Neighbor 26

2K 230 115
                                    

Keheningan masih terjaga di ruangan berdinding biru muda ini. Sejak lima menit yang lalu, Veranda masih betah dengan posisinya di atas Kinal. Gadis ayu itu seolah sedang menikmati debaran jantung Kinal yang terasa bernada di telinganya.

Kedua gadis yang sedang dilanda asmara itu tak mau merusak suasana ini. Antara betah dan bingung. Terutama Kinal, ia tak tahu apa alasan Veranda masih ingin telungkup di atasnya seperti sekarang. Ditambah lagi ia sempat mendengar tangis samar Veranda.

"Kok lo deg-degan?" Suara Veranda memecah keheningan. Sepertinya gadis ini sudah sedikit lebih tenang.

"Namanya orang idup ya deg-degan lah. Kalo ngga ya udah mati gue," jawab Kinal asal, ia masih tak mau mengakui bahwa dadanya berdebar karena Veranda.

Mendengar itu, seketika Veranda memukul pelan bahu kiri Kinal. "Gue serius!" kesalnya.

"Gue juga."

"Tapi jawaban lo itu kayak ngajak berantem." Veranda tak mau kalah.

"Lo tadi kenapa nangis?" Kinal beralih topik.

"Gue juga bingung kenapa gue nangis." Veranda masih tak mau beralih sandaran. Kepalanya masih ia rebahkan di atas dada Kinal.

"Kok bingung? Lo lagi ada masalah?"

"Iya," jawab Veranda singkat. Sepertinya ia harus mengakui perasaannya sekarang juga.

"Apa?"

"Gue jatuh cinta."

Kinal sedikit tersentak. "Jatuh cinta?"

"Hm."

"Terus masalahnya?" lanjut Kinal. Meskipun Kinal tahu bahwa wajar Veranda sedang jatuh cinta, karena ia pacar Boby sekarang.

"Orang yang gue suka, suka sama orang lain."

Refleks Kinal langsung memegang kedua bahu Veranda, dan sedikit mengangkatnya. "Kak Boby nyelingkuhin lo?!" Kinal menatap Veranda dengan begitu serius.

"Kok Kak Boby sih?" Veranda menyangga tubuh dengan kedua tangannya. Kini jadi lah mereka saling berhadapan, saling menatap satu sama lain.

Tiba-tiba Kinal memalingkan wajah ke kiri seolah tak mau menunjukkan ekspresi cemburunya pada Veranda. "Lah kan dia pacar lo," ucap Kinal bernada kesal.

"Gue ngga pernah jatuh cinta sama dia."

Kalimat Veranda itu seketika membuat Kinal kembali menatap gadis di atasnya. "Hah? Maksudnya?"

"Ya gue ngga pernah jatuh cinta sama dia. Gue jatuh cintanya sama orang lain." Dengan mata berkacanya, Veranda menatap dalam kedua netra Kinal. Berharap gadis itu akan mengerti maksudnya.

"Siapa?"

"Lo," jawab Veranda singkat.

Kinal diam.

"Nal!"

Kinal masih diam. Otaknya seolah terlalu sulit mencerna satu kata singkat Veranda itu.

"Bener kan apa gue bilang? Orang yang gue suka ternyata udah suka sama orang lain. Bego banget gue!" Veranda memalingkan wajah. Bayangan Yona yang mencium Kinal tadi siang masih begitu jelas di ingatannya. Detik kemudian Veranda tak lagi menyangga tubuh dengan tangannya. Gadis itu merebahkan kepalanya di atas dada Kinal. Lagi.

"Kenapa sih gue bego banget? Kenapa gue bisa jatuh cinta sama lo?!" kesal Veranda memukul-mukul bahu kiri Kinal. Bahkan ia tak bisa menahan tangisnya.

Kinal masih diam. Bedanya, kini otaknya sudah bisa memprosea kalimat Veranda dengan baik. Rupanya Veranda benar-benar jatuh cinta padanya. Sungguh kebetulan yang ia harapkan. "Lo suka sama gue, Ve?"

NEIGHBORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang