8 tahun berlalu.
"Beri hormat untuk yang mulia fir'aun."
Seluruh orang yang ada di istana bersujud kala seorang wanita menapaki kakinya menuju singgasana. Dengan anggunnya ia berbalik dan duduk di sana menatap dengan citra agung kearah rakyat yang bersujud.
"Katakan. Keinginan kalian yang ingin aku kabulkan."
Paroh Uchiha Naruto menjadi sejara gemilang di mesir. Paroh yang membawa kejayaan serta begitu bijaksana. Tidak ada lagi diskriminasi yang terjadi pada para wanita.
Bocah kecil di sana, memandang penuh kagum wanita itu. Tatapan mata yang ketara mengatakan suatu saat ia akan menjadi sepertinya.
"Ibunda sangat mengagumkan, Neji nii-sama." Mata legami itu menatap kearah lavender yang menatapnya lembut.
"Tentu saja. Ibunda ku bilang yang mulia Naruto sangatlah luar biasa, Pangeran Menma."
"Besar nanti aku akan menjadi seperti ibunda." Ucapnya penuh semangat.
"Tentu. Pangeran Menma harus menjadi fir'aun yang bijaksana seperti beliau."
"Pangeran Menma, Neji. Apa yang kalian lakukan di sana? Ayo kembali ke tenda. Makan siang sudah siap. Yang mulia fir'aun akan menyusul kelak."
"Woh Bibi Hinata/ibunda." Jawab mereka serentak.
ー
ー
ー"Kerja bagus Naruto." Sasuke mengecup kening Naruto penuh kasih sayang saat Naruto tiba memasuki tendanya.
Naruto tersenyum lembut. Menikmati afeksi yang mengalir pada keningnya. Menimbulkan rasa nyaman dan juga hangat di hatinya.
"Ibunda ibunda... ibunda sangat luar biasa." Menma bocah itu menghambur kepelukan sang ibu.
"Hm benarkah?"
"Hm." Bocah itu mengangguk antusisan.
"Neji pasti kerepotan saat menjaga Menma." Naruto memeluknya erat sambil menggendongnya. Menatap bocah yang berbeda usia 3 tahun dari anaknya.
"Tidak yang mulia." Jawabnya penuh hormat.
Neji adalah sosok yang menjadi didikan Naruto. Sejak ia masih termata kecil. Naruto mendidiknya sebagai kesatria dan juga seorang pria. Tentunya menjadi pria yang bisa menghargai ibu mereka. Dan Neji sangatlah masuk pengajar, Naruto bersyukur akan hal itu.
♪───O(LYC)O────♪
"Yang mulia fir'aun pangeran Sasuke." Karin membungkuk horman dengan sembilah pedang yang tertancap kokoh. "Pasukan wanita telah berhasil membawa kembali rakyat yang di tahan. Ada sedikit kecekcokan namun pengembalian tetap berakhir dengan damai."
Naruto mengangguk penuh bangga. "Kerja bagus Jendral Karin. Aku tidak salah mempercayakan pasukan wanita padamu."
Mata Karin berbinar mendengar pujian Naruto. "Terimakasih yangmulia."
"Kau boleh pergi."
Karin bangkit kemudian membungkuk dan meninggalkan ruangan singgasana.
"Kau sudah bekerja keras, Sayang." Sasuke tersenyum lembut.
"Terimakasih untukmu karena selalu berada di sampingku selama ini."
Sasuke membungkuk di hadapan Naruto yang masih duduk dengan anggun di singgasananya. Menyambut tangannya dan mengecupnya. "Sejak hari itu di hadapan piramida paman Minato aku sudah bersumpah akan selalu bersamamu... ah tidak mungkin sejak aku masih kecil."
"Huh?" Naruto memiringkan kepalanya bingung.
"Tidak perlu kau pikirkan. Aku akan selalu bersamamu, sampai kita tidur di satu piramida yang sama."
Naruto terkekeh. "Terdengar mengerikan. Aku masih belum mau tidur dattebayo. Masih banyak yang harus kita lakukan untuk mesir."
"Ooh dengar itu. Sudah lama sekali tidak mendengar 'dattebayo'mu itu."
"Kau meledekku Uchiha? Itu artinya aku sedang sangat bahagia dattebayo."
"Kurasa kau lupa. Kalau kau itu juga Uchiha, Uchiha."
"GAAHH... Kenapa aku mendapatkan suami yang sanga menyebalkan dattebayo."
"Hn."
"JANGAN MENGAKHIRI PERTENGKARAN DENGAN HN MU ITU, TEME." Jitak.
"ARGGHH."
Tamat...
Votmentnya gaes 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Pharaoh
FanfictionSasuFemNaru Penindasan terhadap wanita sudah biasa terjadi di negara Mesir. Kelahiran para wanita bukannya tidak diinginkan namun fungsinya begitu rendahnya dimata para pria. Di ramalkan oleh peramal ulung jika kelak akan terlahir bayi perempuan yan...