You Never Walk Alone

240 24 1
                                    


Manusia itu makhluk sosial dan itu tidak bisa diganggu gugat aturannya.


Arsen selalu berpikir tentang namanya yang menurut guru kimianya adalah zat yang mengandung racun. 

Pemuda itu selalu bertanya ingin bertanya kepada kedua orang tuanya, apa gerangan yang membuat mereka memberinya nama Arsenik. 

Satu kata namun kata orang artinya racun, mematikan dalam sekejap. 

Seperti kasus Munir yang tidak pernah selesai, yang katanya dibunuh dengan racun Arsenik.


Pemikiran tentang makna racun itu juga perlahan meracuni pikirannya, tentang fakta kehidupannya dan tentang sesuatu hal tentang kehidupan yang selama dua puluh tahun dia jalani.

Orang-orang cenderung mendekati hal yang baik dan menjauhi hal yang buruk, manusiawi, karena begitulah manusia memandang dan menerima kehidupan.

"Dek, mau berangkat sama abang?"


"Tidak mau! Tanganmu beracun!"


Terkadang Arsen tidak habis pikir dengan pikiran-pikiran konyol seseorang. 

Apanya yang beracun, dia manusia biasa yang tidak bersentuhan dengan racun, kenapa seseorang mengecapnya membawa racun yang bahkan dia tidak tahu menahu bagaimana rupanya. 

Racun jarang yang berupa kalau mau tahu.


Walaupun sebenarnya hal itu sudah dia alami sejak dia bahkan belum mengetahui kalau namanya, dalam bidang kimia bisa dikatakan racun. 

Arsen terbiasa makan sendiri di saat yang lain makan bersama dengan tawa, Arsen terbiasa makan tanpa lauk di saat meja makan penuh lauk, Arsen biasa belajar sendiri di saat yang lain diajari dan dituntun, Arsen terbiasa tidur sendiri tanpa selimut di saat yang lain bergelung nyaman dalam pelukan. 

Arsen terbiasa diam di saat yang lain bercerita dengan asyik tanpa beban, Arsen terbiasa sendiri, bahkan di sekolah sekalipun. 

"Apa salahnya sendiri? Aku benci sendiri tapi aku selalu sendiri, kenapa Tuhan memberikan kepadaku apa yang tidak aku sukai?" terkadang Arsen menanyakan hal itu dalam hatinya yang terkadang terasa perih dan merintih. 

Penolakan-penolakan karena permintaan sederhana, sukses menyilet-nyilet lembut permukaan hati dan menyobek parah hatinya, sakit namun tak berdarah, sesak namun tak berpenyakit.


Hingga suatu hari, tepat di hari lahirnya ke dua puluh, Arsenik bertemu dengan seorang yang menyadarkan kepadanya tentang makna bahwa manusia adalah makhluk sosial. 

Namanya Ester, dalam kimia Ester biasa dipakai untuk perasa dan pengaroma. 

Indah sekali kegunaannya dan Ester selalu dipuji banyak orang, karena berhasil mengelabui konsumen tanteng minuman rasa jambu yang sebenarnya rasanya kecut. 

Kekuatan baunya saja sudah membuat terlena, bagaimana Ester mau berhadapan dengan sosok racun seperti Arsen yang penampilannya jauh dari kata manusiawi. 

Arsen sudah terlanjur dicap racun, sehingga alih-alih menjadi racun positif (kalau ada) Arsen memilih menjadi racun yang sebenar-benarnya, lelah mencari perhatian dengan sifat-sifat baik. 

Penampilannya tidak jauh dari gembel di pinggir jalan, namun Ester seolah tidak peduli dan memilih membuat Arsen berdamai dengan kehidupan.

"Kamu tidak pernah sendiri, ada tukang jahit yang menjahit pakaianmu petani yang menyalurkan beras untukmu, orang tua yang membuatnya ada, kuli bangunan yang membangun rumahmu, guru yang mengajari mu dan banyak elemen di dunia yang tidak kamu kerjakan sendiri. 

Manusia itu makhluk sosial, coba kamu bersyukur dengan adanya mereka, membuka mata lebih lebar bahwa dunia ini memiliki pusatnya masing-masing, mereka bukan satu-satunya pusat kehidupan, dan satu hal lagi Arsen, bahwa dunia itu ibarat sebuah ruangan berpintu, jika tidak membukanya maka kamu tidak akan menemukan keindahannya."

"Arsen, bukan soal arti namamu dalam kimia yang mengisyaratkan racun. Tapi, ini soal mengikhlaskan takdir, terima lah bahwa keluargamu sudah meninggal begitu pun teman-temanmu. Arsen, mereka terkubur rata diantara puing bangunan karena gempa dan satu hal lagi, meskipun mereka sudah pergi, kamu tidak pernah berjalan sendiri di dunia ini. Sendiri itu merasa, bukan sebuah kemutlakan."

Arsen melewatkan satu cerita tentang gempa yang menyebabkan semuanya berakhir begitu saja. 

Gempa yang meruntuhkan harapan dan asanya. 

"Ester, aku belum sempat mendapatkan wajah di depan mereka, aku belum sempat membuat mereka menjadikanku orang berharga."

"Aku tahu. Tapi semua orang memiliki tempat istimewa di hidup orang lain, sama sepertimu yang menempati posisi istimewa di hatiku."

"Tapi Ester, kamu juga sudah meninggal bukan?"


Arsen hanya perlu menerima, dan berhenti berjuang untuk mengatakan bahwa dia sendirian. 

Karena manusia itu makhluk sosial dan aturan itu tidak dapat diubah. 


Karena berjuang memiliki banyak wajah


Ada yang paham sama ceritanya? 


Cast


Suran as Ester

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suran as Ester

Suga as Arsenik

Struggle 'Story'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang