Diary Miya

70 15 0
                                    

  Hari hari kian berlalu dengan alur waktu yang terasa begitu cepat. Kini Setahun sudah kejadian tsunami itu terjadi, kenangan buruk mulai memudar dan terganti oleh kehidupan baru yang pastinya dengan ikatan cinta kasih sayang yang baru. Camar mengelilingi permukaan air berbisik kepada penghuni laut agar bergembira hari ini. Nyiur melambai lambai dengan lembut seakan akan menari dengan alunan sang Bayu , burung burung kecil berkicau merdu didatanginya ikut meramaikan pagi yang indah nan mempesona ini. Pagi ini Hendra duduk dibawah pohon nyiur sembari membelah kayu bakar guna memasak, karena persediaan kayu bakar telah habis. Keluarga ustad Jam'i memang tidak pernah menggunakan kompor minyak atau gas untuk memasak . Karena menurut ustad Jam'i bahan kimia terkandung dalam alat alat elektronik semacam itu.
"Hendra!!!" Miya berseru ria sembari melangkah mendekati Hendra dengan sebuah nampan berisikan teko dan gelas ditangannya.
Hendra berhenti membelah kayu, sebuah senyuman manis terulas diwajahnya yang bercucuran air keringat.
"Nih.... Minum dulu.... Udah kayak mandi aja ih" Miya menyentuh punggung Hendra yang basah kuyup.
"Capek sayang..." Hendra segera memalingkan pandangannya setelah menyadari apa kata akhir yang dia ucapkan.
"Apa?" Miya menatap Hendra bingung karena tak terlalu jelas mendengar yang Hendra katakan.
"Capek banget.... Hari ini panas ya" Hendra berusaha mencari topik pembicaraan baru agar terhindar dari kecerobohan mulutnya.
"Iya... Panas banget.... Bisa gosong kalo lama lama diluar mah..." Miya memperbaiki jilbab yang menutupi kepalanya.
"Ada ada aja kamu. .. masa iya sampe gosong" Hendra terkekeh pelan sembari mengibas ngibaskan tangannya untuk mengusir gerah yang melanda tubuhnya.
"Bau ih.... Mandi sana...." Miya menutup hidungnya sembari menatap Hendra dengan kesal.
Bukannya bergegas mandi sesuai yang dikatakan oleh Miya Hendra malah menggoda Miya dengan keringatnya.
"Ih jorok lah.... " Miya memukul Hendra dengan kesal.
Namun dengan memukul Hendra tentunya keringat Hendra ikut kelakar ditelapak tangannya.
"Jorok!!!!!!" Miya mengelap ngelapkan telapak tangannya kerok yang dia gunakan.
"Iya iya aku mandi. ...." Hendra bangkit dari kayu yang dia duduki.

  Namun anehnya bukan melangkah menuju rumah Hendra malah melangkah menuju tepi pantai lalu dengan mudahnya menceburkan dirinya kesana.
"Mau mandi juga?" Hendra menatap Miya yang masih duduk dibawah pohon nyiur.
"Gak mau mandi jam segini bikin gosong...." Miya melirik jam tangannya yang menunjukan pukul 10 pagi.
"Udah gosong juga itu" ledek Hendra sembari menggosok gosok rambutnya.
"Ihhh!!!! Aku putih mulus gini kok dibilang gosong..." Miya bangkit dari kayu yang dia duduki lalu menatap Hendra dengan kesal.
Namun Hendra malah terkekeh kecil sembari menjulurkan lidahnya kearah Miya dengan jahil. Miya berjalan mendekati Hendra lalu menciptakannya dengan air.
"Rasain nih" Miya menyipratkan air arah Hendra.
Hendra gelagapan lalu tak sengaja menarik tangan Miya hingga tercebur ke pantai.
"Hendra!!!!!!!" Miya berteriak sekeras kerasnya karena bajunya basah sedangkan dia baru saja mandi pagi tadi.
Dengan cepat Hendra keluar dari air lalu berlari menuju rumah untuk menghindari teriakan maut dan amukan Miya.

•°•

  Jalanan pasar sayur sedikit berdebu karena musim kemarau yang sudah tiba menerpa bumi Indonesia yang kaya nan indah ini. Suara bising tawar menawar Batara pembeli dan penjual menghiasi suasana pasar sayur siang ini. Miya melangkahkan kakinya sembari membawa tas sayuran ditangan kirinya, matanya melirik kekanan dan kekiri melihat lihat apa yang akan dia beli hari ini. Sementara Hendra berjalan dibelakang Miya sembari memerhatikan pasar sayur yang ramai. Sebenarnya Hendra berjalan di belakang Miya dengan terpaksa karena dia tidak hapal daerah pasar barangkali dia tersesat dan dibawa oleh ibu ibu pasar untuk dijajakan bersama barang dagangan mereka, sungguh anggapan yang terdengar konyol bagi siapapun yang mendengarnya.
"Hen.... Suka ikan?" Miya melirik jenis jenis ikan yang terjejer di bakul.
Hendra dengan cepat menggelengkan kepalanya, sejak kecil Hendra memang sangat elergi memakan ikan. Mungin hal itu adalah keturunan dari alharhum ibunya jadi jika setelah memakan ikan seluruh tubuh Hendra akan terasa gatal gatal diikuti demam dan bintik bintik merah ditubuhnya. Bukankah itu mengerikan sekali mengingat ikan sudah menjadi makanan yang langganan dikonsumsi.
"Kalo ayam?" Miya kembali menoleh kearah Hendra.
"Heem..." Hendra berdehem sembari menganggukkan kepalanya.
Miya sebenarnya sedangenggerutu Hendra didalam hati. Sedari tadi Hendra hanya diam saja, berjalan mengikutinya sembari memerhatikan aktifitas pasar dengan wajah datarnya. Kalau saja tidak ditempat keramaian Miya sudah mencubit pipi Hendra dengan gemas.
"Bu beli ayamnya bagian paha dengan kulitnya ya ..." Miya mengeluarkan dompet dari tas belanjaanya.
Secara tiba tiba dari arah samping seorang lelaki dengan masker hitam merenggut dompet Miya lalu berlari menerobos keramaian.
"Copet!!!!" Miya berteriak sekeras kerasnya.
Ketika Miya ingin menoleh kearah Hendra, Hendra sudah lenyap dari tempatnya karena dia berlari mengejar copet tadi dengan sigap.

Gelombang Cinta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang