4. Bastard

2.7K 363 13
                                    

"Aku berencana mengambil hati tua bangka itu." Saut Sasuke mengambil alih atensi Naruto yang sempat menerawang ke dalam pikirannya.

"Paman?"

"Hn."

"Jika aku berhasil. Maka aku akan merebutmu dan memberikan tahta padamu."

➳✩⡱➳✩⡱

Naruto mencerna perkataan dari pemuda Uchiha yang baru saja ia cap gila barusan. Di dalam pavilion Ratu ia bersandar di singga sana menikmati tiap - tiap pelayanan dan pijatan yang diberikan.

"Apa yang sedang anda pikirkan yang mulia?" Salah satu pelayan merasakan kegundahan Naruto.

"Tidak. Tidak ada." Naruto tersenyum sangat cantik.

"Sungguh yang mulia. Tidak ada wanita yang secantik anda. Sungguh titisan dewa amun." Pujanya dengan tangis haru. "Saya merasa terberkati karena melayani anda." Naruto hanya terkekeh.

"Benarkah? Aku merasa tersanjung." Sautnya.

"Yang mulia. Kami bersumpah setia untuk melayani anda. Apapun yang terjadi."

Naruto terdiam sejenak. Memperhatikan pelayan yang mengelilinginya satu persatu. "Benarkah? Apa pun yang terjadi?"

"Benar. Saya bisa merasakan aura kuat yang keluar dari diri anda. Membuat saya ingin terus melayani anda."

Naruto menarik senyumannya. "Bagaimana kalau aku mengatakan jika aku ingin menjadi Fir'aun." Seketika aktifitas mereka di tubuh Naruto terhenti. Mereka menatap tidak percaya majikan mereka. Tidak bukan tatapan terkejut. Melainkan tatapan memuja dan kagum.

"Kami sangat - sangat mendukung yang mulia. Fir'aun saat ini benar - benar keterlaluan."

"Kenapa?"

"Dia.. melecehkan pelayan pribadi anda.. Hyuuga Hinata."

Senyuman manis Naruto sirna seketika. Berganti dengan wajah yang mengeras dengan gigi yang menggeretak. "Bagaimana kalian bisa tahu?" Suasana sekitar menjadi dingin seketika.

"K-kami melihatnya."

"H-hinata di hadang oleh yang mulia Fir'aun saat selesai mengantarkan minum untuk anda."

"Kapan?"

"T-tadi yang mulai."

Kemurkaan Naruto bukanlah suatu hal yang bagus bagi mereka. Aura menusuk serta alaram tanda bahaya seolah berdenging nyaring.

"Kalian keluarlah. Aku harus mencari Hinata." Naruto bangkit dari singgasananya meninggalkan para pelayan yang masih terkesiap mencari sosok sahabat yang menjadi pusat rasa khawatirnya.

"Berani - beraninya dia menyentuh Hinata. Dia ingin aku singkirkan dengan cepat?" Desis Naruto di sepanjang perjalanan. 

.

.

.

Dari siang hingga ke petang Naruto mencari Hinata namun tak kunjung ia temukan. Rasa khawatirnya semakin memuncak. Jika saja Hinata sudah di sentuh oleh si bajingan itu Naruto pastikan jika esok hari akan sekelam kaum wanita dijamannya.

Diarea gudang senjata Naruto mendengar suara isakan. Naruto kenal sekali siapa pemilik suara itu.

Bergegas ia memasuki gudang dan mencari sosok pemilik suara.

Jantung Naruto berhenti berdegup, kakinya terasa seperti jelly sekarang. Naruto terduduk lemas.

"H-hinata." Suaranya serak kala melihat kondisi Hinata yang sekarang, mengenaskan. Naruto terlambat. Pria brengsek itu sudah menyentuh Hinata sahabatnya.

PharaohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang