24 Jam

114 15 0
                                    



Katanya, waktu itu pedang. Waktu itu uang. Waktu itu jam. Katanya, detik itu waktu, menit itu waktu, jam itu waktu, hari itu waktu, minggu itu waktu, bulan itu waktu, tahun itu waktu, abad itu waktu. Katanya, akumulasi dari semuanya adalah waktu. Namun, waktu hakiki itu hanya 24 Jam.

"Dokter bilang aku kurang olahraga, padahal aku jalan ke kampus setiap hari." 

Seisi kos tertawa mendengar kalimat Arjuna yang baru pulang dari klinik kampus karena mengeluh sering sakit kepala.

"Olahraga yang dimaksud adalah olahraga yang dilakukan selama tigapuluh menit berturut-turut." Yudhistira menanggapi sembari fokus dengan tugasnya.

"Kamu sih, Jun. Tidur terus, yang lain pada ngerjain tugas kamu udah tidur duluan." Kali ini Sadewa yang berceletuk sembari menikmati carica yang dia bawa kemarin dari rumah, Sadewa sedang melupakan sejenak tugas yang sedari tadi memanggil dari dalam kamar, mencoba mengganggunya yang sedang menikmati makanan di ruang tengah.

"Iya, dengerin tuh kata Sadewa, lihat Sadewa dong sibuk mulu sampai makan aja lirik-lirik laptopnya yang manggil-manggil, Sadewa ... Sadewa ... ini lho tugasmu belum selesai." Nakula terkekeh mengakhiri celetukannya, sedangkan Sadewa tidak peduli dan memilih menambahkan kembali satu cup carica ke mangkuknya, sesekali tangannya mencomot kentang goreng di piring. Arjuna hanya menghembuskan napas kesal, kemudian menatap Bima yang sedang mengunyah kentang goreng sembari tertawa karena melihat Arjuna diledek habis-habisan.

"Yah, mungkin kalian mau aku kasih waktu?" 

Semua sontak menghentikan kegiatannya masing-masing, Bima bahkan menghentikan kunyahannya dan Sadewa menghentikan aktivitasnya menghancurkan es batu yang rencananya akan dia campurkan dengan carica.

"Andaikan bisa, aku udah minta waktu tidurmu untukku, atau bahkan meminjam waktumu." Kali ini Bima yang merespon pertama kali setelah sebelumnya menelan kentang gorengnya terlebih dahulu.

"Kamu ini nggak ada syukur-syukurnya sama sekali." Sadewa yang menambahkan sembari melahap caricanya.

"Aku aja merasa kurang waktu, kamu malah kelebihan." Sadewa menambahkan setelah menelan caricanya, mengingat kembali betapa susahnya dia memanajemen waktu dengan kegiatan banyak dan tugas yang menumpuk merengek minta diselesaikan segera.

"Jun, waktu yang dikasih itu sama padahal lho, 24 jam." Yudhistira kembali bersuara sembari mencomot carica dari mangkuk Sadewa. "24 jam sehari, 7 hari satu minggu, 30 hari satu bulan dan 12 bulan satu tahun, jika dikonversikan menurut ilmu matematikamu, tetap aja sama. Kita semua sama-sama memiliki waktu 24 jam sehari dan itu sudah jatahnya kita setiap hari jika kita tidak mengakumulasikannya dalam minggu atau bulan bahkan tahun." Yudhistira kembali melahap carica, tidak peduli Sadewa yang sudah melotot sembari berusaha mengamankan mangkuk berisi caricanya.

"Ini sama kaya umur kita selama ini, selama sembilan belas tahun hidup kamu ngapain aja? Mungkin menurut kamu, kamu merasa sudah melakukan hal luar biasa dan keren, tapi ada orang lain yang di sembilan belas tahun umurnya sudah keliling dunia."

"Ini kaya aku sama Sadewa, Jun. Kami berdua jurusannya sama, kelasnya sama, tugasnya sama, tapi yang tidur lebih lama bisa saja aku atau Sadewa, waktu kami sama, deadline tugasnya sama, tapi kami berdua menanggapi dan menghadapi dengan cara berbeda." Nakula berceletuk sembari mencoba meyakinkan diri memakan carica yang dia tampung di gelas bekas susu yang malas dia cuci.

"Pada intinya, kita hanya memiliki waktu 24 jam dalam sehari, dan semua orang memiliki cerita masing-masing di waktu 24 jam itu, bagaimana menghadapi, bagaimana menghabiskan. Sederhananya, kamu dikasih uang saku yang sama seperti adikmu, tapi penggunaannya berbeda, jika kamu lebih ingin membeli makan atau membayar warnet, adikmu lebih memilih membeli mainan." Bima berceletuk sembari menggoda Sadewa yang sedang memfoto mangkuk caricanya untuk dijadikan status.

Struggle 'Story'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang