Flashback on.
"Selamat pagi, Ve, Tante," sapa Boby yang baru berkunjung ke kamar Veranda.
Tissa menatap tajam pria itu. "Pagi, ada apa?"
Boby mendekat, berbicara dengan sangat sopan pada Tissa. "Saya benar-benar minta maaf, Tante. Waktu itu saya kurang hati-hati. Dan saya minta maaf juga karena belum ijin ke Tante. Seharusnya saya ijin dulu sebelum mengajak Veranda pergi."
"Iya, saya maafkan. Tapi jangan diulangi lagi."
"Baik, Tante. Saya janji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi." Boby sumringah karena telah mendapat maaf dari Tissa. Mereka bertiga mengobrol untuk beberapa saat. Hingga dokter datang dan bersiap untuk membawa Veranda ke ruang operasi.
Beberapa jam Tissa dan Boby cemas menunggu. Keduanya berdoa agar operasi Veranda berjalan dengan lancar.
...
...
Dokter keluar ruangan sambil membuka maskernya. Seketika Tissa berdiri dan bertanya tentang Veranda.
"Operasi berjalan lancar. Sekarang Veranda masih dalam pengaruh obat bius. Sekitar satu atau dua jam lagi, Veranda akan bangun," ujar Dokter menjelaskan.
"Baik, Dok. Terima kasih, Dokter."
Veranda dipindah ke kamarnya semula. Gadis ayu ini tengah tidur dengan gips putih di kaki kirinya. Sedangkan Boby dan Tissa masih setia mendampingi Veranda.
Tujuh puluh menit berlalu, Veranda tersadar, mulai membuka mata.
"Ma..." Suara lemah Veranda seketika membangkitkan Tissa dari duduknya.
"Sayang? Kamu sudah sadar?"
"Ini masih di ruang operasi ya, Ma?"
"Ini di kamar rawat, Ve. Operasinya sudah selesai."
Veranda memfokuskan matanya, ia melihat sekeliling. Di samping Tissa, Boby duduk dengan wajah cemasnya. "Kak Boby?" Veranda tak menyangka bahwa pria ini yang menunggunya selama operasi. Ia pikir, Boby akan pulang setelah pagi tadi menjenguknya.
"Hai, Ve. Syukurlah operasi kaki kamu berjalan lancar. Sekarang kamu tinggal istirahat selama proses penyembuhan," ucap Boby.
Veranda mengangguk. "Iya, Kak," balasnya lalu melihat ke arah Tissa. "Sekarang jam berapa, Ma?" tanya Veranda.
"Jam satu, Sayang."
Veranda mengangguk. Ia diam, tapi batinnya yang masih bertanya-tanya. "Jam satu? Berarti sekarang jam pulang sekolah. Apa nanti Kinal bakal ke sini?"
Veranda sangat merasa tertolong karena Kinal mau menemaninya semalam. Tapi di sisi lain, Veranda kecewa pada perasaannya sendiri. Sejak semalam, Veranda terus menerus berusaha menerjemahkan rasanya pada Kinal. Hingga di satu titik ia yakin bahwa...
"Gue jatuh cinta sama lo, Otak Udang," batinnya menyimpulkan.
Sesak. Mendadak dada Veranda terasa kekurangan oksigen. "Jatuh cinta seharusnya menyenangkan. Tapi gimana kalau hati gue jatuh ke orang yang sama kayak gue? Apa tetap akan menyenangkan?" pikirnya sembari berusaha menenangkan napas.
"Kamu kenapa, Ve?" tanya Boby yang melihat perubahan di mimik wajah Veranda.
"Nggapapa, Kak," ucapnya berbohong. Dan sepertinya akan terus seperti ini. Bukan hanya pada Boby, Tissa, atau teman-temannya. Bahkan Veranda juga berencana akan membohongi perasaannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEIGHBOR
FanfictionSendal jepit sialan! Pagi-pagi udah nemplok di kepala gue. Pasti dia yang lempar sendal ini ke gue! Awas lu! Tetangga sialan! -Devi Kinal Putri- Selamat pagi dunia! Barusan gue abis balikin sendal yang kemarin nyasar ke kamar gue! Siapa lagi yang ke...