Tanah Merah

206 12 2
                                    

     "lihatlah tanah merah itu
Menyelimuti anak manusia
Yang telah basah oleh air mata

Lihatlah tanah merah itu
Permukaanya basah
Bukan embun atau hujan
Tapi untaian air mata

Lihatlah tanah merah itu
Merajut nada dalam lengang
Kamboja kabut melenggang sunyi"(k)

  Miya celingukan kekiri dan kekanan,kini Miya tengah berada ditangan bunga yang sangat indah dan cantik.

Miya berjalan menyusuri taman tersebut sembari celingukan dengan bingung, karena dia tidak mengetahui dimana dia sekarang.
Tempat yang sangat indah yang pernah Miya lihat selama hidupnya.

Brughhh...

Miya Tersungkur ketanah ketika sebuah rumput liar melilit kakinya dengan sangat kuat hingga dia tidak dapat bergerak kemana mana.
Sebuah Cahaya yang teramat terang menerpa lensa mata Miya.
Sesosok Lelaki tampan dengan pakaian serba putih berjalan menghampiri Miya, dia berjongkok untuk mensejajarkan tinggi badannya dengan Miya.

"Bang.....Bang Reza....."Miya berusaha menggapai tangan Reza.
Reza menggenggam tangan Miya dengan erat lalu mengelus Surai hitam Miya dengan penuh kelembutan.
"Bang..... Ini dimana? " Miya menatap Reza dengan bingung.
"Ini tempat Abang sekarang Ya...., Abang sekarang tinggal disini" Reza kembali mengembangkan senyuman manisnya.
"Miya juga mau tinggal disini bang..... Miya gak mau pisah sama Abang" Miya mengeratkan pegangannya tangannya di lengan Reza.

    Reza menggelengkan kepalanya dengan lemah lalu mengelus bahu Miya dengan lembut.
"Belum saatnya Ya, kamu harus memperbaiki Sifat kamu dulu, kalau kamu masih seperti sekarang.... Kamu tidak bisa tinggal disini" Reza melirik pakaian Miya yang terlihat lusuh.
"Apa Miya menjijikan dipandangan Abang, sampai sampai Miya tidak boleh tinggal bersama Abang?" Mata Miya kini mulai berkaca kaca.
"Bukan beg....."
"Apa karena bang memiliki gadis yang lebih cantik daripada aku, jadi aku tidak boleh tinggal disini? Apa karena itu?" Miya kini mulai meninggikan suaranya.

"Bukan begitu maksud Abang,.... Jika kamu ingin tinggal disini, kamu harus memperbaiki ketakwaan, dan hilangkan rasa benci terhadap Hendra" Ucap Reza.
Miya membuang pandangannya ketika Nama Hendra menyapa gendang telinganya.
Reza bangkit lalu membalikan Tubuhnya untuk meninggalkan Miya.
"Bang!!!! Mau kemana.... Hiks.....Miya ikut...... Miya takut....." Miya mulai terisak ketika Reza mulai melangkahkan kakinya meninggalkan Miya yang masih tersungkur diatas rerumputan taman yang menghijau.

"Bang!!!!!! Bang Reza....!!!!!Abang jahat!!!!" Miya berteriak sekuat mungkin hingga Reza menghentikan langkahnya.
Reza berjalan kembali kearah Miya lalu menghapus air mata yang mengalir dipelupuk mata Miya.
"Jangan menangis......., Jalani hidup kamu baik baik Ya, " Reza memperbaiki rambut Miya yang sedikit berantakan.
"Bang..... Miya gak mau pisah sama Abang...."Miya menggenggam erat erat tangan Reza.
Namun dengan cepat Reza melepaskan genggaman tangan Miya. Reza menggeleng lemah lalu kembali bangkit.

"Kamu gak bisa tinggal disini, kalo keadaan kamu masih begini Ya ...... " Reza menyentuh Surai hitam Miya dengan lembut sebelum akhirnya Reza kembali melangkah pergi meninggalkan Miya.
Perlahan lahan tubuh Reza mulai tertelan oleh Cahaya putih sebelum akhirnya lenyap tanpa jejak.
"Bang!!!!!!Rezaaaaa!!!!!" Suara Miya seakan akan habis ketika meneruskan nama Reza dengan sekuat tenaga pita suaranya.

Namun nihil, sosok Reza tidak muncul muncul dipandangan matanya, Cahaya terang tersebut menghilang secara perlahan hingga menyisakan Miya yang masih tersungkur sembari terisak.

•°•

Ombak betapa teganya engkau
Memisahkan kedua insan
Kau menelan semuanya
Bahkan tanpa beban

Gelombang Cinta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang