Cicitnya pelan.

Arsyad menaikkan alisnya lagi. "Kenapa? gak mau?"

Lathifa menggelengkan kepalanya "Bukannya gak mau.. Tapi maluuuu" Rengeknya kuat. Tangannya terulur menutup wajahnya.

"Sama suami kok malu.. Lagian kan biar nambah pahala.. Usaha biar dapat pahala banyak selain sholat dan yang biasa kita lakukan, ya itu bersentuhan. Jadi sini.. semakin lama bersentuhan, semakin banyak pahalanya. Apalagi kalau istri nyenengin suami. Beuhh, makin banyak.."

Lathifa diam-diam setuju dengan perkataan Arsyad. Perlahan ia mencari tempat ternyaman di tubuh Arsyad sebagai sandarannya. Setelah di rasa nyaman, ia mulai memeluk pinggang Arsyad dan menutup matanya.

Arsyad sendiri menyandarkan tubuhnya di sofa mereka. Agar Lathifa bisa nyaman tidurnya. Ia lalu diam dan menatap wajah polos Lathifa yang tertutup rambut hitam panjangnya. Tangannya terulur untuk menyingkirkan rambut itu, dan menatap wajah Lathifa sepuasnya.

Bertahannya Arsyad menatap wajah sang istri bisa sampai berjam-jam. Ia sama sekali tidak bosan. Ia merasa wajah Lathifa sudah sangat candu untuk ia tatap.

Lathifa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang