Cincin Permata

153 14 0
                                    

   "Hari itu,
Kucari kepastian di matamu
Dan tidak sulit menemukannya
Matamu penuh keteguhan
Karena cintamu adalah keseriusan

Silau mataku,
Saat jari jari mentari menyentuhnya
Cincin permata

Aku terlalu percaya,
Bahwa cincin itu akan menyatukan cinta
Tidak akan memisahkan kita
Saat cincin itu terpampang

Namun,
Cincin itu adalah kenangan
Lebih tepatnya
Kenangan pahit"(k)

    Haluan Ombak Pantai Talise mengalir kemudian menggulung kecil secara bergantian.
Batara Surya mengeratkan Sinar keemasannya kepermukaan air pantai hingga menciptakan aura keindahan yang tak dapat dinilai seberapa indahnya itu.

Pagi Ini Reza mengayuh sepedanya menuju Toko untuk membelikan cincin yang akan dia gunakan untuk melamar Miya.
Benar Reza berniat untuk secepatnya melamar Miya sebelum dia berangkat kuliah Ke Bali. Reza akan berangkat Ke Bali Minggu depan, antara hari ini masih hari Minggu, yang berarti Reza masih memiliki 7 hari yang begitu berharga bersama Miya. Karena setelah itu Dia tidak akan pernah bisa bermesraan Dengan Miya untuk selama lamanya.

"Assalamualaikum..."Reza memasuki salah satu toko emas dengan Santi.
"Waalaikumsalam... Eh Nak Reza... Tumben sekali pergi ke toko " Seorang Pria dengan tubuh yang sedikit gempal menyapa Reza dengan ramah.
"Mau beli Cincin Koh... Buat itu...buat..." Kata kata Reza seakan akan begitu berat untuk dilanjutkan.
"Buat melamar Miya?" Sambung Pria bertubuh gempal yang memili nama Hame atau sering disapa Paman Hame, pria asli India.

"Iya... Hehe... Menurut paman Cincin mana yang bagus buat melamar koh?" Reza memandangi cincin yang terpasang rapi dibalik kaca.
"Acha Acha.... kamu ini, anak muda masa tidak tau... Ah yang ini Bagus..." Paman Hame menunjuk salah satu cincin dengan permata merah muda di tengahnya.
"Bagus sih, tapi ada tidak yang warna permatanya warna Biru... Soalnya Miya sukanya warna biru" pandangan Reza belum lepas dari barisan cincin

"Ada, tunggu bentar ha..." Paman Hame berjalan mengambil Cincin yang diinginkan oleh Reza.
"Ini... Warna biru muda cocok untuk anak pesisir pantai" paman Hame menunjukan cincin emas dengan balutan permata biru ditengahnya.
"Bagus ya Koh... Wah ini mah Miya bakal seneng banget" Reza memandangi Cincin yang kini berada ditangannya.
"Berapa Koh?" Reza melepas sejenak pandangan matanya dari cincin ditangannya.

"Karena spesial buat hubungan nak Reza dengan Miya, paman kasih 200.000 aja" sahut Paman Hame.
"Serius koh, ini kan mas mahal Koh..." Reza menatap Paman Hame tak percaya.
"Acha Acha.. santai aja, semua bisa diurus yang penting cepet cepet nikah biar koh bisa gendong anak bayi"ucap Paman Hame disertai kekehannya.
"Allah.... Koh koh masih lama itu mah..." Reza ikut terkekeh pelan.

"Yasudah 200 ribu kan Paman? Deal nih...." Reza menyerahkan 2 lembar uang seratus ribuan kearah Paman Hame.
"Oke..." Paman Hame menerima uang bayaran dari Reza.
"Makasih banyak ya Paman, saya pulang dulu... Assalamualaikum" Reza menyalami tangan Paman Hame kemudian keluar dari sana.

Dengan penuh kegembiraan yang tak dapat terkira jumlahnya, Reza mengayuh sepedanya menuju rumah Miya.
Didepan rumah seorang gadis tengah menyapu halaman rumahnya dengan telaten.

Brughhh...

Reza menjatuhkan sepedanya tanpa menstandarkannya. Suara jatuhnya sepeda tua Reza membuat Miya berhenti menyapu.
"Bang Reza.... Ngagetin aja!" Miya menatap Reza dengan kesal.
"Maaf maaf.... Tapi ada hal penting ... Penting banget ini mah" Reza berbicara dengan masih disertai nafasnya yang terakhir terengah-engah.
"Ada apa bang...?" Kini Miya mulai sedikit bingung.
"Ayo ikut Abang... Penting ini mah" Reza menaiki sepeda tuanya yang disusul oleh Miya.

Gelombang Cinta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang