Yang penasaran. Silahkan dibacaaa.
AUTHOR POV
Sore hari yang indah dengan matahari terbenam yang berwarna jingga. Seharusnya sore hari ini Wayo sedang berdiri di teras mansion menunggu kepulangan Phana dan menyambutnya dengan hangat. Tapi sekarang apa yang terjadi? Phana terbaring lemah dirumah sakit dan ia tak bisa menemani Phana hari ini. Bukan saja hari ini mungkin untuk selamanya ia tak bisa melihat Phana lagi. Tak bisa merasakan pelukan hangat Phana, tak bisa melihat senyuman manis yang terpatri di wajah tampan sang kekasih, tak bisa merasakan perhatian lembut yang Phana berikan. Kejadian hari ini menurutnya sangat cepat, pagi tadi ia masih melihat senyuman Phana sampai kejadian penembakan itu merenggut senyumannya.
Wayo menatap lurus pemandangan kota yang berada di depannya, saat ini ia berada di balkon sebuah rumah mewah dipusat kota Bangkok. Air mata kembali jatuh dari mata cantiknya. Pikirannya hanya terus ke Phana. Apakah Phana baik-baik saja? Apakah Phana sudah sadar? Pertanyaan itu terus berlari didalam kepalanya. Ia ingin menghubungi salah satu Phi-nya untuk menanyakan kabar Phana, namun saat ini ponselnya tidak berada pada dirinya melainkan ada pada pria itu. Pria jahat yang memisahkan Ia dan Phana.
Wayo menghembuskan nafas pelan, ia menutup kedua matanya dan merasakan angin sore yang menerpa wajahnya yang masih terus basah karena air mata yang tak bisa berhenti keluar. Ia berdoa kepada Tuhan.
"Tuhan, aku tau Engkau memberikan cobaan ini pasti ada tujuannya. Engkau ingin melihat perjuangan cinta kami. Tapi Tuhan kenapa Engkau membiarkan P'Pha terbaring lemah dirumah sakit? Kenapa tidak aku saja? Kenapa Engkau membiarkan aku pergi dengan orang lain dan meninggalkan P'Pha sendirian? Kau tau Tuhan, aku tau Kau pasti tau bahwa P'Pha adalah duniaku, sumber kebahagiaanku. Tolong, kuatkan aku Tuhan menghadapi semua ini sampai aku bersatu kembali dengan P'Pha. Berikanlah P'Pha kekuatan, tolong biarkan P'Pha sadar dari komanya Tuhan."
Wayo membuka matanya ketika mendengar suara pintu kamarnya terbuka, ia menghapus air matanya namun enggan untuk membalikkan badannya dan melihat siapa yang masuk ke dalam kamarnya.
"Apa yang kau lakukan disitu Nong?"tanya orang itu.
"Tidak ada." jawab Wayo seadanya.
"Apa kau masih menangisi perpisahanmu dengan Phana? Hey sudahlah, sebentar lagi kita akan menikah."
Wayo membalikkan badannya menatap langsung ke mata orang itu dengan tajam, wajahnya memerah karena marah. "Pernikahan ini adalah paksaan. Tidak ada cinta dalam pernikahan yang akan kita laksanakan nanti."
Orang itu tersenyum remeh. "Untuk saat ini tidak ada cinta. Tapi siapa yang tau nanti setelah menikah kau mencintaiku."
"Dalam mimpimu!"
"Sebaiknya kau siap-siap sekarang N'Yo. Malam ini kita akan ke China."
Wayo kaget. "Apa kau bilang?"
"Kita akan ke China dan melaksanakan pernikahan kita disana. Oh soal Paman dan Bibimu. Tenang saja, aku sudah melepaskan mereka."
"Bagaimama dengan Timmy?"
"Temanmu itu? Oh tentu saja ia masih menjadi sanderaku. Setelah kita menikah aku akan melepaskannya."
"Kenapa harus di China?"
"Mudah saja." Orang itu menghampiri Wayo. "Aku tak ingin nantinya istriku bertemu lagi dengan mantannya." Orang itu tersenyum puas. "Cepat siap-siap aku akan keluar sebentar dan setelah aku kembali kita akan ke Bandara."
Orang itu berjalan keluar dari kamar Wayo dan meninggalkan Wayo sendirian dengan perasaan marah. Ia menangis kembali karena tidak dapat berbuat apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Destiny [MPREG] [COMPLETED]
Fanfiction[PRIVATE CHAPTER ACAK] Wayo tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan diculik oleh orang-orang jahat. Ia akan dijadikan sebagai pemuas nafsu para pria-pria yang haus akan seks disalah satu klub malam berkelas yang berada di Bangkok. Klub tersebut ti...