Plot B: Rivals

156 6 3
                                        

Allie mengerjapkan matanya saat seseorang menyentuh pipinya dengan lembut, ketika menyadari ada orang lain dikamarnya, ia sontak bangun lalu segera menjauh dan melihat Shawn yang duduk di tepi tempat tidurnya. Allie merutuki dirinya karena tidak mengunci kamar sebelum tidur. 'bagaimana jika Shawn- ah! Lupakan' batinnya.

"Bangunlah, buatkan aku sarapan" titah Shawn pada Allie "mulai hari ini aku tinggal di apartemen ini, kau akan mengurus segala keperluanku, seperti membuatkanku sarapan, menyiapkan pakaian, merapikan kamarku, dan aku tidak ingin kau meninggalkan apartemen ini jika bukan denganku atau tanpa izinku" sambungnya.

"Tapi ak-"

"Aku tidak ingin dibantah Allie, jika kau lupa kau adalah milikku, itu artinya kau harus mematuhi apapun perintahku" Sergah Shawn lalu berdiri dan keluar dari kamar Allie.

Allie hanya duduk termenung menyadari bahwa dia hanyalah budak Shawn. Beberapa menit kemudian ia beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai ia segera berpakaian, dengan mengenakan kaos putih tipis dan celana pendek, Allie turun ke dapur untuk membuat sarapan. Shawn sudah duduk di meja makan dengan pakaian kantornya, memperhatikan setiap inci gerak-gerik Allie yang sedang memasak, seperti Allie akan hilang jika ia menoleh kearah lain. Allie belum bisa menghilangkan rasa gugupnya dihadapan Shawn.

"Aw!"

Allie tiba-tiba meringis karena tidak sengaja mengiris jarinya saat sedang memotong wortel. Mendadak Shawn menghampirinya, meraih tangannya lalu menghisap jari Allie yang berdarah.

"Kau harus hati-hati" kata Shawn setelah meludahkan darah Allie pada sinki.

Allie tertegun, tidak tau harus melakukan apa, jantungnya benar-benar tak tertolong, dia seperti akan meleleh saat ini juga. Allie tidak menyadari Shawn sudah tidak dihadapannya. Beberapa menit ia kembali dengan kotak P3K, meraih kembali tangan Allie lalu mencucinya pada kran sinki. Setelah itu, dia mengolesi luka Allie dengan antibiotik kemudian melilitinya dengan perban.

"A-anda seharusnya tidak perlu melakukan itu" ucap Allie gugup.

Shawn hanya diam lalu kembali duduk di meja makan, sedangkan Allie melanjutkan aktifitas memasaknya. Setelah selesai, Allie menghidangkan Omelet yang dibuatnya, lalu membuat kopi untuk Shawn dan menuang susu kotak untuknya sendiri. Mereka makan dengan lahap dalam keheningan, hanya ada bunyi sendok yang terdengar.

"Siang ini aku akan akan menjemputmu untuk makan siang" Shawn mengambil tasnya lalu menghilang dibalik pintu.

Allie membersihkan meja makan, mencuci piring, dan merapikan dapur. Setelah itu, ia menuju ke kamar Shawn, disana tampak koper besar berisi pakaian. Allie mengambil pakaian Shawn yang ada di dalam  koper dan memindahkannya pada lemari. Selanjutnya, ia merapikan tempat tidur King Size milik Shawn yang sedikit berantakan. 'jadi seperti ini rasanya mengurus suami?' memikirkan itu membuat pipinya merona.

Ting

Suara bell apartemen ditekan, Allie bergegas ke pintu, sebelum membukanya ia mengintip pada Peephole dan tampak Ansel berdiri diluar. Ia telah mengirimi Ansel alamat Apartmen Shawn kemarin.

"Allie... I miss u so much" Ansel langsung menghambur memeluk Allie saat ia membuka pintu apartemen.

"Aku juga merindukanmu Ansel, bagaimana kabar klub?"

"Baik, hanya saja Oliver seperti kehilangan separuh jiwanya, dia merindukanmu" ucap Ansel, mereka duduk di Sofa ruang tamu.

Ansel mengedarkan pandangannya, menyapukan matanya pada setiap sisi ruang tamu Apartemen, mulutnya terbuka dan sorot matanya takjub.

"Apartemen ini benar-benar mewah, sepertinya kau akan betah hidup disini Allie" kata Ansel lagi.

"Iya, jika ini adalah milikku, tapi ini milik Mr. Weber dan aku hanya seorang pembantu di sini" Allie merengutkan wajahnya.

Mystery of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang