Chapter 23

4K 336 89
                                    

Maaf yaa menunggu lama.

WAYO POV

Aku disini, sedang duduk disamping ranjang rumah sakit dimana P'Pha dirawat. Menatap sendu wajah tertidurnya, berharap matanya terbuka dan memberikanku senyuman manisnya yang selalu ia perlihatkan padaku. Aku mengusap pelan pipinya, aku rindu pelukannya, aku rindu dimanja olehnya.

Lagi, air mataku menetes lagi. Setelah tadi P'Beam mengatakan bahwa jantung P'Pha berdetak kembali rasa lega menghampiriku. Namun kemudian membuatku kembali merasa sedih ketika P'Beam mengatakan bahwa P'Pha koma.

Bagaimana bisa dia koma disaat aku sedang mengandung? Berapa lama aku harus menunggu sampai P'Pha bangun?

"Phi, kapan kau akan bangun? Aku rindu godaanmu, aku rindu ketika kau menggendongku."

Aku menangis, sambil mengelus pipi P'Pha lembut. Menggenggam tangan P'Pha, memberikannya kekuatan.

"Berapa lamapun. Aku akan selalu menunggumu. Cepatlah sadar sayang. Kau harus menepati semua janjimu padaku Phi."

"Baby menunggumu bangun. Daddynya harus sudah sadar sebelum baby kembar lahir."

Aku membenamkan wajahku di dada P'Pha. Rasanya tidak sanggup melihat P'Pha terbaring lemah seperti ini. Hatiku sakit, melihat ia harus dipasangkan berbagai alat-alat kesehatan ditubuhnya.

"Tuhan, aku tahu semua yang terjadi atas kehendakmu. Tetapi tidakkah Engkau terlalu kejam padaku dan P'Pha? Belum cukupkah cobaan yang selama ini terjadi pada kami?"

Aku menangis sejadinya. Kehidupanku, kekuatanku, rasanya aku sudah tak memilikinya lagi. Sungguh pahitnya hidupku. Satu-satunya yang aku inginkan saat ini ialah P'Pha sadar dari komanya, memelukku erat dan berkata bahwa semuanya baik-baik saja.

Aku memeluk erat tubuh P'Pha, tak ingin melepaskannya hingga tiba-tiba aku merasakan usapan lembut pada punggungku. Aku menolehkan kepalaku untuk melihat siapa yang melakukannya. Ternyata grandma, dengan wajah sedihnya menatapku khawatir.

"Grandma." Aku menghambur ke pelukannya. Ia mengusap kepala bagian belakangku dengan lembut. Air mataku tak henti-hentinya mengalir.

"Tidak apa-apa sayang. Semua akan baik-baik saja." Ucapnya menenangkanku.

"Kapan P'Pha akan bangun grandma? Aku merindukannya."

Grandma melepaskan pelukannya, lalu menatap wajahku. Tangannya ia bawa ke wajahku lalu dihapusnya air mataku dengan jari telunjuknya.

"Grandma yakin Phana akan sadar, walaupun kita tidak tahu kapan tepatnya. Kita hanya harus terus berdoa. Keajaiban Tuhan selanjutnya akan datang."

Aku masih terus menangis. "Dan ingat, baby kembar masih berada didalam perut Yo. Jadi, Yo tidak boleh terus bersedih. Apa Yo tidak kasihan sama Baby?"

Aku mengusap perutku yang sudah membesar. Dalam hatiku aku merasa menyesal karena sudah bersedih seperti sekarang ini. Bayiku pasti merasakan kesedihanku juga.

"Sekarang Yo pulanglah. Yo butuh istirahat." Grandma mengusap wajahku. Menatapku yang masih mengeluarkan air mata.

Aku menggeleng. "Yo ingin selalu bersama P'Pha." Ujarku dengan suara parau sambil menatap grandma.

Grandma menangkup kedua pipiku. "Dengarkan grandma." Grandma menatapku khawatir sambil mengusap lembut pipiku dengan ibu jarinya. "Yo tidak perlu khawatir, Grandma akan menjaga Phana. Grandma akan pastikan bahwa Phana baik-baik saja. Yo sekarang istirahat, kasihan baby di dalam perut Yo."

Aku menghembuskan nafas berat. Sejujurnya aku memang lelah, aku ingin beristirahat. Tapi rasa khawatir didalam diriku sungguh membuat aku mengabaikan rasa lelahku. Aku ingin selalu disamping P'Pha. Namun aku juga tak ingin bayiku kelelahan karena aku.

You're My Destiny [MPREG] [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang