Datanglah, temani aku.

100 16 21
                                    

Kita hidup di dunia yang egois.
Dunia yang membosankan dan berisik.
Dunia yang membuat semua orang melukai satu sama lain.

Kau yang disana.
Dapatkah kau mendengarkan detak jantungku?
Dapatkah kau menemukanku?
Yang berada di dalam tumpukan bayangan pertentangan.

Kini dunia telah diguyur hujan harapan.
Dan aku berpikir, aku akan menemukan pelangi setelah hujan.
Lalu ia akan menutupi keburukan dunia ini dengan keindahannya.

Warna-warnanya terlukis indah di hamparan langit yang usai menangis.
Awan putih bak kapas melengkapi semua pemandangan yang mataku terpaku padanya.

Benar saja. Keindahan warnanya menutupi buruknya dunia secara perlahan.
Namun hal itu mengecewakan.
Pelangi pergi tanpa alasan.
Membiarkan dunia kembali pada keburukannya yang membosankan.

Jantungku kembali berdetak dengan keras.
Bersamaan dengan hilangnya pelangi dan pikiranku yang tertuju padamu.

Wahai angin.
Bawalah kembali tangisan langit
Juga warna yang indah setelah tangisannya berhenti.
Lalu sampaikanlah sajakku ini padanya.
Biarkan ia membacanya.
Lalu buatlah ia datang menemaniku di sini.

Bersama hujan dan pelangi.

-de Poura

SenandikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang