Belajar Mencintai

78 10 0
                                    

"Cinta, sebuah rasa yang indah
Mudah untuk membentuknya
Namun sangat sukar untuk menghilangkannya.
Itulah kenapa banyak orang bilang
Kalau Cinta itu Unik" (i)

   Suara burung burung yang berkicauan dengan merdunya menghiasi pagi yang indah ini. Ombak pantai berdesir dengan lembut, membelai pasir putih yang haus akan belaian.
Dibawah naungan sang Batara Surya, dua insan duduk dipesisir pantai sembari mengulas senyuman abadi.
Pagi ini, dengan hati baja Miya memberanikan diri untuk pergi ke pesisir pantai, namun kini dia pergi ke pesisir pantai bukan bersama sang kekasih hati, Reza namun bersama dengan orang yang selama ini dia benci,Hendra.

Mata Miya memandang ombak pantai yang terlihat mengalir dengan tenang, burung camar mengelilingi pantai Talise yang kini mulai mengulas senyum setelah beberapa lama ini mengulas duka lara yang memilukan.
"Hen....., Kenapa kebahagiaan selalu hilang" pertanyaan itu terlontar dengan mudahnya dari bibir ranum Miya.
"Semuanya sesuai kehendak Allah Ya, kita gak bisa menyangkal...." Hendra melepas pandangannya dari ombak yang berdesir lembut demi untuk menatap wajah manis gadis disampingnya itu.
"Cincin ini.... Padahal Bang Reza udah susah sudah ngumpulin uang buat beli ini" Miya mengangkat jari manisnya yang berhias cincin permata biru yang teramat indah.

Cincin permata biru, pemberian terakhir Reza, bukan penyatu cinta namun malah menjadi awal kisah pupusnya ikatan cinta.
Mata Hendra menatap cincin permata biru yang melekat di jari manis Miya lekat lekat. Terlintas sebuah keinginan dia meraih jari manis itu dan memasang cincin permata yang baru. Sesaat kemudian Hendra kembali tersadar jika keinginannya itu terlalu berlebihan, jangankan itu, sekarang saja dia masih tidak tau apakah Miya masih membencinya atau tidak.

"Ya...." Suara Hendra terlihat sangat terbebani ketika memanggil nama Miya dengan huruf belakang.
"Hm?" Miya hanya berdehem singkat sembari terus menikmati hembusan sang Bayu.
"Kamu....., Kamu masih benci sama aku?" Akhirnya Hendra dapat mengeluarkan ribuan batu yang sedari tadi menggantung didalam benaknya.
"Enggak......, Aku udah tau kalau membenci itu gak ada gunanya...kamu tau, bang Reza sering sekali nasehatin Kayak gitu.... Ya tapi bodohnya aku malah marah" Miya tersenyum pahit mengingat bagaimana dulu dia menyia nyiakan nasehat nasehat berharga itu.

Bwa.....

"Acha.... Berduaan saja nih .."  paman Hame yang muncul secara tiba tiba tentu saja membuat Hendra dan Miya terperanjat.
"Ih paman.... Ngagetin aja , untung aja gak jantungan...."Miya berseru kesal karena dialah yang paling terperanjat.
Sementara Paman Hame hanya terkekeh yang disusul oleh senyuman yang merekah dibibir Hendra.
Betapa bahagianya dia telah Bisa memulai langkah awalnya untuk membuat Miya tersenyum dan dia juga telah bisa menjalankan langkah kedua yaitu membuat Miya mengikhlaskan kepergian Reza serta sadar akan nasehat nasehat Reza. Dan kini, masih ada satu lagi yang ingin Hendra lakukan yaitu, membuat Miya jatuh cinta padanya.

•°•

   Hari ini daerah pemukiman dipesisir pantai Talise mulai diperbaiki, barang barang kontruksi yang didatangkan dari kota pusat telah berjejer dengan rapi, beberapa warga telah berkumpul dengan tim pembantu dari Pulau Jawa.
Hendra dengan banjir air peluh  mengalir dengan deras ditubuhnya mengangkat reruntuhan rumah dengan tenaga baja, sementara disisi lain Miya duduk disebuah perahu yang terdampar sembari memperhatikan Hendra yang dibanjiri untaian keringat.
Secercah perasaan yang berbeda mengalir dibenak Miya , entah kenapa dia tidak bisa melepas pandangannya dari lelaki yang dulu sangat dia benci itu, dulu? , Ya benar sekali dulu, karena kini dia sudah tidak lagi membenci Hendra.

"Hey!!.... Ngelamun terus" entah sejak kapan Hendra sudah berada didepan Miya.
"Ngagetin aja!!!" Miya menatap Hendra dengan kesal.
"Maaf maaf, tapi aku mau pulang sekarang" Hendra meneletakan cangkul ditangannya.
"Loh kenapa, kan belum selesai" Miya memandang beberapa warga yang masih sibuk bekerja dengan gotong royong.
"Udah hampir waktu Zuhur...." Hendra melirik kelangit yang seakan akan menunjukan waktu diatas sana.
"Oh gitu..." Miya hanya bergumam lirih.
"Mau ikut apa tetap disini?" Hendra menyeka mengambil sepeda tua peninggalan Reza.
"Ikutlah..." Sahut Miya bulat.

Gelombang Cinta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang