10

1.6K 282 4
                                    

Rose menaikkan selimut yang dikenakan Yoon Ji. Menatap pada wajah terlelap wanita paruh baya itu. Senyumannya terbentuk ketika menatap pada wajah itu. Hari ini, ia banyak bernyanyi untuknya. Bercerita banyak walaupun lebih banyak bercerita tentang dirinya. Tapi dia tak apa. Menceritakan dirinya pada orang sebaik Yoon Ji dan seramah wanita itu. Rasanya, Rose seperti berbicara dengan sosok Ibu yang sudah lama tak ia rasakan.

Pandangan gadis itu beralih pada jam yang melingkar di kedua tangannya. Menunjukkan pukul 11 malam. Sudah sangat malam dan dirinya harus pulang sekarang juga.

Dengan perlahan, ia mulai membereskan gitarnya. Tak ingin membangungkan Yoon Ji disana yang sudah tertidur setelah meminum obatnya. Menyampirkan tas gitarnya di bahu sebelum beranjak menuju pintu kamar inap itu.

Ceklek

Namun belum sempat dirinya memegang gagang pintu itu, pintu di hadapannya telah terbuka. Membuat Rose sedikit terkejut ketika mendapati Namjoon ternyata disana.

Gadis itu terkesiap ketika tubuh besar pria itu hampir saja limbung. Membuatnya dengan cepat menangkap tubuh Namjoon.

Dirinya begitu kewalahan saat ini. Memilih untuk meletakkan tas gitarnya agar ia bisa membawa Namjoon saat ini yang masih berada dalam dekapannya karena tubuh pria itu yang limbung sebelumnya.

"Sial. Apa dia mabuk?"

Rose bisa menciumnya. Bau alkohol yang mendominasi tubuh Namjoon. Gadis itu memilih untuk membaringkan Namjoon pada sofa yang ada disana. Dengan helaan napas lega yang ia keluarkan setelahnya ketika selesai meletakkan pria itu yang kini sudah menggumamkan sesuatu yang tak jelas.

Gadis itu beranjak menuju sebuah lemari yang ada di kamar inap itu. Mengambil salah satu selimut di dalam sana dan membawanya bersamanya.

Rose tidak jahat, kan? Memikirkan pria itu yang mungkin akan kedinginan dalam tidurnya nanti.

"Ck, kau harus berterima kasih padaku nanti." Gumamnya. Sembari dirinya kini mulai menyampirkan selimut yang ia bawa sebelumnya pada Namjoon disana.

Helaan napas gadis itu keluarkan. Menatap pada sosok pria yang akhir-akhir dekat dengannya. Belum lagi, sesuatu tentang pria itu dan kehidupannya membuat Rose penasaran akan sosok Namjoon.

Gadis itu mengulum bibir bawahnya. Menatap pada Namjoon sekali lagi sebelum akhirnya berbalik untuk pergi. Ini sudah sangat malam dan dirinya tak ingin membuat neneknya khawatir di rumah.

Tidak sampai sebuah tangan menahannya. Membuatnya melirik ke arah pergelangannya yang sedang digenggam. Lalu beralih pada pemilik tangan itu. Kedua mata mereka bertemu. Dalam keheningan itu, perlahan Namjoon mulai beranjak dari berbaringnya. Menarik pula secara perlahan Rose agar duduk di sampingnya dimana gadis itu tak menolak sama sekali ketika ia di dudukkan di samping pria itu.

"Kenapa kau ada disini?"

"Tentu saja bertemu ibumu. Memangnya apa lagi?"

"Hingga selarut ini?"

"Memangnya kenapa? Ibumu juga tak melarangku untuk disini lama-lama."

Namjoon hanya tersenyum tipis. Dan Rose sedikit terkejut ketika melihat pergerakan pria itu yang kembali berbaring. Namun bukan itu yang membuatnya terkejut. Melainkan Namjoon yang kini menjadikan pangkuannya sebagai bantal yang nyaman bagi pria itu.

"Y-Ya, apa yang kau lakukan?"

"Menahanmu lebih lama lagi. Jadi diam saja."

"Y-Ya, aku harus pulang. Atau nenekku akan khawatir padaku."

Namun seolah tak mendengar, Namjoon semakin menyamankan dirinya saat ini. Membuat Rose yang melihatnya hanya mendengus menahan kesalnya. Ia tak mau membuat keributan sehingga membuat Ibu Namjoon yang sedang berbaring disana terbangun karenanya.

Hingga Rose baru saja menyadari sesuatu saat ini. Jika pergelangan tangannya masihlah digenggam oleh Namjoon. Oh, ralat. Bahkan tangannya sudah bertaut dengan indahnya dengan tangan besar milik pria itu.

Anggaplah jika dirinya gila. Namun bukannya melepaskan, ia malah mengeratkan tautan tangan keduanya. Dengan Namjoon yang kini memilih memeluk tautan tangan keduanya. Seolah Namjoon saat ini mencari kehangatan dari tangan milik Rose. Tanpa sadar menghasilkan keduanya yang kini menarik ujung bibir mereka.

Hening melanda. Tak ada yang berbicara. Posisi keduanya juga masih sama. Dengan sesekali Rose akan menatap pada Namjoon disana yang menutup matanya. Entahlah, apa pria itu sudah terlelap atau belum. Rose tak tahu.

"Boleh aku bertanya sesuatu?"

"Tanyakan saja."

Rose tak terkejut ketika Namjoon menjawabnya. Dugaannya memangnya benar. Pria itu hanya sedang menutup matanya dan bukannya terlelap.

"Ini tentang seorang wanita yang datang ke rumahku tadi sore."

Namjoon membuka matanya perlahan. Tak pernah tahu jika Rose akan berani untuk bertanya tentang hal itu.

"Dia mengatakan kalau dirinya adalah ibumu. T-Tapi, kau mengatakan padaku jika ibumu sedang berbaring di rumah sakit ini."

Rose menjeda sejenak ucapannya. Entahlah. Dia merasa sangat gugup sekali untuk melanjutkan ucapannya. Takut jika Namjoon akan salah paham terhadap padanya.

"Dan kau ingin tahu kebenarannya?"

"Itu pun jika kau tak keberatan untuk menceritakannya padaku. Maaf karena aku terlalu lancang."

Ada hening sejenak di antara keduanya. Namjoon yang kini pula tak tahu jika ia mengeratkan tautan tangan keduanya.

"Aku bahkan tak tahu darimana aku harus memulainya."

Rose tak tahu mengapa suara itu terdengar sangat rapuh di pendengarannya. Dan secara spontan, tangannya yang bebas kini telah mengusap dengan lembut kepala pria itu. Tak ada penolakan dari Namjoon. Menikmati sentuhan dari gadis itu.

"Tak apa. Perlahan saja."

Namjoon menghela napasnya. Sementara Rose disana masih mengusap kepala pria itu.

"Ayah dan ibuku menikah karena sebuah kesalahan."

"Kesalahan?"

"Hmm. Ibuku adalah seorang pelayan di rumahnya. Suatu malam, ayahku pulang dalam keadaan mabuk. Dan tepat saat itu, ibuku datang untuk mengurusinya karena tak ada pelayan lain saat itu yang ada. Dan kelanjutannya, kau pasti harusnya tahu."

Rose hanya mengangguk sebagai jawabannya. Kini pandangannya melirik pada sosok yang masih tenang dalam tidurnya itu.

"Ayahku begitu marah ketika mengetahui jika ibuku telah hamil. Cih, padahal ini semua adalah kesalahannya. Kenapa dia harus menyalahkan ibuku?"

"Lalu bagaimana? Ayahmu tak mau bertanggung jawab?"

"Setidaknya, dia mau bertanggung jawab dan menikahi ibuku. Tapi pernikahan mereka tak akan pernah dipublikasikan. Dan dunia tak akan tahu siapa ibuku sebenarnya. Mereka akan hanya tahu, jika wanita yang ada di rumah kami, adalah seorang Nyonya di rumah kami dan sekaligus ibuku."

Rose tak bisa untuk tak terkejut setelah mendengar semua kebenarannya. Ia tak tahu jika kehidupan pria itu begitu rumit dan sulit.

"Dunia tak akan pernah tahu siapa ibu kandungku. Mereka tak akan pernah tahu."

"Sstt, jangan lagi katakan apapun. Tidak apa. Ada aku disini yang tahu siapa ibumu. Jangan lagi merasa sedih."

Dan Rose tak tahu darimana lagi ia mendapatkan keberaniannya itu. Kini beralih untuk memeluk Namjoon yang nampak masih tak terganggu dan tak menolak akan apa yang gadis itu lakukan.

"Tidak apa. Ada aku disini. Ada aku yang mengetahui semuanya. Ada aku yang berada di dekatmu dan melihat semuanya. Jangan lagi bersedih."

Namjoon menutup matanya. Mendengarkan semua ucapan gadis itu yang begitu menenangkannya. Membiarkan Rose pula mengeratkan pelukannya padanya.



--To Be Continued--

Maunya update kemarin. Cuman ada seseorang yg gk bertanggung jawab mengubah mood ku, jdinya hari ini aku updatenya.

can you see my heart? ❌ namroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang