20

1.5K 232 2
                                    

"Jadi kau bekerja di sini?"

Rose hanya mengangguk menjawabnya. Pun dengan Seokjin yang kini menatap pada sebuah toko roti di hadapan mereka.

"Ini toko roti milik teman nenekku. Karena kakek Kim hanya sendiri mengurusinya, jadi aku memilih untuk membantunya mengurusi toko."

Seokjin kembali hanya mengangguk menjawabnya. Rose masih sama seperti dulu, pikirnya. Seorang gadis yang begitu pekerja keras. Ia bahkan sudah berpikir, jika Rose mungkin saat ini tak akan memiliki satu pekerjaan.

"Dan setelah ini, kau akan pergi kemana?"

Rose menatap pada Seokjin. Pria itu selalu saja bertanya sesuatu yang Rose tak mau jawab. Dan sedikit pemaksaan, akhirnya Rose menyerah dan menceritakannya.

"Setelah ini, aku akan ke rumah sakit. Menjadi relawan bagi anak-anak penderita kanker dan juga bermain gitar untuk mereka. Lalu malamnya aku akan pergi ke cafe dan menyanyi disana."

Seokjin kembali hanya mengangguk. Mulai menarik Rose bersamanya. Namun gadis itu menahannya, melirik pada genggaman tangan Seokjin padanya.

"Ayo masuk. Kau bilang kau akan bekerja."

"Tapi untuk apa kau juga ikut masuk? Kau bilang pada nenek bahwa kau hanya akan mengantarku dan setelah itu pergi."

"Anggap saja jika aku ikut membantu kakek Kim."

Rose belum sempat lagi untuk berbicara, ketika Seokjin semakin menariknya masuk bersamanya. Membuatnya tak punya pilihan lain selain membiarkan pria itu dengan kemauannya.

"Oh, Rose. Sudah lama tak melihatmu. Kemana saja kau selama ini?"

Sapaan dari Kakek Kim membuat gadis itu tersenyum. Mendekat pada pria paruh baya itu sembari mengambil alih kain lap yang sempat dipegang olehnya.

"Maaf, kakek. Aku seharusnya memberitahumu lebih dulu. Aku ada sedikit masalah belakangan ini. Tapi sekarang, semuanya baik-baik saja. Kakek lihat? Aku kembali kemari."

Senyuman Kakek Kim terbentuk. Mengelus kepala Rose dan membuat senyumannya semakin melebar. Lalu pandangan Kakek Kim beralih pada Seokjin disana. Yang berdiri sedikit jauh dari keduanya.

"Hey, kau bawa kekasihmu?"

"Huh?" Rose mengikuti arah pandang Kakek Kim. Menyadari jika apa yang dimaksud Kakek Kim adalah Seokjin.

"B-Bukan. D-Dia hanya temanku. Bagaimana bisa kakek berkata seperti itu?"

"Eyy, kau hanya malu untuk mengakuinya."

"Kakek.."

Rose memberengut kesal karena godaan itu. Pun dengan dirinya yang kini sedikit terkejut dengan kehadiran Seokjin di sampingnya.

"Oppa, kau belum pergi juga?"

Seokjin seolah menganggap keberadaan Rose tak ada saat ini, menatap pada Kakek Kim sembari membungkuk di hadapannya.

"Annyeonghaseyo, kakek. Senang bisa bertemu denganmu."

Kakek Kim tersenyum membalas sapaan Seokjin padanya. Berbeda dengan Rose yang sudah berada di ujung kekesalannya karena Seokjin yang baru saja mengabaikannya.

Dasar pria menyebalkan, pikirnya.

Rose terdiam sejenak. Pria menyebalkan? Sekelebat memori memasukinya saat ini. Dan tanpa ia sadari, sebuah senyuman tipis terbentuk di wajahnya. Bersamaan dengan sebulir airmata yang turun begitu saja membasahi wajahnya.

"Rose, kau menangis?"

"Huh?"

Rose tersadar dari lamunannya. Menghapus airmata yang sempat di katakan oleh Kakek Kim.

can you see my heart? ❌ namroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang