Bala tentara berlari menurini bukit pasir. Sesuai intruksi Naruto sebelumnya agar menghindari tiap pasir hisap yang sudah di pastikan lokasinya. Memancing musuh agar masuk dan terperangkap masuk kedalam pasir mematikan itu.
Rencana awal berhasil. Banyak korban pihak musuh yang berjatuhan karena perangkap. Namun tentu saja cara yang sama tidak akan efektif untuk kedua kalinya.
Menggunakan sihir. Sebelum perang di mulai para penyihir sudah merafalkan mantera untuk menjami kemenangan mesir. Naruto menyerahkan prihal itu langsung kepada Orochimaru. Naruto sendiri tidak tahu bagaimana cara kerja Book of Thoth. Menyerahkan segenap kepercayaannya pada Orochimaru menjadi jalan yang ia pilih.
Pertarungan yang sengit. Tidak hanya mengandalkan prajurit, Naruto secara langsung turun untuk mengibas musuh. Menjatuhkan tiap musuh yang berada di sekitarnya. Naruto sebagai seorang wanita memiliki kemampuan luar biasa di medan perang. Para prajurit yang lain serta petinggi merasa terkagum akan kemampuannya.
"Jaga fokus mu pangeran Sasuke." Berdiri saling membelakangi melindungi satu sama lain di tengah pertempuran.
"Ini pertama kalinya."
"Kau ikut perang?"
"Tidak. Melihat wanita terjun di medan perang."
Naruto tersenyum miring. "Tentu saja. Aku pastikan untuk mengurangi korban jiwa."
Panah melesat laju kearah Naruto, namun dengan gesit Sasuke mengaiskannya dengan pedang. "Jangan paksakan dirimu Naruto."
Naruto mendengus. Rasanya ia masih di anggap sebagai wanita yang sangat lemah. Namun sesungguhnya Naruto salah mengartikan maksud dari perkataan Sasuke. Uchiha Sasuke hanya mengkhawatirkan kondisi Naruto.
Naruto terbelalak melihat siapa sosok yang datang. Dengan tubuh terbalut perban dengan kondisi badan siap untuk tempur.
"Ayahanda!?" Pekin Naruto.
Minato hanya tersenyum. Memandangi puterinya penuh rasa bangga. Wanita pertama yang menginjakan kaki di medan perang. Sebagai pemimpin pula. Secara langsung Naruto sudah berhasil menunjukan kepala Minato jika dia memang mampu.
"Apa yang ayahanda lakukan di sini?" Masih dalam kondisi bertarung. Mengibaskan bilah pedangnya pada musuh. Walau dalam kondisi berbicara pun tidak mengurangi konsentrasinya.
"Kau dan ibumu turun kemedan perang, kepala keluarga macam apa aku ini jika hanya berbaring di kasur." Minato ikut mengibaskan tombaknya. Membuat tumbang tiap musuh yang berada di dekatnya walau dalam kondisi yang belum pulih. Jendral perang memang sangat mengagumkan.
Naruto tidak saggup berkata. Minato sudah terlanjur berada disini. Tidak mungkin Naruto akan menyuruhnya kembali.
Naruto hanya bisa berharap atas ayahnya dan seluruh orang berharganya yang terjun di perang ini. Sebagai manusia tentu Naruto tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi kelak.
Semoga kalian tidak lupa jika perang itu selalu mendatangkan hal yang mengerikan.
Bersambung...
Votementnya gaes 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Pharaoh
FanfictionSasuFemNaru Penindasan terhadap wanita sudah biasa terjadi di negara Mesir. Kelahiran para wanita bukannya tidak diinginkan namun fungsinya begitu rendahnya dimata para pria. Di ramalkan oleh peramal ulung jika kelak akan terlahir bayi perempuan yan...