Neighbor 25

1.8K 205 68
                                    

Suasana kantin yang ramai masih tak mampu mengusir sepi di hati Kinal. Meski sudah ada Beby, Jeje, Nabilah, dan Yona di dekatnya, tetap saja Kinal tak seperti biasanya.

"Nal, kok ngga dimakan baksonya?" tanya Yona yang duduk di samping Kinal.

"Kenyang gue."

"Tumben banget? Lo beneran sakit ya?" Sekali lagi Yona memegang dahi Kinal.

"Engga. Gue ngga mood aja. Nih Je, makan aja," kata Kinal sambil mendorong mangkuk baksonya ke arah Jeje.

"Oke." Jeje tak menolak. Ia sangat paham dengan kondisi Kinal sekarang. Cinta pertama sahabatnya itu sudah kandas bahkan sebelum diutarakan.

Di sisi lain kantin, tiga gadis sedang memperhatikan mereka. Gracia, Shani, dan Viny seolah duduk beberapa meter dari Kinal. Memang tak terdengar apa yang sedang diperbincangkan, tapi Gracia bisa melihat apa yang senior-seniornya itu lakukan sekarang.

"Gre, kamu kenapa sih? Gitu banget liatin Kak Kinal?" tanya Viny yang duduk berhadapan dengan Gracia. Sehingga Viny harus menoleh ke belakang jika ingin melihat Kinal.

"Kak Yona sama Kak Kinal deket banget sih?!" ujar Gracia bernada tak suka.

"Emang kenapa, Gre?" balas Shani.

"Kasian Kak Ve," kata Gracia pelan.

"Kok kasian Kak Ve? Emang Kak Ve kenapa?" Shani tak paham dengan maksud kalimat saudara kembarnya itu.

"Kak Kinal itu lebih cocok sama Kak Ve." Kali ini Gracia menatap Viny dan Shani bergantian. Berusaha menyalurkan kode agar dua orang di depannya itu paham dengan maksudnya.

"Hah? Maksudnya?" Viny dan Shani bersuara bersamaan.

"Ck," decak Gracia sambil menggeleng pelan kepalanya. "Kalian itu masih kecil, ngga akan paham masalah beginian. Udah, biar nanti aku yang urus."

Viny dan Shani hanya membalas dengan mulut terbuka seolah berkata 'hah?'. Ingin rasanya mereka menjitak Gracia yang berlagak sok dewasa ini. Padahal Gracia lah yang paling muda di antara mereka bertiga.

***

Lagi-lagi pemandangan yang tak Kinal suka. Seorang pria tampak berdiri di depan gerbang sekolah hanya demi menunggu kekasihnya. Beruntung Kinal keluar kelas lebih cepat, sehingga ia tak sempat melihat kemesraan Veranda dan Boby setelah ini. Adegan Boby yang menuntun Veranda ke kelas tadi pagi saja masih belum hilang dari ingatan Kinal.

"Nal, ke rumah gue yuk? Lo kan lama ngga ke rumah gue," ajak Yona yang tiba-tiba menyelipkan tangannya di antara lengan dan perut Kinal. Yona memeluk erat lengan kanan Kinal dengan senyum yang tak pudar dari bibirnya.

"Eh Nenek! Ngagetin aja lu kayak petasan sahur!" Nabilah bersuara karena ia merasa digusur oleh Yona yang tiba-tiba muncul di sampingnya.

"Ya abisnya kalian pulang ngga nungguin gue dulu," balas Yona cuek lalu menarik Kinal agar lebih menempel dengannya. "Mau kan ke rumah gue?" ajaknya lagi.

"Kayaknya..."

"Kak Boby tuh. Yuk, Ve!" suara Shania yang membuat Kinal menghentikan kalimatnya dan menoleh seketika. Tepat di belakang Kinal, Veranda sedang berjalan didampingi teman-temannya.

Langkah Kinal terhenti. Tiga sahabatnya pun paham mengapa Kinal tiba-tiba diam. Beberapa detik dibutuhkan Kinal untuk menunggu Veranda melewati dirinya.

"Kalian minggir dong. Jangan berenti di sini!" protes Naomi pada genk Kinal dan Yona.

"Jalannye masih luas noh! Kagak liat lu?! Lewat mah lewat aje!" balas Jeje.

NEIGHBORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang