Pagi hari itu, dapur sudah sedikit berantakan karena ulah Rose. Bagaimana tidak? Gadis itu kini sedang berusaha untuk membuatkan sesuatu bahkan sebelum matahari bisa menampakkan dirinya.
Nenek yang baru saja terbangun sedikit bingung dengan keadaan cucunya. Apalagi melihat apa yang dilakukan Rose sepagi ini di dapur.
Dan sepertinya, Rose menyadari keberadaannya Neneknya itu. Memberikan senyumnya sebagai sapaannya pada sang Nenek. Memilih untuk melanjutkan kembali apa yang sedang ia lakukan.
Hingga Rose kembali menghentikan aktivitasnya. Merasakan sebuah sentuhan di bahunya yang ternyata adalah milik Neneknya.
"Apa yang kau lakukan?"
"Nenek lihat saja nanti."
Sang Nenek hanya menggelengkan kepalanya. Memilih untuk melihat apa saja yang dikerjakan Rose saat ini. Hingga wanita itu akhirnya mengerti apa yang dilakukan gadis itu. Menepuk kembali bahu cucunya dan membuat Rose kembali menatapnya.
"Kau membuatkan bekal sebanyak ini? Untuk siapa?"
"Namjoon."
Rose menghentikan dirinya sendiri. Ketika nama seseorang yang seharusnya tak ia sebut harus keluar dari bibirnya. Dan Nenek yang mendengar itu tak bisa untuk menahan senyumnya.
"T-Tidak, b-bukan seperti itu. Ini--"
Nenek menyuruh Rose diam. Dan membuat Rose kini mengatupkan bibirnya. Tentunya dengan rasa malu yang sedang menyerangnya. Sementara sang Nenek kini melihat pada apa yang telah disiapkan oleh Rose di atas meja makan itu. Senyuman wanita paruh baya itu terbentuk setelahnya, dengan satu tangannya kini mengelus kepala Rose.
"Kau terlihat sangat bahagia ketika membuatnya untuk kekasihmu. Nenek senang melihatnya."
Rose terdiam disana. Sebelum akhirnya memilih untuk membalas senyuman Neneknya.
"Nenek yakin jika kekasihmu itu akan menyukainya."
"Benarkah?"
Nenek mengangguk dengan cepat. Meyakinkan sang cucu atas ucapannya. Pun dengan Rose yang kini mulai menyelesaikan kembali kotak bekalnya.
"Baguslah kalau begitu. Kalau begitu, aku akan bersiap untuk mengantarkan bekal ini."
Rose berlalu menuju kamarnya. Meninggalkan sang Nenek yang hanya bisa menatap cucunya itu dengan senyumannya.
.
.
Pagi itu begitu cerah. Mungkin mengalahkan sebuah senyuman yang terpancar di wajah gadis itu. Berjalan dengan sebuah kotak bekal yang berada dalam dekapannya. Gadis itu tak tahu, mengapa ia begitu bersemangat hanya untuk bertemu dengan pria itu.
Hingga langkahnya terhenti. Bersamaan dengan dirinya yang mendudukkan dirinya pada salah satu bangku halte yang ada disana. Lalu selanjutnya mulai mengeluarkan ponselnya. Mencari sebuah kontak seseorang untuk ia hubungi setelahnya.
Rose menunggu. Hingga senyumannya kembali melebar ketika panggilannya diangkat begitu saja oleh seseorang di sebrang sana.
"Rose? Kau menelponku?"
Gadis itu memberengut. "Memangnya kenapa? Apa aku tak boleh untuk menelponmu?"
"Tidak. Hanya saja, kau tak pernah menelponku lebih dulu."
Rose hanya mencebik sekilas. Hingga ia mengingat mengapa ia menelpon pria itu. "Oh ya, apa kau sedang sibuk?"
Namjoon nampak mengerutkan keningnya. Bahkan, kini ia menghentikan pekerjaannya. Bersandar pada kursi yang ia duduki.
KAMU SEDANG MEMBACA
can you see my heart? ❌ namrose
Фанфик[18+] ✔ Ia masih duduk di pojokan sudut kamarnya. Luka di bibirnya telah mengering sejak beberapa menit yang lalu. Namun tangisannya bahkan masih terdengar. Ia mendongak ketika melihat sepasang kaki yang kini berdiri di hadapannya. Berlutut untuk me...