Chapter 24

4.7K 307 131
                                    

AUTHOR POV

Wayo sudah dipindahkan keruang rawat inapnya, ia masih dalam pengaruh obat bius. Ranjang kedua anak kembarnya sudah berada disamping ranjangnya. Phana memaksa untuk menunggu Wayo, walaupun Beam melarang karena Phana baru sadar dari komanya. Ia duduk disamping ranjang Wayo dengan infus yang masih terpasang ditangannya, menggenggam tangan Wayo. Ia bahagia ketika melihat baby kembarnya telah lahir, sesuai dengan apa yang ia inginkan.

Keluarga yang menunggui Wayo yang sedang di operasi beberapa waktu lalu syok sekaligus bahagia melihat Phana yang telah sadar. Ini sebuah keajaiban.

Phana tersenyum melihat baby-nya tidur dengan nyaman, ia memegang tangan kecil bayinya itu. Rasa haru menghinggapi hatinya, air matanya menetes.

"Maafkan daddy karena tidak bersama kalian lima bulan lalu." Ujarnya. "Daddy senang melihat kalian sehat dan menggemaskan."

Phana mengusap pelan pipi kedua anaknya. Hatinya menghangat, ia bahagia, sangat bahagia.

"Bagaimana perasaanmu?" Tanya seseorang yang masuk ke dalam ruang rawat Wayo.

Phana menolehkan kepalanya kebelakang dan melihat siapa gerangan yang bertanya.

"Grandma."

"Bahagia?" Grandma tersenyum mengusap pipi Phana.

"Aku bahagia. Sangat bahagia."

"Kau harus cepat pulih dan melindungi mereka bertiga." Grandma menatap Wayo yang tertidur.

"Sebenarnya Phana, lima bulan lalu kau dinyatakan meninggal oleh Beam. Jantungmu berhenti dan tak bisa tertolong."

"Apa?"

Grandma menggenggam tangan Wayo. "Wayo yang mengetahui itu menangis tak terima dengan perkataan Beam, dia marah. Wayo lalu berusaha masuk ke ruang ICU dan memelukmu. Kami waktu itu tidak bisa menghentikan Wayo, kami sedih melihat Wayo yang seperti kehilangan kehidupannya. Bahkan saat itu ia meminta untuk ikut bersamamu." Grandma menatap Phana.

"Ia berbicara padamu, pada tubuhmu yang pucat. Ia menagih janji-janji yang belum kau tepati. Ia tidak mau kehilanganmu sama sekali, Wayo tidak ingin ketika si kembar lahir mereka tak memiliki ayah. Kami semua melihat bagaimana hancurnya Wayo saat itu."

Phana terdiam. Masih mendengarkan kelanjutan dari cerita grandma.

"Wayo terus menangis, sampai ia pasrah dan membawa tanganmu ke perutnya. Semua dia lakukan untuk membuat jantungmu kembali, dan keajaiban datang. Jantungmu kembali, saat itu Wayo lega dan bahagia namun ia kembali sedih karena kau koma. Selama lima bulan kau koma, grandma selalu melihatnya meneteskan air mata. Ia selalu berada di kamarmu sendirian."

"Wayo benar-benar mencintaimu. Melihat Wayo kehilangan dunianya membuat grandma dan yang lainnya sedih."

Grandma melepaskan tangan Wayo lalu mengusap pipi Phana. "Kau harus selalu menjaga mereka. Buat mereka bahagia Pha."

Phana menatap grandma. "Pasti akan ku lakukan grandma, tidak akan kubuat kesayanganku bersedih. Sudah cukup masa-masa sulit yang membuat Wayo menderita. Saat ini aku yang akan membuatnya bahagia."

"Grandma tahu kau bisa melakukannya Pha."

Phana mengangguk.

Tiba-tiba suara lenguhan Wayo terdengar. Pergerakan kecil dari Wayo dapat Phana lihat. Phana tersenyum ketika melihat perlahan kelopak mata Wayo terbuka sedikit demi sedikit.

Ketika seutuhnya terbuka dan sadar dari obat biusnya Wayo meringis sakit. Phana yang melihat itu lalu berdiri dari duduknya dan menatap Wayo.

"Apakah sakit sayang?"

You're My Destiny [MPREG] [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang