Surya menampakan sinar kekuningan nya yang rupawan di ufuk timur, sang Bayu terus menghembus dan menyapa pohon nyiur yang seakan akan meliuk liuk riang dan gembira atas belaian sang Bayu. Pagi itu dimana burung camar tengah mengelilingi laut lepas sembari mengincar mangsanya yang akan memenuhi rongga perutnya, Seorang perempuan duduk diatas batang pohon kelapa sembari menatap kosong kearah pantai yang tengah mendesirkan ombaknya dengan lirih namun terdengar indah dan begitu tenang. Besok, adalah hari dimana cintanya dan Hendra akan sempurna atas restu illahi dan karunia dan hidayahnya. Hari dimana hati Miya yang selama ini telah kosong dan dipenuhi oleh luka goresan itu akan sembuh dengan ulasan senyum seorang lelaki manis berlesung Pipit yang selama ini telah mengisi hatinya sekaligus pengganti Reza yang telah pergi menuju pangkuan yang maha kuasa.
Suasana rumah Ustad Jam'i pagi ini sudah dipenuhi oleh para ibu tetangga yang ikut membantu membuat masakan guna untuk suguhan esok, tidak ada panggung meriah layaknya pernikahan anak muda jaman sekarang, tidak ada salon suara yang super besar, yang ada hanya tenda sederhana guna menampung para tamu. Memang tidak mewah cukup sederhana saja acara penyatuan ikatan cinta suci antara Miya dan Hendra. Namun, dibalik pernikahan ini ribuan malaikat surga berzikir sembari mendoakan keselamatan bagi mereka berdua. Sang Batara Surya akan tersenyum dengan sinar keemasannya, Sang Batara Bayu akan gembira dengan hembusan lembutnya. Terlihat mata sederhana namun didalam rohani begitu meriah nan megah karena restu illahi menyertai cinta mereka berdua."Jangan ngelamun terus..... " Miya sontak buyar dari lamunannya ketika suara manis yang tak asing menyapa gendang telinganya.
"Hmm....." Miya segera menunduk setelah melihat siapa yang kini telah berada didepannya.
"Dipanggil Abi tuh....... Katanya ada yang mau di sampaikan" Hendra kembali mengembangkan senyuman manisnya kearah Miya.
Dengan gugup Miya bangkit lalu pergi menuju rumah setelah membalas senyuman dari Hendra. Sementara Hendra hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah Miya yang akhir akhir ini terlihat sedikit gugup ketika bertemu dengannya. Padahal besok mereka berdua akan menjadi sepasang suami istri.
"Ya Allah... Semoga hubungan ini berjalan dengan baik....." Hendra segera melangkahkan kakinya untuk menyusul Miya.
Tentu saja Hendra harus ikut karena tentunya jika Ustad Jam'i memangil Miya pasti akan membicarakan pasal pernikahan mereka yang akan berlangsung esok.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam" Ustad Jam'i dan Miya langsung menoleh kearah Hendra yang masuk kedalam ruang tamu.
"Biasa aja kali Ya ngeliatinnya.... Seperti melihat hantu aja...." Hendra menyenggol bahu Miya dengan jahil.
"Emmmm" Miya hanya menatap Hendra dengan kesal sembari mengerucutkan bibirnya yang membuat Hendra ingin sekali mencubit pipi Miya lantaran rasa gemas yang berkesinambung didalam hatinya.
"Ouh iya Pak..... Ada apa ya, kata Hendra bapak manggil Miya....." Miya mulai menuju ke tujuan dia datang keruang tamu.
"Tentunya kamu sudah bisa menebak apa yang akan Bapak bicarakan...., Bapak mau bicara tentang pernikahan kalian berdua.... Bapak sangat bahagia sekali akhirnya Miya bisa tersenyum lagi sekarang..... Bapak senang sekali melihat Miya bahagia" Ustad Jam'i tersenyum kearah Miya.
"Hehe.....emmmm iya Pak.... Alhamdullilah" Miya tersenyum sembari malu malu menyembunyikan wajahnya yang mulai kemerahan.
"Besok adalah hari dimana kalian akan menjadi sepasang suami istri dengan jalinan halal dan baik. Hendra Abi harap kamu bisa menjadi imam yang baik bagi Miya, dan Abi harap kamu bisa menjaga senyuman tetap terulas dibibir Miya."Ustad Jam'i menyeruput teh hangat sebelum melanjutkan perkataannya.
"Bagaimanapun..... Miya itu sudah Abi anggap seperti anak Abi sendiri..... Pegang ucapanmu Hen..... Jaga hati Miya, raga Miya dan bahagiakan dia.... Buktikan kalau kamu mencintai wanita karena ibu kamu juga wanita, karena perkataan yang baik adalah perkataan yang terbukti kebenarannya. Pegang satu pesan Abi..... Jangan sampai kamu membuat Miya meneteskan air matanya karena cemburu melihatmu bersama wanita lain..... Abi akan sangat marah kalau kamu sampai melakukan itu" Pandangan ustad Jam'i terarah kearah Hendra."Tentu saja Abi..... Aku gak mungkin membuat Miya menangis bi.... Aku janji bakal bahagiain Miya..... Sama seperti dulu Reza bikin Miya tersenyum....." Miya segera menunduk ketika mendengar Hendra kembali mengungkit hubungannya dengan Reza.
Pandangan Hendra segera teralih kearah Miya yang menunduk disebelahnya. Dengan ragu tangannya bergerak mengelus kepala Miya yang dibaluti oleh hijab biru ala kadarnya, namun kecantikan Miya tetap terpancar dengan penampilan apapun.
Ustad Jam'i tersenyum melihat Hendra yang mulai bisa menyesuaikan diri dengan keadaan. Dalam lubuk hatinya lelaki tua bersorban itu berharap anaknya dapat menjadi kepala keluarga yang baik, kepala keluarga yang bertanggung jawab atas kehidupan istri dan anak anaknya. Sinar kejinggaan mulai tampak diufuk barat, halaman rumah ustad Jam'i telah terhampar tenda sederhana untuk menampung para tamu undangan besok. Segala macam makanan tradisional ala kadarnya telah selesai disiapkan oleh beberapa warga yang turut membantu memasak. Lengkap sudah persiapan acara menyambut janur kuning dihari esok, hanya menunggu bagaimana kesiapan hati dan batin kedua mempelai yang akan menuju kedalam pintu Rahmat illahi agar hubungan mereka berdua menjadi sempurna dengan sah restu illahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gelombang Cinta [END]
Teen FictionMenapaki Derap Langkah Ditanah Palu, menelisik angin laut yang menyapa inci inci bulu kuduk. Perubahan rasa cinta menjadi benci karena Laut. laut? apa salah laut? "pemisah cinta yang telah aku jalin selama bertahun tahun lamanya......" Belajar Melep...