...
Berbagai penjelasan tentang pelajaran fisika mendengung di telinga para siswa kelas 12-MIPA-A ini. Beberapa siswa fokus mendengarkan, tapi sebagian besar dari mereka justru fokus dengan pikiran masing-masing.
"..... Soal ini, ada yang bisa? Rumusnya sama seperti yang Ibu jelaskan tadi," ujar Citra sebagai guru fisika.
Semua siswa diam dan menunduk menghindari kontak mata dengan gurunya agar tidak disuruh maju untuk mengerjakan soal. Termasuk Kinal dan genk-nya, mereka sama sekali tidak paham dengan semua penjelasan Citra tadi.
Tapi berbeda dengan Veranda yang sedari tadi pandangannya tidak fokus. Entah apa yang menyebabkan Veranda melirik ke arah Kinal beberapa kali.
"Baik, kalau tidak ada yang mau maju, Ibu akan tunjuk salah satu dari kalian," ucap Citra yang membuat jantung para siswa maraton seketika. Citra melihat satu per satu muridnya, dan pergerakan bola matanya berhenti di arah Kinal. "Silahkan maju, Kin---"
"Saya, Bu," ucap Veranda tiba-tiba sambil mengangkat tangannya.
"Baik. Silahkan, Veranda."
Veranda maju dan sempat melirik Kinal. Untuk sepersekian detik pandangan mereka bertemu. Veranda memang sengaja mengangkat tangan karena ia tahu bahwa Kinal lah yang akan ditunjuk oleh Citra.
Veranda mengerjakan soal fisika itu dengan sangat baik. Ia duduk setelah Citra memuji jawabannya di papan.
"Ve? Tumben?" bisik Naomi.
"Pengen aja," balas Veranda sekenanya. Hal ini memang jarang terjadi, ketika seorang Veranda tiba-tiba maju untuk mengerjakan soal tanpa ditunjuk terlebih dahulu.
Di sisi lain, Kinal tahu bahwa Veranda tadi sengaja untuk membantunya. "Cewek aneh! Tadi marah-marah, sekarang malah kayak gini. Gila!" gumam Kinal kesal karena mengingat semua makian Veranda tadi pagi.
.....
Flashback on.
Di toilet sekolah...
Cup!
Bibir Veranda mendarat tepat di bibir Kinal. Sungguh insiden yang tak pernah disangka sebelumnya. Untuk sepersekian detik tubuh mereka mendadak kaku, mata mereka membulat saking terkejutnya.
Veranda bangun secepat yang ia bisa dan langsung menghampiri wastafle. Veranda membasuh mulutnya berkali-kali demi menghilangkan jejak Kinal.
Kinal juga demikian, dia juga menyalakan kran wastafle di samping Veranda. Bukan hanya mulut, bahkan Kinal membasuh seluruh wajahnya. "Mimpi apa gue ciuman sama mak lampir?!!" gerutu Kinal kesal sambil membasuh wajahnya.
"Heh!! Ngomong apa lo barusan?!" protes Veranda tak terima. "Seharusnya gue yang marah karena lo yang nyium gue!"
"Heh ratu dempul! Lo yang nimpa gue. Jadi lo yang nyium gue!"
"Heh otak udang! Lo yang narik gue, gara-gara lo gue jatoh. Pikun lo ha?!!"
"Tapi lo duluan yang dorong gue! Makanya gue jatoh. Kalo masalah narik lo itu reflek lah, namanya juga orang mau jatoh. Pasti nyari pegangan!" Kinal tak mau kalah.
"Gue dorong lo soalnya lo ngalangin jalan gue!! Gue ke kiri, lo ke kiri. Gue ke kanan, lo ke kanan. Seneng banget sih lo gangguin gue?!"
Tiba-tiba seorang siswi datang dan menatap bingung ke arah Veranda dan Kinal. "Nal? Lo ngapain?" tanyanya sambil melihat ke Kinal dan Veranda bergantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEIGHBOR
FanfictionSendal jepit sialan! Pagi-pagi udah nemplok di kepala gue. Pasti dia yang lempar sendal ini ke gue! Awas lu! Tetangga sialan! -Devi Kinal Putri- Selamat pagi dunia! Barusan gue abis balikin sendal yang kemarin nyasar ke kamar gue! Siapa lagi yang ke...