8

2.6K 343 15
                                    

Lebih cepat dari angin, lebih melebihi cahaya, berita mengenai Naruto yang akan melawan ayahnya sendiri dalam bertarung menyebar dengan cepat. Kushina yang duduk apik di singgasana pavilionnya begitu gusar kala mendengar kabar buruk dari para pelayannya. Apa yang sedang dipikirkan oleh dua orang kesayangannya itu?

Mentari bersinar sangat terik dibelahan bumi yang didominasi oleh gurun itu. Sosok pria paruh baya memandang sang anak penuh murka lain halnya dengan sang anak, begitu tenang.

Kushina duduk cemas di bangkunya. Hanya bisa berharap jika keduanya akan baik - baik saja. Berharap jika suaminya itu masih bisa berfikir jernih. Kushina bisa melihat raut emosi Minati yang menatap nyalang puterinya yang ada di depan sana. Sangat berharap jika Minato tidak akan sampai membunuh puteri sematawayangnya. Kalian tahu sendiri apa yang akan terjadi jika seseorang terlalu emosi?

Bukannya tidak ada usaha untuk melerai. Hanya saja keduanya terlalu keras kepala. Kushina menyerah.

Naruto menatap sang ibu dengan senyuman manisnya. Berusaha mengatakan jika semua akan baik - baik saja. Kushina hanya bisa mendesah berat.

Ini adalah permasalahan keluarga Uzumaki. Tidak ada yang bisa ikut campur ataupun menghalangi. Di sana, di barisan penonton, Sasuke hanya bisa berdiri sambil menatap cemas. Bagaimana pun juga, Minato adalah prajurit terbain yang di miliki oleh Mesir. Kekuatannya nyaris setara dengan saudaranya Fugaku.

"Jangan menahan diri ayahanda. Anggaplah ananda bukan puterimu. Anggaplah ananda hanya sesosok budak wanita pembangkang." Naruto menyulut emosi Minato. Berhasil? Tentu saja. Entah bagaimana bisa, Naruto selalu berhasil yang namanya menyulut emosi.

Minato menggeram. Sekuat tenaga ia mengibaskan pedang sungguhan itu kearah puterinya. Naruto berhasil menghalau namun sakking kuatnya membuat Naruto terpental kebelakang. Kushina memekik dari bangkunya begitu takut jika Naruto akan terkena pedang tajam itu.

"Kekeke ini dia." Kekeh Naruto dengan senyuman miringnya. "Bersiaplah ayahanda. Jangan lupa jika darah ibuku dan darahmu mengalir dalam tubuhku." Naruto memperingati.

Naruto berusaha bangkit. Tubuhnya masih terasa sakit karena terlempar namun ini masih belum apa - apa bagi Naruto. Sekarang adalah gilirannya berbalik menyerang.

Naruto memperbaiki kuda - kudanya. Ia mempererat genggamannya pada pedangnya. Sorot matanya menajam. Seketika aura di sekitarnya berubah.

Minato menaikan sebelah alisnya, merasa heran dengan perubahan puterinya. Di mata Minato, Naruto kini terlihat bagaikan rubah yang tengah berburu dan mengincar mangsanya. Tentu saja ia yang akan menjadi mangsa bagi sang rubah.

Pergerakan menyerang Naruto begitu cepat dan kuat. Minato kualahan di buatannya. Begitu gesit tiap tusukan yang diberikan Minato, namun pria paruh baya itu berhasil untuk menghindari walau kesulitan.

Tenaga Minato terkuras akibat menghindari serangan dari Naruto. Nafasnya terhengah, peluhnya sudah membanjiri tubuh serta wajah tampannya. Sedangkan Naruto masih berdiri tegak tampak tidak ngos - ngosan sama sekali. Minato memandang horror Naruto.

"Ananda akan mengakhiri ini dengan cepat. Maaf jika kelak ananda harus membuat ayahanda terluka dan tidak bisa ikut kemedan pertpuran nantinya. Itu adalah hukuman kepada orang yang sangat suka meremehkan kemampuan dari orang lain."

Gerakan Naruto begitu cepat, tak terbaca oleh indera penglihatan Minato. Membuatnya tidak sempat untuk mengelak dan mengakibatkan dirinya harus terkena serangan dari Naruto.

Kushina menjerit histeris begitu pula prajurit yang berada di bawah naungan Minato. Minato telah terduduk bersimbah darah akibat luka gores pedang Naruto.

PharaohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang