11

2.3K 347 15
                                    

Dah update nih. Maaf membuat kalian menunggu lama. Selamat membaca 💜

ꫛꫀꪝ✧‧˚

Dunia hanyalah sebuah panggung, sebuah panggung yang amat besar dan penuh akan keinginan serta ambisi dari orang - orang di dalamnya. Darah mengalir dari seutas benang kehidupan. Perang, selalu menjadi solusi bagi manusia sejak dahulu kala. Pertumpahan darah di anggap sebagai jalan keluar. Tanpa memperdulikan dampak diujung kelak.

Katanya, perang mampu menggapai keinginan, mampu mencapai harapan. Nyatanya perang hanya sebuah obsesi dan ego saja.

Menyesal kini yang di rasa wanita itu. Uzumaki Naruto di tengah medan perang berdiri seorang diri di banjiri oleh darah. Tiada yang menang atau kalah. Hanya terjadi pertumpahan darah dan banyaknya jiwa yang menjadi korban. Di pihak Mesir ataupun yahudi. Pedang masih menjadi penopang tubuhnya agar tetap tegak.

"Aku salah kali ini. Maafkan aku." Terucap lirih dari bibir ranum wanita cantik itu. Biarpun luar biasa hebat, Naruto tetaplah hanya seorang manusia biasa.

Tubuhnya sudah begitu lelah. Namun ia harus berjalan, mencari seorang di tumpukan mayat. Mengais - ngaiskan tubuh tak bernyawa itu.

"Sasuke.. Sasuke.. Sasuke.. dimana? Sasuke di mana? Jawab aku. " Panggilnya lirih. Berharap jika pemuda itu akan menjawab panggilannya.

Berjalan kesana kemari mencari pemuda yang sejak dulu sudah bersamanya. Memenuhi rongga kepalanya dan selalu membuatnya merasa nyaman. Namun Naruto sama sekali belum tahu apa nama perasaan itu. Isi kepalanya hanyalah kejayaan wanita dan memperjuangkan hak kaumnya.

Kakinya mendadak lemas ketika melihat siapa yang terbaring di depan sana. Tubuhnya penuh dengan luka sayatan. Bergegas ia melangkah kesana. Duduk bersimpuh mendekat, merengkuh tubuhnya.

"Sasuke." Isaknya lirih. Tanpa sadar kristal bening itu sudah jatuh membasahi pipi pucat Sasuke. "Hiks ku mohon bangun Sasuke." Tangisnya. Banjir sudah pipi Naruto. Tak bisa menahan perih, dadanya begitu sesak saat melihat Sasuke terbaring tidak sadarkan diri.

Tiba - tiba pipinya terasa hangat. Sebuah tangan besar menangkup pipinya. Menghapus bekas air mata di sana.

"S-sasuke?" Bibir pucat itu berusaha tersenyum. "J-jangan banyak bergerak. Sasuke terlalu banyak kehilangan darah." Titahnya. Naruto menyobek rok bagian bawahnya kemudian membalutkannya ke tubuh Sasuke untuk menghambat keluarnya darah lebih banyak lagi.

Air mata Naruto masih enggan untuk berhenti. Membuat Sasuke kembali mengusap lembut pipi wanita itu. "J-ja ngan me nangis. A ku baik baik saja." Pintanya lirih.

"T-tapi Sasuke."

"A ku ba ik ba ik sa ja. Ha nya ke hilangan banyak da rah." Naruto mengangguk paham.

"Puteri Naruto? Ah syukurlah anda masih hidup." Orochimaru berjalan mendekat dengan membopong seorang pemuda di sana.

"Orochimaru, Pangeran Itachi?"

"Syukurlah." Lirih Itachi ketika melihat Naruto dan adik bungsunya selamat.

"Dimana Kiba?" Tanya Naruto.

"Ayo kita bertemu dengan semuanya. Mereka menunggumu."



Hanya bisa meneteskan air mata. Sebuah keajaiban jika masih banyak pula yang selamat. "Kiba, Paman, Bibi, Karin, Shion dan yang lain. Syukurlah~

ーkalian selamat."

"Yo puteri Naruto."

"Sepertinya kita memenangkan perang."

Naruto terharu. Namun sayangnya satu nyawa berharga telah hilang di medan perang. Sang ayah, Uzumaki Minato.

♪───O(LYC)O────♪

1 tahun berlalu.

Tidak ada manusia yang bisa menebak takdir. Kapan mereka akan bertemu jodoh mereka, kapan mereka akan terkena musibah dan kapan mereka akan mati.

Hidup bagaikan benang tipis yang sewaktu - waktu bisa putus. Walaupun begitu, benang takdirlah yang selalu menuntun manusia pada jalannya. Jalan yang seharusnya mereka lalui.

Banyak hal yang Naruto pelajari dari perang setahun yang lalu. Mulai dari ketidak berguaannya perang hingga berartinya nyawa.

Naruto menyesal. Jika ia bisa mengulang waktu, ia akan memilih untuk bernegoisasi waktu itu.

Berdiri tepat di depan piramida tempat sang ayah beristirahat dengan tenang. Dadanya selalu sesak setiap berdiri di sana. Membayangkan jika sang ayah sudah tidak bersama dengannya lagi. Tidur untuk selamanya.

"Aku sudah pernah bilang pada ayahanda jika ayahanda tidak bisa mengikuti perang nantinya. Luka yang ayahanda dapat setelah melawan ananda cukup fatal. Kenapa ayahanda tidak mendengarkan?"

"Tentu saja karena beliau sangat mencemaskan puteri cantiknya."

Sontak Naruto berbalik. "Sasuke?"

"Setelah apa yang kau capai kau menolak menjadi fir'aun puteri Naruto?" Sasuke menaikan sebelah alisnya.

"A-aku.. tidak bisa menerimanya." Naruto menggeleng dengan senyum getir. "Aku merasa tidak pantas. Aku merasa gagal. Ayahanda memang benar jika aku hanya seorang wanita. Tidak seharusnya melanggar kodratku."

Sasuke menghela nafas dalam. Ia menangkup dalam wajah Naruto. Menatap lekat mata seindah langitnya. "Kau hebat Naruto. Kau luar biasa. Perang memang selalu menumpahkan darah dan itu bukan salahmu. Sepanjang sejarah Mesir perang yang kau pimpin sangatlah gemilang. Di hitung dari banyaknya prajurit dan bangsawan yang selamat ketika perang dan kembalinya beberapa rakyat yang di sekap. Kita berjaya Naruto."

Naruto terkekeh. "Waw Uchiha Sasuke. Itu kalimat terpanjang yang pernah kau ucapkan."

"Aku harus menyadarkan Uzumaki Naruto yang mulai pesimis."

"Terimakasih. Kau membangkitkan semangatku." Naruto menggenggam tangan Sasuke yang masih berada di kedua pipinya.

Walau sudah bersimbah darah, tangan itu masih saja terasa hangat dan nyaman. Dan selalu meneangkannya.

"Aku. Memiliki satu permintaan. Bisa Sasuke mengabulkannya?"

"Hn."

"Teruslah bersamaku selamanya."

Sasuke merengkuh tubuh Naruto. Mendekapnya dalam pelukan yang hangat. "Aku akan mengabulkannya." Senyum lembut itu terlukis di wajah pucatnya. Benang takdir sudah berkata jika wanita ini takdirkan untuk selalu bersamanya. Jikala pun tidak? Sasuke tetap akan memaksakan keinginannya, akan tetap menjadikan wanita itu sebagai miliknya. Menentang benang takdir. Bersyukurlah karena Sasuke tidak perlu melakukan hal itu.

Bersambung...

Votementnya jangan  lupa 💜

PharaohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang