"Viiinn! Viny!" Suara Gracia terdengar sangat kencang dari depan rumah Viny. Gadis seribu tingkah ini membawa sepasang raket yang rencananya akan ia mainkan bersama Viny.
"Viinnyyy! Main yuk!" teriaknya lagi.
Detik kemudian pintu rumah Viny terbuka dan membuat Gracia sumringah karena panggilannya berhasil. Tapi senyum itu pudar seketika saat tahu bahwa bukan Viny lah yang muncul dari balik pintu.
"Lo ngapain sih, Gre?! Berisik!" sewot Kinal kesal karena suara Gracia telah mengacaukan mimpinya. Jadwal bangun siang di hari Minggu berantakan seketika.
"Kok Kak Kinal sih yang keluar? Kan aku manggil Viny bukan Kak Kinal," protes Gracia cemberut.
"Viny ngga ada."
"Kemana?"
"Pergi."
"Pergi kemana?" lanjut Gracia.
"Mana gue tau. Dah sono pulang!" usir Kinal dan akan menutup pintu.
"Eh tunggu, Kak." Gracia mendekati Kinal.
"Ngapain?"
"Main badminton yuk? Aku udah bawa raket sama koknya nih. Temenin aku main," ajak Gracia semangat.
"Ogah!" tolak Kinal.
"Kok ogah sih? Ayo main, Kak. Aku ngga ada temennya. Viny kan ngga ada."
"Shani kan ada," sanggah Kinal.
"Ah dia noob. Menang terus aku kalo nglawan dia, Kak," balas Gracia bernada kesal karena Shani tak jago bermain badminton.
"Sombong amat lu!" gerutu Kinal melihat tingkah adik Veranda ini. "Sama kakak lo yang sok cantik itu aja," lanjut Kinal tak mau menyebut nama Veranda.
"Kak Ve tadi pergi sama cowok."
"Hah?" Kinal tak percaya dengan kalimat Gracia. "Cowok? Siapa?" tanya Kinal penasaran.
"Mana aku tau," balas Gracia menaikkan kedua bahunya. "Udah ayo main, Kak." Gracia menarik tangan Kinal. Gadis ini memang super. Hanya dia yang berani melakukan ini pada Kinal.
Terpaksa Kinal menuruti permintaan Gracia. Walaupun di kepalanya sedang berkutat beberapa pertanyaan tentang Veranda. "Dia pergi sama siapa ya?" batin Kinal tak tenang.
Adik dan kakak kelas itu bermain badminton di depan rumah Kinal. Saling memberi pukulan tajam walaupun permainan Gracia terlihat lebih dominan. Mungkin karena Kinal tak terlalu bersemangat pagi ini. Sesaat kemudian, Viny datang dan melihat dua pemain badminton dadakan di halaman rumahnya.
"Ada angin apa nih? Tumben main bareng?" tanya Viny.
"Lo dari mana aja sih, Vin?" balas Gracia yang sesaat menoleh pada Viny sebelum kembali fokus dengan kok dari Kinal.
"Minimarket," jawab Viny mengangkat barang belanjaannya.
"Viny!" panggil seseorang yang sudah ada di belakang Viny entah sejak kapan.
"Shani?"
"Hai. Aku tadi bikin kue. Kamu mau nyobain ngga? Nanti komenin yah," kata Shani sambil memberikan sebuah kotak makan berisi brownis.
Viny menerimanya dengan senang hati. "Aku juga mau bikin sesuatu nih, Shan. Ini aku udah beli bahannya. Kamu mau bantuin ngga?" ajak Viny yang tentu saja mendapat anggukan pasti dari Shani. Mereka berdua berjalan melewati Gracia dan Kinal.
"Yang sodara siapa. Yang dikasih kue siapa," gerutu Gracia.
"Kan di rumah masih ada, Ge," balas Shani.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEIGHBOR
FanfictionSendal jepit sialan! Pagi-pagi udah nemplok di kepala gue. Pasti dia yang lempar sendal ini ke gue! Awas lu! Tetangga sialan! -Devi Kinal Putri- Selamat pagi dunia! Barusan gue abis balikin sendal yang kemarin nyasar ke kamar gue! Siapa lagi yang ke...