Allie mengerjapkan matanya, kemudian mulai mengumpulkan kesadarannya. Ia terbangun dengan kepala yang masih agak pusing, sudah dua hari sejak kedatangannya dari Laos dan Indonesia, tapi ia masih merasakan efeknya, mungkin karena itu adalah pertama kalinya ia melakukan perjalanan jauh.
Allie memulai aktivitasnya seperti biasa, membuat sarapan, membersihkan apartemen, membereskan kamar Shawn, dan segala hal yang berhubungan dengan pekerjaan rumah tangga. Saat ia merapikan meja kerja Shawn, tanpa sengaja ia menemukan sebuah Map berwarna cokelat yang terlihat usang di dalam laci meja. Allie merasa penasaran, terlebih ia sangat ingin mengetahui lebih dalam mengenai sosok Shawn yang sangat misterius. 'Barangkali itu adalah dokumen yang berisi data-data pribadi miliknya' Batin Allie.
Perlahan ia membuka map tersebut dan menemukan sebuah dokumen, tampak seperti hasil Rekam Medis dari Rumah Sakit, Allie membacanya dengan seksama kemudian terkesiap mengetahui bahwa Dokumen tersebut adalah milik Shawn yang di vonis menderita penyakit Gangguan pasca-trauma (post-traumatic stress disorder/PTSD)*. Seperti tidak percaya, ia kemudian menyingkap lembaran demi lembaran, namun ia membuang dokumen tersebut menjauh dan melangkah mundur, ia menutup mulutnya tak percaya atas apa yang baru saja dilihatnya pada bagian paling akhir dokumen tersebut.
•••
"Shawn... Ada yang ingin kubicarakan" Suara Allie dimalam harinya, saat Shawn sudah pulang dari kantornya.
Shawn sedang duduk di sofa, sibuk dengan Macbooknya, mengabaikan Allie yang berdiri dihadapannya. Allie menghembuskan nafasnya kasar lalu merebut macbook Shawn dari tangannya.
"Hey, sejak kapan kau bersikap tidak sopan seperti ini?" Tanya Shawn menatap Allie tajam.
"Aku sudah muak Shawn! Katakan What is this fucking stuff!" Ucap Allie semakin meninggikan suaranya.
"Apanya? Yang mana?" Kata Shawn dengan wajah kebingungan.
"Apa yang kau mau dariku? Kenapa Ibumu bersikap seolah-olah mengenalku? Siapa kau sebenarnya?" Tanya Allie masih dengan nada suara yang sama.
"Itu hanya perasaanmu, Ibuku tidak mengenalmu!" Seru Shawn mengalihkan seluruh perhatiannya pada Allie.
"Jangan berbicara konyol Shawn, You know, i'm not born yesterday!" Bantah Allie lagi.
"Kenapa kau sangat keras kepala? Apa selama kau tinggal di sini aku pernah menyakitimu?"
'Ya! kau menyakiti perasaanku Shawn' batin Allie. "Kalau begitu izinkan aku pergi" ucap Allie sedikit tenang yang justru membuat Shawn kaget dan berdiri.
"Allie, bisakah kau..."
"Keputusanku sudah bulat Shawn, aku ingin pergi dan persetan dengan semua aturanmu!" Final Allie, lalu berjalan menaiki tangga, masuk ke kamar dan menguncinya.
Shawn menghempaskan tubuhnya ke sofa, memijat-mijat pelipisnya merasa frustasi. Ia mengerang, memikirkan perkataan Allie barusan, bagaimanapun ia akan mencari cara agar Allie tidak pergi. Ditengah pikirannya yang kacau, tiba-tiba handphone-nya berdering menampilkan nama Jannet sedang memanggil,
"Hi Jan, ada apa?" Tanya Shawn dengan nada tak beminat,
"Hi sayang, kau belum tidur? Aku hanya ingin mengingatkanmu bahwa besok kau ada janji menemaniku mencari gaun untuk pertunangan kita" suara Jannet dibalik telepon.
"Ah iya, sebenarnya besok aku ada janji bertemu dengan seorang investor, bisakah kau pergi sendiri saja?"
"No! Aku tidak mau tau, batalkan pertemuan itu, besok pagi aku akan menjemputmu ke apartemen" Sergah Jannet, kemudian menutup telepon, tanpa menunggu persetujuan dari Shawn.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mystery of Love
RomansaWARNING!!! Cerita ini mengandung unsur Gay atau Homosexual. Namun, saya membuka cerita ini bagi siapa saja yang ingin membacanya, baik itu Homosexual, Bisexual maupun Heterosexual. Saya membuat cerita ini se-natural mungkin, menggambarkan kehidupan...