Senja di Menara

116 16 0
                                    

Matahari yang mulai turun membuat Ratna bergegas menyiapkan kameranya setelah sekian waktu mengotak – atik untuk mendapatkan gambar yang bagus dari lensa Canon EOS 700D miliknya, hadiah ulang tahun dari sang ayah. Di menara masjid kampusnya Ratna biasa menghabiskan waktu sebelum nanti melepas penat kepalanya yang panas dipenuhi bayang – bayang SKS dan Praktikum yang tiada henti di Malioboro.

Senja belum sempurna usai saat adzan berkumandang, Ratna menurunkan kamera tersenyum puas melihat hasil bidikan lensa kameranya, kemudian berbenah dia harus bergegas ke masjid agar tidak kebiasaan menjadi makmum masbuk, hal yang sering dilakukannya meskipun tidak sengaja dan Ratna mulai saat ini berusaha untuk tidak lagi menjadi langganan makmum masbuk. Ratna baru selesai menyandang tasnya saat seseorang menghadang langkahnya, membuatnya menunda perjalanannya ke masjid dan ingatkan Ratna bahwa dia berada di bagian menara yang paling tinggi.

"Arjuna."

Ratna mendongak dan terdiam saat melihat wajah asing di depannya sinar matahari yang belum sempurna tenggelam di belahan bumi lain membuat wajah itu terguyur jingga meskipun untuk sebentar, meninggalkan getar tak menentu dalam hatinya, Ratna merasa dia kena serangan jantung saat itu juga.

"Panggil aku Arjuna, dan siapa namamu?" 

Ratna menelan ludahnya kasar kemudian menyambut uluran tangan pria di depannya.

"Ratna." 

Hari itu untuk pertama kalinya Ratna tidak menyesal menjadi makmum masbuk.


_____  


Pesona Malioboro selalu terlihat saat malam menjelang, saat matahari sudah dinas ke lain negara, Ratna terkadang terkekeh saat menggunakan kata dinas untuk matahari, kadang Ratna juga berpikir apa matahari tidak pernah ambil cuti dan libur sehingga selalu saja bekerja berpindah tempat, itu pemikirannya saat masih sekolah dasar dulu dan hingga kini masih melekat kuat di ingatannya. Ratna mengangkat kameranya mulai melancarkan aksi memotretnya sebelum daya baterainya habis.

"Tidak sopan membidik saat ada orang yang ingin berbicara denganmu." 

Ratna tergugup tangannya mengelus dadanya pelan kemudian memasang wajah kesalnya.

"Ini langka, tidak setiap waktu keadaan itu sama, dan satu hal Malioboro saat siang tidak seindah dan semempesona ini." 

Laki – laki dengan kemeja biru muda yang digulung sampai ke siku itu menganggukkan kepalanya, mengusap dagunya seolah sedang berpikir.

"Kamu pernah kesini saat siang?" 

Ratna mengangguk mantap kemudian menghela napas panjang saat daya baterai kameranya benar – benar habis.

"Kamu tahu tidak Malioboro itu membentuk garis lurus dengan Keraton, Tugu dan Parangtritis..." 

Ratna menoleh, mulai tertarik dengan pembawaan pria yang baru saja dikenalnya itu, sedangkan Arjuna tersenyum merasa berhasil menarik perhatian gadis di sampingnya tersebut.

"Di peta kamu bisa lihat di google Gunung Merapi, Tugu Yogyakarta, Keraton Hadiningrat dan Parangtritis membentuk garis lurus." 

Ratna membuka kunci ponselnya menyalakan data kemudian membuka internet mengetik keyword yang dia dengar kemudian takjup.

"Wooaah."

"Selain itu, dulu Malioboro itu hanya nama di sebagian jalan dari Stasiun Tugu ke Keraton Yogyakarta Hadiningrat namun sekarang dinamakan jalan Malioboro semua."

Struggle 'Story'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang