Sebenarnya Kau yang Cantik, Bukan Pelangi.

33 10 8
                                    

Kulihat sayap-sayap bening silih beterbangan mengepak dengan cepat.
Capung datang lebih awal sebelum musim yang semestinya tiba.

Itu merupakan pertanda bahwa hujan akan turun.

Sedikit demi sedikit, rintikan hujan dari langit pun tiba.

Mencoba masuk ke dalam hati,
Melihat ribuan tetesan air membasuh bumi.
Menghibur dunia dengan suara derasnya sang hujan.

Aku mencoba ikut dalam nuansa abu itu.

Mengajakmu dan menarikmu.

Menggenggam tanganmu dengan erat di tengah derasnya hujan.

Sang waktu pun bergulir cepat layaknya bola yang menggelinding di lantai yang licin.

Sang mentari juga datang menampakan wajahnya.

Sehingga langit yang baru saja menurunkan hujan itu seolah-olah merupakan kisah belaka.
Untungnya kisah itu tak membuat luka di sini.

Sekarang lihatlah belahan langit yang hening itu.

Dan lihatlah,
Usai turun hujan,
Berhembuslah angin dan menampakan sang pelangi.
Warnanya cantik.

Sepertimu, pasti.

—de Poura

SenandikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang