Dari awal aku tertarik pada lautan
Pada ombak yang menggulung
Pada camar yang melambai
Pada kering manja senjaTapi....
Aku lihat lautan bagai melata
Merayapi pilar pilar langit
Ombak menyaingi gunung
Teriakan setiap manusiaDan....
Sebuah tepukan menyadarkan ku
Keringatku mengkristal
Kulihat malam masih menggantung kelambunya
Aku mimpi buruk.(k)Klek......
Klek......Tangan Miya dengan iseng memainkan engsel lemarinya yang telah kendur sehingga menimbulkan bunyi khas yang dapat terdengar hingga keruang tengah.
Klek....
Klek....Tangan Miya masih senantiasa memainkan engsel lemarinya. Sementara diluar langit sudah sempurna gelap. Sudah tidak ada sinar jingga ataupun Surya walau hanya seinci kini yang terlihat hanya bulan yang bersinar dengan jutaan bintang yang dengan setia menemaninya setiap waktu dia bersinar.
Stttt.....
Desiran halus namun dapat terdengar ditelinga Miya tentu Membuat Miya bengkit sembari celingukan.
"Hey......!" Sesosok Lelaki dengan baju kokoh terlihat dari luar jendela kamar Miya
"Ih apa apaan sih!!!" Miya menatap Hendra dengan kesal.
"Kran air kamu belum dimatiin...."sahutnya
"Kalo bertamu lewat depan" cibirku
"Sebenarnya sih mau, tapi gak pernah dibukain pintu, yaudah aku kemasjid dulu.... Assalamualaikum" Hendra mengembangkan senyuman ramahnya sesaat sebelumnya kakinya melangkah pergi.Mata Miya memandangi punggung Hendra yang perlahan menghilang oleh kegelapan malam.
Batinnya mulai berpikir sebegitu benci dan tidak sukanya kah dia dengan Hendra sampai sampai dia tak pernah membukakan pintu.
Padahal kalau dipikir pikir Hendra adalah lelaki yang baik, rajin membantu orang tua dan satu lagi yang membuat siapa saja menginginkannya Hendra adalah seorang Tahfiz Qur'an."Ya.... Diluar ada Reza... Kamu gak sholat Magrib? Reza udah nungguin"Kepala ibu menyelinguk dari daun pintu kamar Miya.
"Oh makasih Bu... " Miya meraih bungkusan Mukenanya.
Dengan cekatan Miya mengambil air wudhu lalu bergerak keluar rumah.
"Bang..," Miya membuka suaranya ketika menangkap sosok Reza tengah duduk di dipan rumahnya."Eh.... Udah siap?" Reza beranjak bangkit dari duduknya
Miya mengangguk lemah sembari menyunggingkan senyuman manisnya.
"Ayo.... Udah mau komat" Reza beranjak berjalan didepan Miya.Kenapa Reza berjalan mendahului Miya?
Karena dalam Islam memang begitu aturannya lelaki harus berjalan didepan perempuan.
Kenapa? Karena Jika lelaki berjalan di belakang perempuan dan mereka melihat pinggul perempuan yang bergerak maka itu termasuk dalam perbuatan Zina.Masjid dengan hiasan kubah hijau yang bersinar layaknya pelita terbaik dari pelita pelita terbaik di dunia.
Orang orang dengan pakaian serba putih melangkah kaki mereka seirama dengan derap malaikat yang mencatat amal dari setiap setiap diri mereka.Masjid sudah terlihat ramai, barisan Shaf Lelaki sudah tersisih begitu Juga dengan barisan Shaf perempuan walaupun jumlahnya tidak sebanyak shaf laki laki. Karena memang perempuan diperbolehkan shalat dirumahnya malah ada sebagian ulama yang mengatakan shalat dirumahnya lebih utama bagi perempuan.
"Allahu akbar Allahu Akbar"
Suara merdu Hendra melantun keseluruh penjuru mesjid dan ruang rumah penduduk palu yang berada disekitarnya.
Miya memalingkan wajahnya ketika Hendra melakukan kontak mata sesaat dia selesai melantunkan komat.
Namun, Hendra tetap saja tersenyum ramah kepada Miya padahal dia sudah tahu betul seberapa benci Miya terhadapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gelombang Cinta [END]
Roman pour AdolescentsMenapaki Derap Langkah Ditanah Palu, menelisik angin laut yang menyapa inci inci bulu kuduk. Perubahan rasa cinta menjadi benci karena Laut. laut? apa salah laut? "pemisah cinta yang telah aku jalin selama bertahun tahun lamanya......" Belajar Melep...